• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. HASIL PENELITIAN

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan teknik analisis regresi dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows. Analisis data dibagi menjadi dua model yaitu model 1 untuk melihat pengaruh masing-masing faktor kepribadian FFM pada engagement coping. Sedangkan model 2 untuk melihat pengaruh masing-masing faktor kepribadian FFM pada

disengagement coping. a. Model 1

Tabel 17

Uji Hipotesis Faktor Kepribadian pada Engagement Coping Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1(Constant) 2.641 4.573 .577 .566 opennes .104 .035 .223 2.983 .004 .343 .347 .199 constientiousness .108 .027 .297 4.036 .000 .449 .448 .269 extravesion .211 .033 .455 6.351 .000 .585 .619 .423 agreeableness .098 .037 .191 2.649 .010 .354 .312 .177 neuroticism -.112 .026 -.324 -4.371 .000 -.518 -.477 -.291 a. Dependent Variable:engagement

Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi :

Y1 adalah prediksi engagement coping dengan menggunakan informasi dari kelima variabel independen. Konstanta dalam persaman regresi di atas sebesar 2,641. Sedangkan nilai beta pada masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan variabel X sebesar satu satuan, maka Y1 akan meningkat sebesar nilai beta pada masing-masing X.

Untuk mengetahui kontribusi masing-masing variable independen pada engagement coping dapat dilihat pada nilai correlations partial. Nilai R pada X1 sebesar 0,347 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,120. Hal ini menunjukkan bahwa opennes to experience berpengaruh pada engagement coping sebesar 12 %. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat openness to experience maka semakin tinggi tingkat engagement coping. Nilai probabilitas variabel openness to experience adalah 0,004 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor opennes to experience berpengaruh secara signifikan pada engagement coping remaja.

Nilai R pada X2 sebesar 0,448 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,20. Hal ini menunjukkan bahwa conscientiousness berpengaruh pada engagement coping sebesar 20 %. Semakin tinggi tingkat conscientiousness, semakin tinggi tingkat engagement coping. Nilai probabilitas variabel conscientiousness adalah 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor conscientiousness berpengaruh secara signifikan pada engagement coping remaja.

Sedangkan nilai R pada X3 sebesar 0,619 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,383. Hal ini menunjukkan bahwa faktor extraversion berpengaruh

pada engagement coping sebesar 38,3 %. Semakin tinggi tingkat extravertion remaja, semakin tinggi tingkat engagement coping. Nilai probabilitas variabel extravertion adalah 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor extravertion berpengaruh secara signifikan pada engagement coping remaja.

Sedangkan nilai R pada faktor agreeableness (X4) sebesar 0,98 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,097. Hal ini menunjukkan bahwa faktor agreeableness berpengaruh pada engagement coping sebesar 9,7%. Semakin tinggi tingkat agreeableness remaja, semakin tinggi tingkat engagement coping. Nilai probabilitas variabel agreeableness adalah 0,010 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor agreeableness berpengaruh signifikan pada engagement coping remaja.

Nilai R pada X5 sebesar -0,477 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,228. Hal ini menunjukkan bahwa neuroticism berpengaruh negatif pada engagement coping sebesar 22,8 %. Semakin tinggi tingkat neuroticism remaja, semakin rendah tingkat engagement coping. Nilai pobabilitas variabel opennes to experience adalah 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor neuroticism berpengaruh signifikan pada engagement coping remaja.

b. Model 2 Tabel 18

Uji Hipotesis Faktor Kepribadian pada Disengagement Coping

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations B Std. Error Beta Zero-order Partial Part 1(Constant) 103.301 .831 11.697 .000 opennes .308 068 -.392 -4.554 .000 .460 .492 -.349 constientiousnes .144 .052 -.236 -2.794 .007 -.430 -.327 -.214 extravesion .244 .064 -.313 -3.796 .000 -.467 .426 -.291 agreeableness .264 .071 -.307 -3.705 .000 -.382 .418 -.284 neuroticism .114 .049 .198 2.316 .024 .368 .276 .178 a. DependentVariable: disengagement

Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi :

Y2 = 103,301 – 0,308X1 – 0,144X2 – 0,244X3 – 0,264X4 + 0,114X5

Y2 adalah prediksi disengagement coping dengan menggunakan informasi dari kelima variabel independen. Konstanta dalam persaman regresi di atas sebesar 103,301. Sedangkan nilai beta pada masing-masing variabel independen menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan variabel X sebesar satu satuan, maka Y2 akan meningkat sebesar nilai beta pada masing-masing X.

Nilai R pada X1 sebesar -0,492 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,242. Hal ini menunjukkan bahwa opennes to experience berpengaruh negatif pada disengagement coping sebesar 24,2 %. Semakin tinggi tingkat openness to experience, semakin rendah tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel opennes to experience adalah 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor opennes to experience berpengaruh secara signifikan pada disengagement coping remaja.

Nilai R pada X2 sebesar -0,327 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,106. Hal ini menunjukkan bahwa conscientiousness berpengaruh negatif pada disengagement coping sebesar 10,6%. Semakin tinggi tingkat conscientiousness remaja, semakin rendah tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel conscientiousness adalah 0,007 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor conscientiousness berpengaruh secara signifikan pada disengagement coping remaja.

Nilai R pada X3 sebesar -0,426 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,181. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi extraversion berpengaruh negatif pada disengagement coping sebesar 18,1 %. Semakin tinggi tingkat extravertion remaja, semakin rendah tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel extravertion adalah 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor extravertion berpengaruh secara signifikan pada disengagement coping remaja.

Sedangkan nilai R pada faktor agreeableness (X4) sebesar -0,418 sehingga nilai R2 sebesar 0,174. Hal ini menunjukkan bahwa faktor agreeableness berpengaruh negatif pada disengagement coping sebesar 17,4 %. Semakin tinggi tingkat agreeableness remaja, semakin rendah tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel agreeableness adalah 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor agreeableness berpengaruh signifikan pada disengagement coping remaja.

Nilai R pada X5 sebesar 0,276 sehingga didapat nilai R2 sebesar 0,076. Hal ini menunjukkan bahwa neuroticism berpengaruh pada engagement coping

sebesar 7,6 %. Semakin tinggi tingkat neuroticism, semakin tinggi tingkat disengagement coping. Nilai probabilitas variabel neuroticism adalah 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis terbukti, yaitu faktor neuroticism berpengaruh signifikan pada disengagement coping remaja.

D. PEMBAHASAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa masing-masing faktor kepribadian FFM memberikan pengaruh yang signifikan pada engagement coping dan disengagement coping. Ditinjau dari nilai R2 pengaruh dari masing-masing faktor kepribadian FFM pada engagement dan disengagement coping cenderung kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi penggunaan coping selain faktor kepribadian. Faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini antara lain karakteristik situasional, faktor lingkungan (dukungan sosial) dan perbedaan individu seperti jenis kelamin dan tingkat perkembangan kognitif individu (Parker dalam Kertamuda & Herdiansyah, 2009).

Dari kelima faktor kepribadian, faktor opennes to experience memberikan pengaruh negatif paling besar sebanyak 24,2% pada disengagement coping. Remaja dengan tingkat opennes to experience tinggi memiliki kepribadian imajinatif, kreatif dan berorientasi dengan kegiatan atau ide-ide baru. Dengan kecenderungan sifat–sifat tersebut, remaja opennes to experience tinggi memiliki pertimbangan perspektif-perspektif baru untuk mengadapi dan mengatasi sumber masalahnya. Dapat dikatakan bahwa semakin remaja memiliki banyak pengalaman, pengetahuan, dan ide-ide baru, maka semakin ia lebih mampu untuk

terlibat dalam penyelesaian masalah sehingga meminimalisir dalam penggunaan strategi disengagement coping.

Selain itu, faktor extravertion memberikan kontribusi paling besar pada engagement coping sebanyak 38,3%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor extravertion berpengaruh positif cukup kuat pada engagement coping. Remaja ekstrovert cenderung memiliki emosi positif, asertif, tingkat aktivitas dan sosialisasi yang tinggi. Dengan kecenderungan yang asertif dapat memberikan energi untuk memulai dan bertahan dalam pemecahan masalah. Emosi yang positif juga memfasilitasi individu dalam meresrukturisasi kognitif dan dukungan sosial yang kuat. Dapat dikatakan bahwa semakin remaja memiliki emosi yang positif, asertif dan tingkat sosialisasi yang tinggi, semakin remaja lebih mampu, bersemangat dan berantusias dalam meyelesaikan masalahnya sehingga memfasilitasi dalam penggunaan strategi engagement coping.

Faktor neuroticism merupakan satu-satunya faktor kepribadian yang memiliki pengaruh negatif pada engagement coping dan berpengaruh secara positif pada disengagement coping. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Friedman-Wheeler (2008) menunjukkan bahwa kepribadian neurotic memfasilitasi penggunaan disengagement coping. Remaja berkepribadian neurotic cenderung mengalami kesedihan, ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi sesuatu. Selain itu, remaja neurotic juga cenderung sulit untuk berpikir positif. Sulitnya berpikir positif menyebabkan remaja sulit untuk merekonstruksi pikiran dalam menghadapi masalah. Semakin remaja didominasi oleh rasa sedih, takut, cemas dan pemikiran negatif, maka ia semakin sulit untuk

terlibat dalam penyelesaian masalahnya. Hal ini memfasilitasi remaja untuk lebih menggunakan strategi-strategi disengagement coping seperti menghindar ataupun berfantasi dalam menghadapi masalahnya.

Penelitian ini memiliki keterbatasan berkaitan dengan alat ukur kepribadian FFM. Peneliti mengadaptasi skala yang diperoleh dari IPIP website dengan memilih item secara acak dan tidak mempertimbangkan dasar pemilihan item. Prosedur tersebut kurang dianjurkan dalam mengadaptasi item skala penelitian.

71 BAB V

Dokumen terkait