BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010: 96). Merujuk pada kajian teori di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah tanggung jawab belajar dapat ditingkatkan melalui layanan konseling individual berbasis self-management pada siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Pemalang Tahun Pelajaran 2013/2014.
55
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian. Hal ini dikarenakan di dalam metode penelitian dijelaskan mengenai urutan penelitian yang akan dilakukan yaitu berhubungan dengan teknik dan prosedur penelitian yang dipakai oleh peneliti. Tujuannya adalah agar dalam melaksanakan kegiatan penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah, dan sistematis. Adapun langkah-langkah yang harus ditentukan antara lain yaitu: (1) jenis dan desain penelitian, (2) variabel penelitian, (3) populasi, sampel, dan teknik sampling, (4) metode dan alat pengumpulan data, (5) validitas dan reliabilitas instrumen, dan (6) teknik analisis data.
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini jenis penelitiannya adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen menurut Arikunto (2006: 3) adalah:
Penelitian eksperimental adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang dapat mengganggu, eksperimental dilakukan dengan maksud untuk menilai akibat suatu perlakuan.
Berdasarkan pengertian tersebut penelitian eksperimen benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada variabel terikat. Sehingga peneliti melakukan perlakuan terhadap variabel bebas dan mengamati perubahan pada variabel
terikat. Selanjutnya menurut Sugiyono (2010: 107) bahwa “metode penelitian
eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Penelitian eksperimen digunakan peneliti sesuai dengan tujuan dan permasalahan yaitu untuk meningkatkan tanggung jawab belajar pada siswa kelas XI melalui layanan konseling individual berbasis self-management. Sehingga, perlakuan (treatment) yang diberikan oleh peneliti dalam penelitian eksperimen ini adalah layanan konseling individual berbasis self-management.
3.1.2 Desain Penelitian
Penelitian eksperimen terdapat beberapa desain penelitian antara lain yaitu pre-eksperimental designs, true eksperimental designs, factorial designs dan quasi eksperimental designs (Sugiyono, 2010: 109-114). Dari beberapa desain
tersebut, peneliti menggunakan pre-eksperimental designs atau eksperimen pura-pura. Alasannya karena terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen dan tidak mempunyai kelompok kontrol.
Di dalam penelitian pre-eksperimental designs terdapat tiga jenis desain yaitu: (1) one-shot case study, (2) one-group pretest-posttest design, (3) intact-group comparison (Sugiyono, 2010: 110-111). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan bentuk one-group pretest-posttest design yaitu desain yang memberi pre-test (penilaian awal konseling) sebelum diberi perlakuan dan memberi post-test (penilaian akhir konseling) setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan dan dapat diketahui antara kondisi sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
Gambar 3.1
Pre-Experimental Designs dengan One-Group Pretest-Posttest Design
Arikunto (2006: 85) Keterangan:
O1 : kondisi awal sebelum diberi layanan konseling individual berbasis self-management
X : pemberian layanan konseling individual berbasis self-management
O2 : kondisi akhir setelah diberi layanan konseling individual berbasis self-management
Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti memberikan perlakuan, kemudian dilihat perubahan yang terjadi sebagai dampak dari perlakuan yang
Kondisi Awal Pre-test O1 Perlakuan layanan Konseling individual berbasis Self-Management (X) Kondisi Akhir Post-test O2
diberikan. Adapun langkah-langkah desain yang akan ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi:
1) Pre test
Tujuan dari pre test dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat tanggung jawab belajar pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Pemalang sebelum diberikan perlakuan. Dalam pre test ini diberikan instrumen berupa skala psikologis yang berkaitan dengan tanggung jawab belajar siswa. Hasil dari pre test dijadikan pertimbangan dalam pemilihan sampel dan untuk dibandingkan dengan post test.
2) Pemberian Treatment (Perlakuan)
Tujuan pemberian treatment atau perlakuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan tanggung jawab belajar pada siswa kelas XI di SMK Negeri 1 Pemalang melalui layanan konseling individual berbasis self-management dengan rencana pertemuan minimal 6 kali pertemuan. Pada
setiap akhir pertemuan akan dilakukan penilaian (laiseg). 3) Post test
Post test dilakukan dengan mengukur perubahan yang terjadi pada konseli
setelah diberikan perlakuan (treatment) yaitu konseling individual berbasis self-management. Post test bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dalam
pelaksanaan treatment dan untuk mengetahui adanya peningkatan tanggung jawab belajar siswa. Penghitungan skor perubahan setelah dilakukan treatment yaitu dengan cara membandingkan hasil sebelum dan sesudah
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
No. Kegiatan Nama Kegiatan Waktu
1 Pertemuan 1 Pre-test 45 menit
2 Pertemuan 2 Assesment 60 menit
Pertemuan 3 60 menit
3 Pertemuan 4 Goal Setting 60 menit
4 Pertemuan 5 Technique Implementation
60 menit
Pertemuan 6 60 menit
5 Pertemuan 7 Evaluation-termination 60 menit
6 Pertemuan 8 Post-test 45 menit
Tabel 3.2
Rancangan treatment konseling individual berbasis self-management
NO TAHAPAN DAN KEGIATAN KETERANGAN
1. Assesment
a. Mempersilahkan konseli menceritakan permasalahannya
Pada konseling ini, permasalahan yang akan dibahas adalah permasalahan konseli yang mengalami rendahnya tanggung jawab belajar.
b. Mengidentifikasi perilaku yang bermasalah
Perilaku bermasalah tersebut sudah ditemukan sebelumnya pada saat pre test yaitu rendahnya tanggung jawab belajar.
c. Mengklarifikasi perilaku yang bermasalah
Mengklarifikasi apakah wawancara yang didapat itu sesuai dengan keadaan konseli yang sebenarnya. d. Mengidentifikasi peristiwa
yang mengawali dan menyertai perilaku bermasalah
Mengidentifikasi peristiwa apa, alasan apa yang mengawali dan menyertai rendahnya tanggung jawab belajar konseli.
e. Mengidentifikasi intensitas perilaku bermasalah
Mengidentifikasi berapa kali konseli melakukan perilaku kurang tanggung jawab dalam belajar.
f. Mengidentifikasi perasaan konseli saat menceritakan
Mengidentifikasi perasaan apa saja yang dialami konseli pada saat
perilaku bermasalah menceritakan masalah kurang tanggung jawab belajar.
g. Merangkum pembicaraan konseli
_
h. Menemukan inti masalah Menemukan inti masalah mengapa ia melakukan perilaku kurang bertanggung jawab dalam belajar. i. Mengidentifikasi hal-hal yang
menarik dalam kehidupan konseli.
Memberikan gambaran tentang betapa indahnya jika konseli berperilaku tanggung jawab dalam belajar.
j. Memberikan motivasi pada konseli
Memberikan motivasi pada konseli bahwa dia pasti bisa melakukannya dan betapa banyaknya hal baik yang akan konseli peroleh jika konseli bertanggung jawab dalam belajar 2. Goal Setting
a. Menentukan tujuan konseling Tujuan dalam konseling ini adalah untuk meningkatkan tanggung jawab belajar pada konseli.
b. Mempertegas tujuan yang ingin dicapai
Mempertegas bahwa tujuan dalam konseling ini untuk meningkatkan tanggung jawab belajar pada konseli. c. Memberikan kepercayaan dan
meyakinkan konseli bahwa praktikan ingin membantu konseli mencapai tujuan konseling
Memberi kepercayaan dan meyakinkan pada konseli bahwa praktikan benar-benar ingin membantu konseli dalam meningkatkan tanggung jawab belajarnya.
d. Membantu konseli memandang masalahnya dengan memperhatikan hambatan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai
Hambatan yang akan dihadapi adalah konseli harus mampu mengendalikan keinginan-keinginan yang dapat merusak tujuan yang dicapai.
e. Merinci tujuan menjadi sub tujuan yang berurutan dan operasional
Sub tujuan:
a. Mengurangi perilaku tidak beranggung jawab dalam belajar. b. Dapat mempertahankan
keterampilannya sampai diluar sesi konseling.
3. Technique Implementation
a. Menentukan teknik konseling Teknik yang akan digunakan adalah teknik Self-management.
sesuai dengan teknik yang diterapkan
a. Menjelaskan rasional teknik. b. Mengajarkan konseli bagaimana
mengisi lembar self-management. c. Meminta konseli untuk
mengisinya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan konseling. d. Meminta konseli untuk
melakukan apa yang telah ia tulis dalam lembar tersebut.
c. Melaksanakan prosedur teknik yang diterapkan
Melaksanakan prosedur self-management sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. 4. Evaluation-Termination
a. Menanyakan dan
mengevaluasi apa yang dilakukan konseli setelah diberikan treatment
Menanyakan konseli tentang apa yang telah dipahami, bagaimana perasaannya, dan apa yang akan dilakukannya setelah mengikuti konseling.
b. Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli
Meminta konseli untuk benar-benar melakukan apa yang ia tulis dalam lembar self-management meski di luar sesi konseling.
c. Mengeksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan
Membuat kesepakatan dengan konseli kemungkinan untuk diadakan konseling pertemuan berikutnya. d. Menyimpulkan apa yang telah
dilakukan dan dikatakan konseli
Menyimpulkan tentang apa yang telah didapatkan selama proses konseling dari awal sampai akhir. e. Membahas tugas-tugas yang
harus dilakukan pada pertemuan selanjutnya
Memberikan tugas kepada konseli untuk selalu melaporkan lembar self-management kepada praktikan f. Mengakhiri proses konseling Ucapan terima kasih kepada konseli
dan mengakhiri proses konseling. Sumber: Tahapan Konseling Behavioral
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 3)
bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini variabelnya adalah sebagai berikut: 3.2.1.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)
Dalam Sugiyono (2007: 4), variabel independen atau variabel penyebab atau variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah treatment yang diberikan yaitu layanan konseling individual berbasis self-management.
3.2.1.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Menurut Sugiyono (2007: 4), variabel dependen/variabel terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya (Y) adalah tanggung jawab belajar siswa.
3.2.2 Hubungan Antar Variabel
Penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dengan variabel X dapat memunculkan variabel Y. Hubungan antar variabel menunjukkan hubungan (paradigma) sederhana, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2
Hubungan Antar Variabel
Variabel Bebas Variabel Terikat
3.2.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakterisktik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2009: 74). Tujuannya adalah memberi batasan yang jelas, nyata, konkrit, sehingga variabel dapat diukur. Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah layanan konseling individu berbasis self-management dan tanggung jawab belajar.
3.2.3.1 Tanggung Jawab Belajar
Tanggung jawab belajar adalah suatu proses dimana seseorang berinteraksi langsung menggunakan semua alat inderanya terhadap objek belajar dan lingkungan melalui pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan tingkah laku seperti pengetahuan, cara berpikir, ketrampilan, sikap, nilai dan kesediaan menanggung segala akibat dari kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kerelaan, rasa memiliki, dan disiplin yang bertujuan untuk menguasai materi ilmu pengetahuan. Sikap tanggung jawab belajar tersebut dapat dicirikan seperti (1) melakukan tugas belajar dengan rutin tanpa harus diberitahu; (2) dapat menjelaskan alasan atas belajar yang dilakukannya; (3) tidak menyalahkan orang
Tanggung Jawab Belajar Siswa
(Y) Layanan Konseling
Individual Berbasis Self-Management (X)
lain yang berlebihan dalam belajar; (4) mampu menentukan pilihan dari kegiatan belajar; (5) melakukan tugas sendiri dengan senang hati; (6) bisa membuat keputusan yang berbeda dari keputusan orang lain dalam kelompoknya; (7) mempunyai minat yang kuat untuk menekuni belajar; (8) menghormati dan menghargai aturan di sekolah; (9) dapat berkonsentrasi padabelajar; dan (10) memiliki rasa bertanggung jawab erat kaitannya dengan prestasi di sekolah.
3.2.3.2 Layanan Konseling Individu Berbasis Self-Management
Self-management merupakan teknik terapi dalam konseling behavior
yang membantu konseli dapat mendorong diri sendiri untuk maju, untuk dapat mengatur, memantau dan mengevaluasi dirinya sendiri dalam mencapai perubahan kebiasaan tingkah laku yang lebih baik dalam kehidupan pribadi melalui tahap menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut. Teknik ini bertujuan untuk mengubah perilaku siswa yang mempunyai tanggung jawab belajar rendah.