BAB II TINJAUAN PUSTAKA
N. Hipotesis
Hasil dari semua analisis yang dilakukan akan disajikan dalam bab ini yang dirangkai dalam kesimpulan penelitian serta dimuat juga mengenai keterbatasan dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran untuk pengembangan penelitian yang sama di masa-masa yang akan datang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Studi Peristiwa (Event Study)
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2000 : 392)
Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return
Peristiwa Reaksi Pasar terhadap Hasil Kandungan Informasi
Gambar I : Kandungan Informasi Suatu Pengumuman
Sumber : Jogiyanto, 2000 : 393
B. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan media komunikasi dan pertanggungjawaban antara perusahaan dan para pemiliknya atau pihak lainnya (Suwardjono, 2003 : 65). Tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang relevan pada pihak-pihak diluar perusahaan.
Menurut Belkoui (1993) yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001) mengungkapkan bahwa laporan keuangan merupakan sarana untuk
Pengumuman Peristiwa Ada abnormal return Tidak Ada abnormal return ADA KANDUNGAN INFORMASI TIDAK ADA KANDUNGAN INFORMASI
mempertanggunggjawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas sumber daya pemilik.
Laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan laba ditahan, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan (Soemarso, 2005 : 368). Neraca dapat menunjukkan posisi keuangan perusahaan. Laporan laba rugi dapat menunjukkan kinerja perusahaan. Laporan arus kas dapat menunjukkan likuiditas perusahaan. Catatan atas laporan keuangan merupakan media untuk pengungkapan yang diharuskan dalam standar akuntansi dan yang tidak dapat disajikan dalam neraca, laporan laba rugi atau laporan arus kas.
C. Laba
Secara teknis akuntansi, laba adalah selisih bersih antara pendapatan ditambah untung dan biaya ditambah rugi. (Suwardjono, 2003 : 74). Suwardjono (2005 : 467) mendefinisikan laba sebagai tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa atau pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mula (awal perioda).
Tujuan pelaporan laba adalah menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para pemakai laporan keuangan khususnya investor dan kreditor, informasi laba diharapkan dapat digunakan sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan
dalam tingkat kembalian atas investasi, pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen, dasar penentuan besarnya pengenaan pajak, dasar kompensasi dan pembagian bonus, serta alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan dan dasar pembagian dividen.
D. Pengumuman Laba (Earnings Announcement)
Laporan keuangan tahunan dan kuartalan dapat tersedia untuk umum setelah laporan keuangan tersebut diaudit. Jangka waktu pembuatan dan audit dapat berkisar satu hingga enam minggu. Namun, perusahaan sering kali mempublikasikan ringkasan informasi penting lebih dulu melalui pengumuman laba (earnings announcement). Pengumuman laba tersedia untuk para pelaku pasar modal melalui publikasi keuangan. Pengumuman laba memberikan ringkasan informasi penting mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan baik untuk periode kuartalan maupun tahunan (Wild. et. al, 2005 : 85).
Jika laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk analisis, penelitian memperlihatkan bahwa sebagian reaksi harga saham yang disebabkan oleh informasi keuangan kuartal (paling tidak laba) terjadi pada saat pengumuman laba, bukan pada saat laporan keuangan penuh dipublikasikan.
E. Studi Kandungan Informasi atas Laba
Studi kandungan informasi meneliti hubungan laba dengan return yang didasarkan pada anggapan bahwa laba bermanfaat bagi investor. Ball dan Brown (1968) yang dikutip oleh Assih dan Gudono (2000) menduga manfaat keberadaan angka laba akuntansi dengan menguji kandungan informasi dan ketepatan waktu dari angka laba tersebut. Mereka memperlihatkan bahwa informasi yang terkandung dalam angka akuntansi adalah berguna, yaitu jika laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba harapan investor, maka pasar bereaksi yang tercermin dalam pergerakan harga saham sekitar tanggal pengumuman laba. Harga saham cenderung naik apabila laba yang dilaporkan lebih besar dari laba harapan, dan sebaliknya harga saham cenderung turun apabila laba yang dilaporkan lebih kecil dari laba harapan.
Beaver (1968) yang dikutip oleh Assih dan Gudono (2000) menyatakan bila pengumuman laba tahunan mengandung informasi, variabilitas perubahan harga akan nampak lebih besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan karena terdapat perubahan dalam keseimbangan nilai harga saham saat itu selama periode pengumuman. Hasil penelitiannya memberi bukti bahwa perilaku harga dan volume sekitar tanggal pengumuman mengindikasi bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk penilaian perusahaan. Sementara Ali (1994) yang dikutip oleh Assih dan Gudono (2000) memperlihatkan bahwa earnings mengandung informasi tambahan
melebihi kandungan informasi yang ada pada working capital dan cash flow.
F. Teori Keagenan (Agency Theory)
Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995 : 569) yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Principal memperkerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak
principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya sendiri. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya (Widyaningdyah, 2001).
Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent.
Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh
principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent
G. Manajemen Laba (Earnings Management)
Menurut Schipper (1989) yang dikutip oleh Widodo (2005), mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Menurut Scott (2000) yang dikutip oleh Widodo (2005), manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi tertentu oleh manajer untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Terdapat tiga jenis strategi manajemen laba yaitu :manajer meningkatkan laba periode kini, manajer meminimalkan laba dan manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba (income smoothing). Manajemen laba dilakukan karena motivasi-motivasi tertentu seperti meningkatkan kompensasi manajer terkait dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham, dan usaha mendapatkan subsidi pemerintah.
H. Perataan Laba (Income Smoothing) 1. Definisi Perataan Laba
Menurut Fudenberg dan Tirole (1995) yang dikutip oleh Sugiarto (2003), perataan laba adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil.
Menurut Beiddelman perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisi sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat earnings yang dianggap normal bagi suatu perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam earnings pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
2. Motivasi Perataan Laba
Menurut Hepworth (1953) yang dikutip oleh Salno dan Baridwan (2000), manajer melakukan perataan laba dengan motivasi untuk : a. Mengurangi total pajak terutang.
b. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula.
c. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.
Menurut Belkaoui (2001:126), perataan laba dimotivasi oleh keinginan untuk mempertinggi keandalan prediksi yang didasarkan pada laba dan mengurangi risiko yang terkait dengan angka-angka akuntansi.
3. Tujuan Perataan Laba
Tujuan perataan laba menurut Foster (1986) adalah sebagai berikut: a. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa
perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah.
b. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba dimasa yang akan datang.
c. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
d. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.
e. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. 4. Dimensi Perataan Laba
Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan perataan angka laba. Dascher dan Malcom menyatakan bahwa perataan laba atas laba yang dilaporkan dapat di capai melalui real smoothing atau artificial smoothing (Assih dan Gudono, 2000). Real smoothing yang berarti suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pengaruh perataannya pada laba. Sementara artificial smoothing
berarti perataan laba dengan menerapkan prosedur akuntansi untuk memindah biaya atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain.
Tiga dimensi perataan laba (Sugiarto, 2003), sebagai berikut:
a. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan transaksi: pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals ). Misalnya perusahaan menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu.
b. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu: manajer memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan dan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjualan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.
c. Perataan melalui klasifikasi : manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan non operasi sulit untuk didefinisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi.
Pada dasarnya perataan pada poin (a) diatas dapat dipandang sebagai real smoothing, sementara peratan pada poin (b) menunjukkan
I. Return Ekspektasi (Expected Return)
Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Kenyataan menghitung hasil masa depan dan probabilitasnya merupakan hal yang tidak mudah dan bersifat subyektif. Akibat perkiraan yang subyektif ini, ketidakakuratan akan terjadi. Untuk mengurangi ketidakakuratan ini, data historis dapat digunakan sebagai dasar mengestimasi expected return. Brown dan Warner, mengestimasi expected return dengan menggunakan 3 model estimasi yaitu: mean-adjusted model, market model dan market-adjusted
model (Jogiyanto, 2000 : 416).
1. Mean-Adjusted Model (Model Disesuaikan Rata-rata)
Model ini beranggapan bahwa expected return bernilai konstan yang sama dengan rata-rata actual return sebelumnya selama periode estimasi (estimation period) sebagai berikut:
E(Ri,j) = T R t t j t i
∑
= 2 1 , Keterangan :E(Ri,j) = expected return sekuritas ke-I pada periode peristiwa ke-j Ri,t = actual return ke-I pada periode estimasi ke-t
T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut
juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Periode estimasi dan periode jendela dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Periode Estimasi Periode Jendela
t1 t2 t3 t0 t4 Gambar II : Periode estimasi dan periode jendela Sumber : Jogiyanto, 2000 : 418
Di gambar tersebut, t1 sampai dengan t2 merupakan periode estimasi, t3 sampai dengan t4 merupakan periode jendela dan t0 merupakan saat terjadinya peristiwa.
Pada umumnya periode jendela juga melibatkan hari sebelum tanggal peristiwa untuk mengetahui apakah terjadi kebocoran informasi, yaitu apakah pasar sudah mendengar informasinya sebelum informasi itu sendiri diumumkan. Periode jendela sebagai periode pengamatan merupakan periode yang akan dihitung nilai abnormal returnnya
2. Market Model (Model Pasar)
Perhitungan expected return dengan model pasar ini dilakukan dengan dua tahap yaitu :
a. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi
b. Menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi expected return di periode jendela
Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan
Ri,t =
α
i+β
i.RMt +ε
it Keterangan :Ri,t = actual return sekuritas ke-I pada periode estimasi
α
I = intercept untuk sekuritas ke-Iβ
I = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-I RMt = return indeks pasar pada periode estimasi ke-t yang dapatdihitung dengan rumus RMt = (IHSGt – IHSGt-1) / IHSGt-1
it
ε
= kesalahan residu sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-t3. Market-adjusted model (Model Disesuaikan Pasar)
Model ini beranggapan bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Misalnya pada hari pengumuman peristiwa, return
indeks pasar adalah sebesar 15% dengan metode disesuaikan pasar, maka expected return semua sekuritas dihari yang sama tersebut adalah sama dengan return indeks pasarnya yaitu sebesar 15%.
J. Unexpected Return (Abnormal Return)
Unexpected return atau abnormal return merupakan kelebihan dari
return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal (Jogiyanto, 2003 : 415). Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Jadi abnormal return merupakan selisih antara
return sesungguhnya terjadi dengan expected return sebagai berikut: ARit = Rit – E(Rit)
Keterangan:
ARit = abnormal return saham I pada periode ke-t Rit = actual return saham I pada periode ke-t
E(Rit) = expected return untuk saham I pada periode ke-t
K. Rata-Rata Return Tidak Normal (Average Abnormal Return)
Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata
abnormal return seluruh sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa (Jogiyanto, 2000 : 429). Rata-rata abnormal return
untuk hari ke-t dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut: k RTN RRTN k i t i t
∑
= = 1 ,Keterangan :
RRTNt = rata-rata return tidak normal (average abnormal return) pada hari ke-t.
RTNi,t := return tidak normal (abnormal return) untuk sekuritas ke-I pada hari ke-t.
k = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa.
L. Akumulasi Return Tidak Normal (Cumulative Abnormal Return) Akumulasi return tidak normal (ARTN) atau cumulative abnormal return (CAR) merupakan penjumlahan return tidak normal hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas (Jogiyanto, 2003 : 432) sebagai berikut:
CARi,t =
∑
= 2 1 t t t it AR Keterangan:CARi,t = cumulative abnormal return (akumulasi return tidak normal) sekuritas ke I pada hari ke-t
ARit = abnormal return untuk saham I pada hari t
t1 = periode pertama dimana Ait diakumulasi atau awal periode pengamatan, dalam penelitian ini 5 hari sebelum tanggal pengumuman laba
t2 = periode terakhir dimana ARit diakumulasi atau akhir periode pengamatan, dalam penelitian ini 5 hari setelah tanggal pengumuman laba
Jika terdapat k buah sekuritas, maka akumulasi rata-rata return tidak normal (ARRTN) atau cumulative average abnormal return (CAAR) dapat dihitung sebagai berikut :
ARRTNt = k ARTN k i t i
∑
=1 , Keterangan :ARRTNt = akumulasi rata-rata return tidak normal (cumulative average abnormal return) pada hari ke-t
ARTNi,t = akumulasi return tidak normal (cumulative abnormal return) sekuritas ke-i pada hari ke-t.
k = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa.
Akumulasi rata-rata return tidak normal (ARRTN) dapat juga dihitung dengan mengakumulasikan rata-rata return tidak normal untuk hari-hari sebelumnya. Jika rata-rata return tidak normal hari ke-t adalah ARTNt, maka akumulasi rata-rata return tidak normal hari ke-t (ARRTNt) dapat dihitung sebesar :
ARRTNt = ∑
= t t a a RRTN 5 Keterangan :ARRTNt = akumulasi rata-rata return tidak normal (cumulative average abnormal return) pada hari ke-t.
RRTNa = rata-rata return tidak normal (average abnormal return) pada hari ke-a, yaitu mulai t5 (hari awal periode jendela) sampai hari ke-t.
M. Pengujian Statistik Terhadap Return Tidak Normal
Pengujian statistik terhadap return tidak normal mempunyai tujuan untuk melihat signifikansi return tidak normal yang ada di periode peristiwa. Signifikansi yang dimaksud adalah bahwa abnormal return
tersebut secara statistik signifikan tidak sama dengan nol (positip untuk kabar baik dan negatip untuk kabar buruk). Pengujian-t (t-test) digunakan untuk maksud ini (Jogiyanto, 2003 : 435).
Pengujian statistik ini dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut ini.
1. Berdasarkan deviasi standar return-return selama periode estimasi dengan nilai standarnya yang digunakan adalah nilai rata-rata returnnya.
2. Berdasarkan deviasi standar return-return selama periode estimasi dengan nilai standar yang digunakan adalah nilai prediksi returnnya.
3. Berdasarkan deviasi standar return-return hari ke-t secara cross-section
selama periode peristiwa.
Pengujian dengan menggunakan cara pertama dan kedua membutuhkan periode estimasi, sehingga hanya dapat diterapkan untuk model pasar (market model) dan model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model). Perbedaan antara kedua pengujian ini yaitu dalam menghitung Kesalahan Standar Estimasi (KSE), terletak pada standar yang digunakan dalam mengukur penyimpangan return-return-nya selama periode estimasi. Nilai standar yang digunakan untuk cara pertama adalah nilai rata-rata return-nya. Sedangkan untuk cara kedua, nilai standar yang digunakan adalah nilai estimasi atau prediksi return-nya.
Pengujian dengan cara yang ketiga yaitu secara cross section sangat cocok untuk model disesuaikan pasar (market adjusted model) karena model ini tidak membutuhkan periode estimasi. Model-model yang lainnya, yaitu market model dan mean adjusted model dapat juga menggunakan cara ketiga ini (Jogiyanto, 2003 : 436).
Dalam penelitian ini, pengujian statistik terhadap abnormal return
dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata abnormal return
seluruh sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari pada periode peristiwa. Dengan cara tersebut, Kesalahan Standar Estimasi (KSE) dapat dihitung dengan rumus:
KSEt = k k RTN RTN k i t t i 1 . 1 ) ( 1 2 , − −
∑
=Keterangan:
KSEt = Kesalahan standar estimasi untuk hari ke-t diperiode peristiwa.
RTNi,t = return tidak normal sekuritas ke-I untuk hari ke-t di periode peristiwa.
t
RTN = rata-rata return tidak normal k-sekuritas untuk hari ke-t di periode peristiwa.
k = jumlah sekuritas.
Nilai atau besarnya t-hitung dapat dicari rumus sebagai berikut:
KSE RRTN hitung
t− = t
Keterangan:
tt = t-hitung untuk masing-masing hari ke-t diperiode peristiwa RRTNt = rata-rata return tidak normal untuk hari ke-t di periode peristiwa
KSE = Kesalahan Standar Estimasi.
N. Hipotesis
Hubungan antara unexpected earnings dengan return saham tidak hanya merupakan suatu ukuran yang bermanfaat untuk mengukur kandungan informasi dan kualitas angka laba tetapi juga berguna sebagai suatu pengantar untuk mengevaluasi dampak yang berbeda atas pilihan kebijakan akuntansi pada pasar modal (Assih dan Gudono, 2000).
Investor menggunakan laporan keuangan sebagai media dalam menilai kinerja perusahaan. Atas dasar pertimbangan itulah maka manajemen berusaha menyajikan laba perusahaan yang tidak terlalu fluktuatif dengan melakukan perataan laba (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001). Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah : (1) apakah terjadi reaksi pasar atas informasi laba yang diumumkan oleh seluruh perusahaan; (2) Apakah reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan perata laba dengan reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan bukan perata laba akan berbeda. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian adalah:
Ha1 : Terjadi reaksi pasar pada saat informasi laba diumumkan oleh seluruh perusahaan.
Ha2 : Terdapat perbedaan reaksi pasar terhadap informasi laba antara perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba.