• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terdapat hubunganpositif antara emotional intelligence dengan manajemen konflik perkawinan. Semakin tinggi emotional intelligence, semakin baik kemampuan manajemen konflik perkawinan yang dimiliki individu.

169

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antaraemotional intelligence dan manajemen konflik perkawinan.Arah hubungan yang terjadi antara emotional intelligence dan manajemen konflik perkawinan merupakan hubungan positif yang berarti semakin tinggi emotional intelligence semakin baik pula kemampuan manajemen konflik perkawinan yang dimiliki individu.

2. Manajemen konflik yang dimiliki subjek baik Suami maupun Isteri dalam penelitian ini berada pada kategori sedang (cukup baik). Aspek yang paling berpengaruh terhadap baik buruknya kemampuan manajemen konflik perkawinan adalah aspek kemampuan menganalisis konflik yaitu kemampuan menilai dan menginstropeksi diri sendiri sehingga konflik yang terjadi dapat diketahui sebabnya.

3. Tingkat emotional intelligence yang dimiliki individu dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Aspek yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya emotional intelligence individu pada penelitian ini adalah aspek mengelola emosi yang mencakup kemampuan menghibur diri, melepaskan kecemasan, serta emosi-emosi negatif lainnya dalam menghadapi permasalahan.

4. Terdapat perbedaan kemampuan manajemen konflik perkawinan antara laki- laki dan perempuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari mean empiris masing masing kelompok dimana mean perempuan lebih tinggi dibandingkan mean kelompok laki-laki yang berarti perempuan memiliki manajemen konflik perkawinan yang lebih baik daripada laki-laki.

5. Tidak terdapat perbedaan emotional intelligence antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin bukan menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya emotional intelligence yang dimiliki individu. Faktor lain yang mempengaruhi diantaranya faktor pendidikan emosi oleh keluarga, pola asuh keluarga, lingkungan sosial dan pendidikan.

5.2 Saran

1. Bagi Subjek Penelitian (Pasangan Suami-Isteri)

Individu yang berkemampuan manajemen konflik perkawinan rendah (kurang baik) dan sedang memiliki potensi untuk ditingkatkan secara optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan manajemen konflik perkawinan adalah dengan meningkatkan emotional intelligence. Dengan meningkatnya kecerdasan emosional, pasangan dapat lebih menyesuaikan diri secara baik dengan pasangan, mengontrol emosi dan mengekspresikan emosi dengan tepat sehingga keduanya dapat berpikir secara jernih dan objektif serta berkeinginan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan membicarakan masalah, bertukar pikiran satu sama lain, sehingga konflik yang dihadapi dalam rumah tangga dapat dikelola dengan baik.

Berdasarkan perbandingan mean empiris masing-masing aspek manajemen konflik perkawinan, kemampuan melihat seutuhnya konflik yang terjadi adalah aspek dengan mean empiris terendah. Untuk itu individu diharapkan lebih dapat memastikan konflik yang terjadi antara dirinya dengan pasangan benar benar ada, bukan hanya berdasarkan perasaan subjektif saja.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian dengan tema yang sama penulis menyarankan:

a. Memperluas ruang populasi, atau menambahkan variabel-variabel lain agar hasil yang didapat lebih bervariasi dan beragam sehingga kesimpulan yang diperoleh lebih komprehensif

b. Membuat skala dengan aitem yang berbeda antara Suami dan Isteri agar kemungkinan melakukan kerjasama semakin kecil

c. Membedakan subjek berdasarkan tingkat pendidikan agar dapat diketahui apakah tingkat pendidikan mempengaruhi emotional intelligence dan manajamen konflik perkawinan.

Memperdalam penelitian kemampuan manajemen konflik perkawinan berdasarkan gaya-gaya manajemen konflik pada Suami dan Isteri.

172

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A. G. 2001. Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga.

Ahmad. S., dan Bangash. H., Khan. S. A. 2009. Emotional Intelligence and Gender Differences. Sarhad J. Agrid. Vol. 25 (1): 127-130.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Anjani, C., dan Suryanto. 2006. Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal. INSAN. Vol. 8 (3):198-210.

Astuti, E. M. 2009. Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Jenis Kelamin dengan Agresivitas Pada Komunitas Slankers. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Azwar, S. 2011. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______ . 2015. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. A. dan Bryne, D. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga

Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Segall, M.H., Dasen, P.R. 1999. Psikologi Lintas- Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Berrocal, P. F., Cabello, R., Castilo, R., Extrema, N. 2012. Gender Differences in Emotional Intelligence: The Mediating Effect Of Age. Behavioral Psychology/Psicologia Conductual. Vol. 20 (1): 77-89.

Bogda, D. K., dan Sendil, G. 2012. Investigating Infidelity Tendency and ConflictManagement Based on attachment style and gender.Journal of SocialSciences. Vol. 11 (40): 205–219

Brotowidjoyo, M. D. 1991. Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Cooper, R. K. dan Sawaf, A. 2001. Executive EQ. Jakarta: Gramedia Utama. Dewi, E. M. P., dan Basti. 2008. Konflik Perkawinan dan Model Penyelesaian

Konflik Pada Pasangan Suami-Istri. Jurnal Psikologi. Vol. 2 (1): 42-51. Dewi, N., R., dan Sudhana, H. 2013. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal

Pasutri dengan Keharmonisan dalam Pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana. Vol 1 (1): 22-31.

Dildar, S., Bashir, S., Shoaib, M. Sultan, T., Saeed, Y. 2012. Chains Do Not Hold a Mariage Together: Emotional Intelligence and Marital Adjustmen (ACase of Gujrat District, Pakistan). Middle-East Journal of Scientific Research.Vol. 11 (7): 982-987.

Dildar, S., Sitwat, A., Yasin, S. 2013. Intimate Enemies: Marital Conflict and Conflict Resolution Style in Dissatisfied Married Couples. Middle East Journal Of Scientific Research. Vol. 15(10): 1433-1439.

Ekawati, A., dan Wulandari, S. 2011. Perbedaan Jenis Kelamin terhadap Kemampuan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika (Studi Kasus Sekolah Dasar). Socioscientia. Vol. 3 (1): 19-24.

Faulkner, R. A. 2002. Gender-Related Influences On Marital Satisfaction And Marital Conflict Over Time For Husband And Wives. Dissertation. Graduate Faculty. The University Of Georgia.

Fitriani, A., dan Hidayah, N. 2012. Kepekaan Humor dengan Depresi pada Remaja Ditinjau dari Jenis Kelamin. Humanitas. Vol. 9 (1): 77-89.

Friedman. H. S., dan Schustack, M. W. 2008. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga.

Geldard, K., dan Geldard, D. 2011. Konseling Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goleman, D. 1999. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Guzairoh, T. 2015. Perbedaan Forgiveness ditinjau dari Jenis Kelamin Pada

Budaya Jawa. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.

Hadi, S. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: ANDI.

Hilmansyah, H. 2015. Angka Perceraian Indonesia mencapai 10 persen.http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Angka-

Perceraian-di-Indonesia-Mencapai-10-Persen/ (Diakses pada 19 Mei 2015) Hurlock. E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita (Jilid 1): Mengenal Remaja & Wanita

Dewasa. Bandung: Mandar Maju.

Kertamuda, F. E. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Khairani, R., dan Putri, D. E. 2008. Kematangan Emosi Pada Pria dan Wanita yang Menikah Muda. Jurnal Psikologi. Vol. 1 (2): 136-139

Khaterina., dan Garliah, L. 2012. Perbedaan Kecerdasan Emosi Pada Pria dan Wanita yang Mempelajari dan yang Tidak Mempelajari Alat Musik Piano.

Predicara. Vol. 1 (1): 17-20.

Mardianto, A., Koentjoro., Purnamaningsih, E. H. Penggunaan Manajemen Konflik Ditinjau Dari Status Keikutsertaan Dalam Mengikuti Kegiatan Pecinta Alam di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Jurnal Psikologi. No. 2: 111-119.

Miranti, S. 2012. Pengaruh Perbedaan Jenis Kelamin terhadap Perilaku Pembelian Produk Ramah Lingkungan di Jakarta. Tesis. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Muzaki, K. 2016. Waduh, Dalam Setahun Terjadi 3.119 Kasus Perceraian di Kota Semarang.http://jateng.tribunnews.com/2016/01/27/waduh-dalam- setahun-terjadi-3119-kasus-perceraian-di-kota-semarang (Diakses pada 30 April 2016)

Naghavi, F., dan Redzuan, M. 2011. The Relationship Between Gender and Emotional Intelligence. World Applied Sciences Journal. Vol. 15 (4): 555- 561.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Novitasari, M. 2012. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kecenderungan Melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Pasangan Suami Istri. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nurcahyanti, F. W. 2010. Manajemen Konflik Rumah Tangga. Yogyakarta: Insania.

Nurpratiwi, A. 2010. Pengaruh Kematangan Emosi dan Usia Saat Menikah Terhadap Kepuasan Pernikahan Pada Dewasa Awal. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah

Prabowo, A. 2015. Per Tahun, Terjadi 12.000 Kasus Perceraian di Jateng. http://daerah.sindonews.com/read/995701/151/per-tahun-terjadi-12-000- kasus-perceraian-di-jateng-1430364072 (Diunduh pada tanggal 14 juni 2015)

Pruitt, D. G. dan Rubin, J. Z. 2009. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pudjiastuti, E., dan Santi, M. 2012. Hubungan Antara Asertivitas Dengan Penyesuaian Perkawinan Pasangan Suami Istri Dalam Usia Perkawinan 1-5 Tahun Di Kecamatan Coblong Bandung. Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora. Vol. 3 (1): 9-16

Purwanto, E. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang: Fakultas Ilmu

Dokumen terkait