• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Hipotesis

1. Reaksi Pasar pada Perusahaan Pengakuisisi.

Return adalah salah satu faktor yang mendorong investor untuk berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberaniannya untuk menanggung risiko yang dilakukan. Abnormal retun sering digunakan dalam penelitian untuk menganalisis reaksi pasar sebagai akibat dari adanya informasi tertentu, salah satunya mengenai pengumuman merger dan akuisisi (Hartono, 2015)

Abnormal return merupakan selisih (positif atau negatif) antara pengembalian yang diperoleh investor (actual return) dengan pengembalian yang diharapkan investor (expected return) disekitar tanggal pengumuman merger dan akuisisi. Besarnya abnormal return dinilai guna menentukan dampak informasi yang baru dirilis, salah satunya pengumuman mengenai akuisisi (Andini et al., 2015). Suatu peristiwa yang mengandung informasi akan memberikan abnormal return kepada investor. Sebaliknya peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada investor (Hartono, 2015).

Reaksi pasar atas pengumuman merger dan akuisisi tercermin dalam positive abnormal return jika informasi mengandung kabar baik, sebaliknya reaksi pasar dengan negative abnormal retun artinya informasi tersebut mengandung kabar buruk (Tandelilin, 2010).

Astria (2013) mengungkapkan bahwa adanya perbedaan abnormal return yang signifikan pada masa sebelum dengan sesudah pengumuman merger dan akuisisi, hal ini membuktikan bahwa pasar bereaksi atas pengumuman merger dan akuisisi. Isa dan Lee (2011) meneliti reaksi pasar di pasar saham Malaysia menyatakan bahwa mengakuisisi perusahaan dapat memberikan abnormal return positif yang signifikan pada hari pengumuman merger dan akuisisi (hari H) dan pada H+1 pengumuman merger dan akuisisi. Penelitian serupa yang menunjukkan adanya perbedaan abnorml return ketika terdapat pengumuman merger dan akuisisi seperti Gunawan dan Surakartha (2013) yang menyatakan ada peningkatan kinerja pasar signifikan setelah adanya pengumuman merger dan akuisisi.

Namun penelitian yang dilakukan oleh Edward (2012) yang meneliti mengenai analisis reaksi pasar atas pengumuman merger dan akuisisi menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan abnormal return saham harian perusahaan pengakuisisi untuk periode 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Penelitian serupa yang hasilnya menunjukkan tidak adanya reaksi pasar atas pengumuman merger dan akuisisi diungkapkan oleh Novaliza dan Djajanti (2013), Tarigan dan Pratomo (2015), Auqie (2013), Andini et al. (2015), Ramadhariyansyah dan Suwitho (2013) serta Dananjaya dan Wiagustini (2015). Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Terdapat perbedaan reaksi pasar atas pengumuman merger dan akuisisi pada masa sebelum dan sesudah pengumuman merger dan akuisisi

2. Metode Pembayaran Kas dan Saham pada Transaksi Merger dan Akuisisi.

Metode pembayaran menjadi salah satu faktor eksternal yang menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi. Pemilihan metode pembayaran yang tepat sangat penting untuk dipertimbangkan agar dapat memberi keuntungan bagi perusahaan baik perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target. Selain itu, metode pembayaran yang digunakan dalam strategi merger dan akuisisi memberikan gambaran mengenai tingkat kemampuan dan kapabilitas perusahaan pengakuisisi serta menunjukkan ekspektasi pasar mengenai sinergi yang dihasilkan dari strategi merger dan akuisisi.

Pengumuman mengenai strategi merger dan akuisisi beserta metode pembayaran yang digunakan, memberikan informasi kepada pasar yang kemudian pasar akan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal positif ataupun sinyal negatif. Metode pembayaran yang digunakan dalam melakukan strategi merger dan akuisisi dapat mempengaruhi cumulative abnormal return.

Terdapat berbagai metode pembayaran yang dapat digunakan pada transaksi merger dan akuisisi. Metode pembayaran menjadi 3 macam, yaitu kas, hutang, saham atau kombinasi ketiganya.

a. Kas.

Uang tunai yang dibayarkan perusahaan pengakuisisi terhadap perusahaan target pada saat transaksi merger dan akuisisi. Biasanya pembayaran secara tunai dilakukan pada perusahaan yang memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup besar.

b. Hutang.

Pembayaran dengan hutang ini terjadi ketika perusahaaan pengakuisisi membayar secara tunai namun sebagian besar berasal dari pinjaman kepada pihak ketiga. Transaksi ini sering disebut dengan laverage buy out.

c. Saham.

Pembayaran dengan saham terjadi ketika pemegang saham perusahaan pengakuisisi menyerahkan sejumlah sahamnya kepada pemegang saham perusahaan target dan begitupula sebaliknya, pemegang saham perusahaan target juga menyerahkan sejumlah sahamnya kepada pemegang saham perusahaan pengakuisisi sesuai dengan harga saham yang telah disepakati.

d. Kombinasi Kas, Hutang dan Saham.

Kombinasi ketiga metode pembayaran tersebut dapat dilakukan ketika perusahaan pengakuisisi tidak memiliki cukup kas untuk

membayar semua dengan kas, tidak ingin menggunakan seluruh sahamnya dan tidak ingin menggunakan seluruh hutangnya untuk transaksi merger dan akuisisi.

Pada penelitian ini peneliti hanya membedakan metode pembayaran menjadi 2 macam, yaitu metode pembayaran kas dan metode pembayaran saham. Hal ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gunawan dan Sukartha (2013).

Masing-masing metode pembayaran memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Risiko gagal dalam pembayaran menggunakan saham akan ditanggung penuh oleh pemegang saham perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target sedangkan kegagalan pembayaran dengan kas akan ditanggung penuh oleh pemegang saham perusahaan pengakuisisi. Pembayaran dengan kas dikenakan pajak sedangkan pembayaran dengan saham bebas dari pajak. Namun pembayaran dengan kas lebih mudah dilakukan karena tidak harus mendapatkan persetujuan dari pemegang saham layaknya pembayaran menggunakan saham. Pembayaran dengan kas dapat menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sedangkan pembayaran dengan saham dapat mencerminkan bahwa perusahaan target ingin mempertahankan kepemilikan pada perusahaan hasil merger dan akuisisi. Penelitian yang dilakukan oleh Fuller et al. (2002) yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan reaksi pasar yang signifikan pada metode pembayaran yang digunakan yaitu kas, saham dan kombinasi

keduanya. Hal ini ditunjukkan dari nilai CAR untuk kas 2,56%, 3,23% untuk saham dan 3,33% untuk kombinasi keduanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Isa dan Lee (2011)menunjukkan bahwa penawaran akuisisi dengan kas lebih disukai oleh investor daripada dengan saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai cumulative abnormal return (CAR) pada metode pembayaran kas lebih tinggi (2,85%) daripada CAR pada metode pembayaran dengan saham (-0,52%). Namun penelitian oleh Gunawan dan Surakartha (2013) memberikan hasil yang berlawanan, bahwa kinerja pasar perusahaan yang menggunakan saham sebagai metode pembayaran merger dan akuisisi lebih baik daripada metode pembayaran dengan kas. Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Terdapat perbedaan reaksi pasar atas metode pembayaran kas dengan metode pembayaran saham dalam strategi merger dan akuisisi

3. Status Perusahaan Target (Publik dan Privat) pada Strategi Merger dan Akuisisi.

Status perusahaan target menjadi salah satu faktor eksternal yang menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi. Pengumuman mengenai strategi merger dan akuisisi beserta status perusahaan target yang akan diakuisisi, memberikan informasi

kepada pasar yang kemudian pasar akan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal positif ataupun sinyal negatif.

Status perusahaan target dalam strategi merger dan akuisisi dapat bermacam-macam, seperti perusahaan publik, privat, ataupun kombinasi keduanya. Perusahaan publik merupakan perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sahamnya diperjualbelikan kepada masyarakat umum. Sedangkan pada perusahaan privat sahamnya tidak diperdagangkan dan kepemilikannya seringkali merupakan keluarga terdekat (Isa dan Lee, 2011).

Perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan publik sebagai perusahaan target memiliki kemudahan dalam mengakses informasi yang diinginkan dibandingkan dengan perusahaan privat dikarenakan saham perusahaan privat tidak diperdagangkan sehingga tidak ada informasi yang dipublikasikan kepada masyarakat umum dan sulit untuk melakukan penilaian pada saat dilakukannya merger dan akuisisi (Gunawan dan Surakartha, 2013). Proses merger dan akuisisi dengan perusahaan publik memberikan sinyal positif dan dianggap sebagai kabar baik oleh pelaku pasar karena semua informasi sudah tersedia untuk publik sehingga pelaku pasar lebih mudah untuk menganalisis apakah strategi merger dan akuisisi tersebut akan memberikan dampak baik atau buruk kepada perusahaan pengakuisisi. Sedangkan mengakuisi perusahaan privat cenderung memiliki kesulitan dalam mengakses informasi sehingga investor mengalami keraguan dalam melakukan keputusan investasi. Fuller et al. (2002) menyebutkan bahwa

terdapat perbedaan reaksi pasar yang signifikan pada status perusahaan target dalam akuisisi yaitu publik, privat dan cabang. Hal ini ditunjukkan dari perolehan CAR masing-masing perusahaan, yaitu -1,00% untuk publik, 2,08% untuk privat dan 2,75% untuk perusahaan cabang.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Isa dan Lee (2011) menunjukkan bahwa mengakuisisi perusahaan publik memberikan cumulative abnormal return yang lebih besar daripada mengakuisisi perusahaan privat. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Isa dan Lee (2011), penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dan Surakartha (2013) juga menunjukkan bahwa kinerja pasar perusahaan setelah merger dan akuisisi dengan perusahaan publik sebagai perusahaan target lebih baik daripada dengan perusahaan privat atau kombinasi keduanya. Berdasarkan pada kajian teoritis dan penelitian sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Terdapat perbedaan reaksi pasar atas status perusahaan target privat dengan status perusahaan target publik dalam strategi merger dan akuisisi

4. Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Target.

Ukuran relatif perusahaan target untuk strategi merger dan akuisisi merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya cumulative abnormal return yang diperoleh perusahaan pengakuisisi. Mengakuisisi perusahaan yang berukuran relatif kecil dibandingkan dengan perusahaan pengakuisisi

sendiri akan menghasilkan nilai tambah yang kecil bagi perusahaan pengakuisisi. Oleh karena itu, masuk akal apabila ukuran dari perusahaan target berhubungan dengan jumlah keuntungan yang akan didapatkan perusahaan pengakuisisi (Isa dan Lee, 2011)

Penelitian yang dilakukan oleh Isa dan Lee (2011) menunjukkan hasil bahwa mengakuisisi perusahaan dengan ukuran perusahaan yang besar cenderung menghasilkan cumulative abnormal return yang lebih besar dari pada mengakuisisi perusahaan dengan ukuran yang kecil. Hasil analisis regresi juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif signifikan, yang berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan target, semakin besar pula nilai tambah pada perusahaan pengakuisisi.

Berbeda dari hasil penelitian Isa dan Lee (2011), penelitian yang dilakukan oleh Edward (2012) menunjukkan hasil bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh investor tidak jauh berbeda sesudah dilakukannya merger dan akuisisi pada perusahaan berkapitalisasi besar. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan abnormal return yang signifikan. Berdasarkan pada kajian teoritis dan penelitian sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Terdapat pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap reaksi pasar pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

Dokumen terkait