• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL MAGANG

C. Higiene Perusahaan

1. Faktor Bahaya

Jenis faktor bahaya yang ada pada peleburan timah di Unit Metalurgi PT Timah (Persero) Tbk ini adalah:

a. Faktor Fisik

1) Radioaktif

Unit Metalurgi adalah pengolahan bijih timah menjadi logam timah. Bahan baku berupa bijih timah diperoleh dari alam baik itu dari pertambangan darat maupun pertambangan laut milik PT Timah (Persero) Tbk. Dari serangkaian proses pemisahan antara bijih timah dengan mineral-mineral ikutan yang terkandung dalam bujih timah, diperoleh mineral-mineral

ikutan berupa monazite, zircon, xenotime, dan ilmenite.

Timbunan monazite ini memiliki efek radiasi yang cukup besar

karena di dalam monazite mengandung uranium dan thorium.

Untuk menanggulangi bahaya radiasi bagian K3LH unit metalurgi melakukan pengukuran radiasi eksternal setiap

triwulan di bagian Pengolahan Mineral dan di Material Produksi Unit Metalurgi PT Timah (Persero) Tbk.

Menurut hasil pengukuran triwulan IV tahun 2011

(terlampir), paparan radiasi eksternal terbesar di gudang monazite

PPBT yang mencapai 6,248 mR/ Jam serta di penimbunan terak II mencapai 1,274 mR/ Jam.

Upaya-upaya peanggulangan yang telah dilakukan oleh Unit Metalurgi PT Timah (Persero) Tbk antara lain dilaksanakan

savety talk setiap sebelum pekerjaan dimulai, pemberian tanda

bahaya di dekat drum-drum penampungan sementara monazite

yang terdapat di PPBT, di gudang monazite dan di penimbunan

trak II, serta dibuat WIF atau instruksi kerja yang harus diikuti

pekerja sebagai pedoman dalam bekerja, pekerja diwajibkan memakai masker.

Selain itu, K3LH Unit Metalurgi bekerjasama dengan

BATAN untuk pengadaan dan pembacaan film badge yang

diberikan dan digunakan oleh pekerja yang bekerja di tempat-tempat yang mengandung bahaya radioaktif. Pengadaan dan pembacaan dilakukan setiap bulan. Untuk perijinan dan pengawasan bahan radioaktif PT Timah (Persero) TBk Unit Metalurgi bekerjasama dengan BAPETAN.

Untuk tempat penimbunan monazite di gudang monazite

dan terak II dikelilingi oleh tembok tinggi dan ketebalan yang ditentukan, supaya paparan radiasi tidak menyebar ke lingkungan sekitar penimbunan.

2) Tekanan Panas

Tempat kerja yang memiliki faktor bahaya tekanan panas tinggi adalah pekerjaan-pekerjaan di bagian peleburan, PPBT, dan PLTD . Di bagian peleburan bijih timah tekanan panas bersumber dari tanur peleburan yang beroperasi setiap saat terus

menerus dengan suhu peleburan mencapai 1300-1400oC. Jenis

pekerjaan di peleburan misalnya pekerjaan rabbling, tapping,

memasukkan material untuk dilebur, mencongkel kanal serta

pekerjaan di bagian rafinasi, pencetakan dan di flame oven

berhubungan dengan lingkungan kerja panas.

Di PPBT tekanan panas diakibatkan dari mesin-mesin yang

sedang beroperasi misalkan rotarydryer, hightension separator,

dan magnetic separator. Dan untuk di PLTD diakibatkan oleh mesin-mesin diesel. Mesin-mesin ini beroperasi setiap hari secara terus menerus kecuali ada kerusakan untuk dilakukan perbaikan.

Pengukuran hazard factor termasuk tekanan panas

dilakukan secara rutin 2 (dua) kali dalam setahun oleh pihak Hiperkes Pusat PT Timah (Persero) Tbk Menurut pengukuran

tekanan panas tanggal 29 April 2010 di PLTD, pabrik peleburan dan PPBT (terlampir),

Untuk menguragi tekanan panas, usaha pengendalian yang telah dilakukan Unit Metalurgi PT Timah (Persero) Tbk untuk di

PLTD dan PPBT adalah pengaturan house keeping yang baik

seperti dibuat ventilasi alami serta pengaturan jarak antara tenaga kerja dengan mesin. Khusus untuk tenaga kerja yang bekerja di peleburan, telah disediakan air minum dan diberikan oralit untuk penambah cairan elektrolit tubuh. Selain itu pekerja di peleburan diperbolehkan memakai kaos yang dapat menyerap keringat.

Upaya penangulangan lain yang dilakukan adalah

pemberian safety talk yang dilaksanakan setiap sebelum

pekerjaan dimulai serta dipasang WIF di tempat yang mudah

dilihat oleh tenaga kerja.

3) Penerangan

Penerangan di unit metalurgi untuk penerangan umum maupun penerangan lokal mengunakan penerangan alami dan penerangan buatan. Penerangan buatan bersumber dari sinar matahari. Penerangan alami hanya bisa digunakan pada saat siang hari pada cuaca yang baik, sedangkan ketika cuaca buruk misalnya ketika mendung dan hujan serta malam hari

menggunakan penerangan buatan yang berasal dari cahaya lampu, baik penerangan lokal maupun penerangan umum.

Pengukuran pencahayaan dari penerangan dilakukan oleh bagian Hiperkes Pusat PT Timah (Persero) Tbk. Pengukuran

dilakukan di bagian control panel karena diperlukan ketelitian

dalam pekerjaan ini. Sehingga diperlukan penerangan yang baik dan sesuai agar tidak terjadi kesalahan dalam pengoperasian

panel-panel yang akan berdampak fatal jika terjadi kesalahan.

Menurut hasil pengukuran pencahayaan tanggal 29 April 2010 di

ruang controlpanel (terlampir pada Lampiran 23).

4) Radiasi Cahaya

Bahaya radiasi cahaya berasal dari sinar api pada proses

peleburan timah. Bahaya ini terdapat pada kegiatan rabbling dan

tapping. Cahaya yang ditimbulkan dari proses peleburan sangat terang dan panas, sangat berbahaya bagi penglihatan. Selain itu, pada pekerjaan pengelasan di bagian perbaikan sarana dan prasarana memiliki potensi radiasi cahaya yang tinggi.

Usaha pengendalian yang dilakukan kepada tenaga kerja

selain pemberian safety talk secara rutin sebelum pekerjaan

dimulai dan WIF sebagai pedoman adalah pemberian APD

kepada tenaga kerja berupa kacamata berwarna gelap, pelindung muka, dan apron.

5) Kebisingan

Sumber kebisingan di unit metalurgi berasal dari mesin

diesel di PLTD, aktifitas crane, local exhauster, serta

mesin-mesin produksi. Selain itu juga berasal dari peledakan di dalam tanur. Kebisingan yang di hasilkan oleh unit metalurgi termasuk kebisingan continue dan impulsive.

Dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh bagian Hiperkes pusat PT Timah (Persero) Tbk intensitas kebisingan tertinggi berasal dari mesin-masin diesel di PLTD yakni berkisar antara 82,5-106,6 dB(A). Di unit PPBT itensitas kebisingannya tidak setinggi seperti di unit PLTD yakni berkisar antara 72,4- 98,6 dB(A). Adapun hasil pengukuran itensitas kebisingan pada mesin-mesin diesel di PLTD dan mesin-mesin di PPBT adalah sebagai berikut terlampir.

Langkah pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan pengukuran kebisingan di tempat kerja secara periodik, pembuatan ruang kerja kedap suara dan pihak perusahaan juga melakukan perawatan mesin produksi secara berkala guna mengururangi dampak kebisingan yang muncul. Selain itu juga

disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa ear plug yang

dapat mereduksi kebisingan sampai 25 dB(A) atau ear muff yang

pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) oleh safety representative

dikarenakan masih ada tenaga kerja yang kurang disiplin dalam memakai APD pada waktu bekerja.

Kewajiban memakai APD tersebut telah tertulis di WIF,

serta sering diingatkan lewat safety talk yang diberikan secara

rutin sebelum pekerjaan dimulai.

b. Faktor Kimia

1) Debu

PT Timah (Persero) Tbk Unit Metalurgi merupakan industri pengolahan bijih timah menjadi logam timah dengan bahan baku

maupun pada waktu proses produksinya menghasilkan debu.

Hampir semua kegiatan yang ada di unit metalurgi berhubungan dengan debu. Debu yang dihasilkan cukup berbahaya karena debu yang dihasilkan berupa debu timah dan debu mineral ikutan timah.

Debu yang di hasilkan pada proses peleburan timah masih mengandung kadar timah yang cukup tinggi sekitar 70%, sehingga debu ini masih bernilai ekonomis dan bisa dilebur kembali. Penggendalian debu di bagian peleburan adalah dengan

dipasangnya local exhauster atau pengumpul debu. Local

pengumpul debu atau dustcollector untuk diolah kembali. Debu-debu timah yang terkumpul akan dibentuk menjadi pellet timah dengan sistem basah. Pellet timah ini merupakan komposisi material yang akan dilebur kembali kedalam tanur.

Usaha pengendalian yang dilakukan untuk melindungi pekerja selain sistem sirkulasi udara adalah dengan memberikan APD masker. Masker yang diberikan disesuaikan dengan jenis debu yang ada di tempat kerja. Untuk tempat kerja yang hanya memiliki potensi bahaya debu yaitu di PPBT, sopir pabrik dan material produksi diberikan masker jenis RM 706. Sedangkan untuk tempat yang mengandung debu dan gas beracun diberikan masker jenis RQ 100.

Sebagai antisipasi khusus, tenaga kerja yang bekerja di

tempat dengan debu tinggi seperti di PPBT, dan dust collector

diwajibkan memakai masker, baju panjang, dan sarung tangan untuk mencegah gangguan pernafasan maupun alergi debu. Kewajiban memakai APD ini juga telah tertulis di WIF serta disosialisasikan kepada tenaga kerja sebelum pekerjaan dimulai. Sealain itu, di tempat kerja juga telah dipasang jeniis APD yang wajib digunakan adi tempat kerja tersebut.

Kegiatan produksi di unit metalurgi menghasilkan asap dan uap yang mengandung gas-gas berbahaya. Gas-gas tersebut

seperti CO, NO2, SO2 dan H2S. Gas-gas tersebut dihasilakan dari

proses kegiatan di PPBT, gudang produksi, melting reactor,

refinery, separator, flame oven, electronic refining dan laboratorium. Setiap semester, dilakukan pengukuran kualitas udara lingkungan oleh bagian LH (Lingkungan Hidup) yang bekerja sama dengan Balai Hiperkes Pusat Jakarta.

Sebagai tindakan perlindungan, di tempat-tempat tersebut

dipasang blower, dan local exhauster dengan sistem tertutup.

Selain itu atap dibangun tinggi serta memiliki ventilasi yang alami.

Selain perlindungan dari house keeping, tenaga kerja juga diwajibkan memakai APD berupa masker untuk

pekerjaan-pekerjaan di PPBT, peleburan, rafinasi, crystallizer,

electrorefining maupun di flameoven. Kewajiban memakai APD

tersebut telah tertulis di WIF, disosialisasikan kepada tenaga

kerja lewat safetytalk, serta di tempat kerja telah dipasang jenis

APD yang wajib digunakan.

3) Bahan Kimia

Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia adalah

cairan asam untuk proses electrolytic untuk menghasilkan timah dengan kemurnian tinggi. Selain itu pekerjaan di laboratorium juga menggunakan bahan kimia. Perlindungan yang diberikan perusahaan untuk tenaga kerja adalah pemberian sarung tangan karet. Pemberian tanda bahaya bahan kimia serta selalu

dilaksanakan safety talk untuk meningkatkan kesadaran tenaga

kerja terhadap K3.

c. Faktor Biologi

Faktor biologi yang menjadi faktor bahaya adalah nyamuk, virus, bakteri, kuman dan jamur. Nyamuk yang banyak berkembang adalah nyamuk penyebab penyakit malaria. Sebagai usaha pencegahannya dilakukan fogging 2 (dua) kali dalam setahun di sekitar pabrik dan perumahan.

Selain itu, lingkungan kerja yang panas menyebabkan tenaga kerja berkeringat sehingga menyebabkan cepat berkembangbiaknya

bakteri yang menyebabkan gatal-gatal. Virus, bakteri, kuman, dan

jamur yang terdapat pada tempat kerja yang kotor misalnya pada kamar mandi dan lingkungan pabrik. Upaya pengendaliannya dengan mengadakan pembersihan pada kamar mandi setiap pagi oleh petugas kebersihan.

Sikap kerja karyawan yang ada di kantor dan berberapa bagian

tertentu seperti operator penimbangan material, operator cristalizer,

pekerja penaganan produk khusus, maupun yang ada dilapangan adalah duduk. Biasanya yang ada di lapangan berada di ruang

control room. Pekerjaan di lapangan hanya dilakukan operator yang

sedang bertugas dan safety hanya pada waktu pengecekan. Kursi dan

meja yang digunakan ada yang didesain sesuai dengan stuktur tubuh tenaga kerja karena kursi dapat diatur ketinggiannya sesuai yang diinginkan, namun ada beberapa kursi dan meja yang tidak sesuai dengan struktur tubuh tenaga kerja. Dalam melakukan pekerjaan, pekerja tidak harus duduk terus tetapi dapat juga berdiri sebentar untuk sekedar melakukan relaksasi badan agar sikap kerja tidak

monoton. Penempatan mesin juga mudah dijangkau oleh operator

dalam mengoperasikan alat.

Ada beberapa kegiatan seperti rabbling, tapping, dan

pencetakan yang sikap kerjanya berdiri. Kegiatan ini dlakukan pada sewaktu-waktu pada jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan.

Dalam melakukan pekerjaan, pekerja bebas melakukan improvisasi

terhadap gerakannya agar tidak monoton.

Di beberapa proses kerja masih menggunakan cara manual yaitu penyemprotan material hasil penambangan dari ore bin menuju

jig harz dengan sikap kerja jongkok. Pengadukan pasir di jig harz

pekerjaannya, pekerja bisa sesekali berdiri ataupun melakukan

improvisasi terhadap gerakannya dan pekerjaan ini tidak dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama.

e. Faktor Mental Psikologis

Gangguan mental psikologis yang dialami oleh pekerja diakibatkan oleh dari pekerjaan itu sendiri seperti pekerjaan yang monoton, shift kerja, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan, lingkungan kerja yang panas dan bising. Dan ada pekerja yang sedang mengalami masalah-masalah pribadi yang menganggu pikiran dan keadaan psikologis pekerja. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada kemampuan kerja atau semangat kerja, hal itu dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas dari pada hasil kerjanya itu sendiri.

Antisipasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi bahaya stress dari tenaga kerja antara lain dengan pemberian jam istitahat, penyediaan sarana olahraga, setiap tenaga kerja dan keluarganya telah didaftarkan ke Jamsostek dan ditanggung biaya kesehatannya.

Dokumen terkait