• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara yang belum final, suatu jawaban sementara, suatu dugaan sementara, yang merupakan konstruk penelitian terhadap masalah penelitian dan menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih variabel.Kebenaran dugaan tersebut perlu di buktikan melalui penyelidikan ilmiah (Munir, 2017: 131).

Berdasarkan permasalahan penelitian, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga bahwa upah minimum (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar.

2. Diduga bahwa jumlah penduduk (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar.

3. Diduga bahwa pertumbuhan ekonomi (X3) berpengaruh negative dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar.

4. Diduga bahwa upah minimum, jumlah penduduk, dan pertumbuhan ekonomi secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar.

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, yaitu metode penelitian yang merupakan pendekatan ilmiah terhadap keputusan ekonomi. Penelitian kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerial (angka) yang diolah dengan model statistika pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian infrensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probalitas kesalahan penolakan hipotesis. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikan hubungan antara variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara dan diperoleh dari BPS Kabupaten Takalar, data yang diambil yaitu data yang berkaitan dengan variabel penelitian seperti data upah minimum, jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan jumlah pengangguran.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar yang berada di Jl. Syech Yusuf No. 5 Takalar.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama 2 bulan yaitu bulan Agustus sampai bulan September 2021, guna untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terbukti kebenarannya.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran 1. Variabel Bebas (Independen Variable)

Variabel Bebas adalah suatu variabel yang variasinya yang mempenagruhi variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah upah minimum, jumlah penduduk, dan pertumbuhan ekonomi.

2. Variabel Terikat (Dependen Variables)

Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel Y efek tersebut di amati ada tidaknya, timbul-hilangnya, membesar-kecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat perubahan pada variabel lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat pengangguran.

3. Definsi Operasional

a. Tingkat pengangguran (Y) merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum mendapatkan pekerjaan tersebut (Sukrino, 1994). Variabel tingkat pengangguran yang di gunakan adalah tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar.

b. Upah Minimum (X1) adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah

kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Upah yang digunakan dalam peneltian ini adalah upah minimum Kabupaten Takalar dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

c. Jumlah penduduk (X2) yang digunakan dalam penelitian yang ini adalah jumlah penduduk Kabupaten Takalar dengan satuan jiwa.

d. Pertumbuhan ekonomi (X3) menurut Boediono (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang. Variabel pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Takalar dalam satuan persen.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Dalam suatu penelitian populasi adalah kumpulan individu atau objek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010: 173) menjelaskan bahwa populasi adalah Keseluruhan subjek Penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data tingkat pengangguran, upah minimum, jumlah penduduk, dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Takalar.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah himpunan dari bagian atau sebagian dari populasi.

Dalam suatu penelitian, pada umumnya observasi tidak dilakukan terhadap populasi, akan tetapi dilaksanakan pada sampel. Pengambilan sampel berdasarkan variabel-variabel yang digunakan yaitu tingkat pengangguran, upah minimum, jumlah penduduk, dan pertumbuhan

ekonomi. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dasar pertimbangan penulis memilih metode ini karena di dalam pengumpulan sampel, penulis menetapkan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria penarikan sampel dari penelitian ini adalah Kabupaten yang memiliki tingkat pengangguran yang signifikan selama 10 tahun terakhir.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah melalui studi pustaka.

Studi pustaka alah merupakan teknik untuk mendapatkan informasi melalui catatan, literatur, dokumentasi dan lain-lain yang masih relevan dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar. Data yang diperoleh adalah data dalam bentuk tahunan untuk masing-masing variabel.

F. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Model ini akan memperlihatkan hubungan dan pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Tingkat pengangguran merupakan variabel terikat sedangkan upah minimum, jumlah penduduk, dan pertumbuhan ekonomi merupakan variabel bebasnya. Berdasarkan yang ada sebelumnya tingkat pengangguran merupakan fungsi dari upah minimum, jumlah penduduk, dan pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan sebagai berikut:

Y=f (X1, X2, X3, )………(1)

Dengan demikian dapat ditemukan model analisisnya yaitu:

Y= α+β1+X12+X23+X3+µ………….(2)

Keterangan:

Y : Tingkat pengangguran (dalam persen) X1 : Nilai upah minimum (dalam rupiah) X2 : Jumlah penduduk (dalam jiwa)

X3 : Pertumbuhan ekonomi (dalam rupiah) α : Konstanta

β1 : Koefisien upah minimum β2 : Koefisien jumlah penduduk β3 : Koefisien pertumbuhan ekonomi

µ :Faktor penganggur atau tidak dapat diamati (error term)

Di samping itu juga dilakukan pengujian hipotesis yaitu uji F, t dan uji koefisien determinasi R2. Jika nilai F lebih besar dari 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5 persen atau menerima hipotesis bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Uji t dapat dideteksi dengan melihat jumlah degree of freedom atau (DF) adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan sebesar 5 persen, maka H0 dapat ditolak atau menerima hipotesis yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel

dependen. Uji koefisien determinasi (R2) dapat dideteksi dengan melihat nilai Adjusted R2.

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Geografis

Kabupaten Takalar merupakan salah satu Kabupaten dari 28 Kabupaten yang terdapat di Sulawesi Selatan dengan beribukota di Pattallassang. Letak astronomis Kabupaten Takalar terletak pada posisi 503’

– 5038’ lintang selatan dan 199022’ – 199039’ bujur timur. Dengan luas wilayah Kabupaten Takalar tercatat 556,51 km2. Kabupaten Takalar terdiri dari 9 kecamatan yaitu terdiri dari Kecamatan Mangarabombang, Mappasunggu, Sanrobone, Polombangkeng Selatan, Pattallassang, Polombangkeng Utara, Galesong, Galesong Utara, dan Galesong Selatan.

Kecamatan Polombangkeng Utara merupakan Kecamatan terluas di Kabupaten Takalar. Dengan luas 212,25 km2 atau 37,7% dari seluruh luas Kabupaten Takalar, sedangkan luas daerah terkecil di Kabupaten Takalar adalah Kecamatan Galesong Utara dengan luas 15,11 km2 atau 2,6% dari luas Kabupaten Takalar.

Kabupaten Takalar memiliki batas wilayah sebagai berikut : a. Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa

b. Wilayah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto.

c. Wilayah sebelah selatan berbatasan dengan selat Makassar d. Wilayah sebelah barat berbatasan dengan Laut Flores

2. Kondisi Demografis

Penduduk merupakan salah satu unsure dalam pembentukan suatu wilayah. Data jumlah penduduk Kabupaten Takalar 5 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2016 tercatat sebanyak 289.978 jiwa. Pada tahun 2017 tercatat 292.983 jiwa. Pada tahun 2018 tercatat sebanyak 295.892 jiwa. Pada tahun 2019 tercatat 296.688 jiwa, sedangkan pada tahun 2020 tercatat sebanyak 300.853 jiwa.

Table 4.1 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Takalar Tahun 2016-2020

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar 2021

Penduduk Kabupaten Takalar berdasarkan proyeksi penduduk, pada tahun 2016 jumlah penduduk Kabupaten Takalar sebanyak 289.000 jiwa. Terdiri dari 139.381 laki-laki dan 150.597 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk pada tahun 2016 sebesar 92.

Pertumbuhan penduduknya sebesar 1.07 persen.

Pada tahun 2017 jumlah penduduk Kabupaten Takalar sebanyak 292.000 jiwa. Terdiri dari 140.870 laki-laki dan 152.113 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk pada tahun 2017 sebesar 93.

Pertumbuhan penduduknya sebesar 1,04 persen.

Pada tahun 2018 jumlah penduduk Kabupaten Takalar sebanyak 295.000 jiwa. Terdiri dari 142.303 laki-laki dan 153.589 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk pada tahun 2018 sebesar 93.

Pertumbuhan penduduknya sebesar 0,99 persen.

Pada tahun 2019 jumlah penduduk Kabupaten Takalar sebanyak 298.000 jiwa. Terdiri dari 143.674 laki-laki dan 155.014 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk pada tahun 2019 sebesar 92,68. Pertumbuhan penduduknya sebesar 0.94 persen.

Pada tahun 2020 jumlah penduduk Kabupaten Takalar sebanyak 300.000 jiwa. Terdiri dari 146.969 laki-laki dan 153.884 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk pada tahun 2020 sebesar 95,5. Pertumbuhan penduduknya sebesar 1,07 persen.

Dalam kurung waktu 5 tahun penduduk Kabupaten Takalar sudah menjadi 300.000 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, faktor kesempatan kerja yang lebih luas, melanjutkan pendidikan yg tinggi, sejumlah fasilitas yang lebih memadai.

B. Deskripsi Perkembangan Variabel Penelitian

1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Kabupaten Takalar

Tingkat pengangguran merupakan angka yang menunjukkan besarnya angka kerja usia 15 tahun ke atas yang sedang aktif mencari pekerjaan, ketidakseimbangan antara permintaan lapangan pekerjaan yang semakin meningkat dengan jumlah lapangan kerja yang terbatas merupakan masalah dalam pengangguran. Biasanya para pencari kerja lebih memilih keluar daerah untuk mencari pekerjaan, ini karena lapangan pekerjaan di Kabupaten Takalar tidak memadai untuk menyerap para pencari kerja tersebut. Banyak pula masyarakat yang menjadi miskin dan bahkan semakin berputar di zona kemiskinan karena mereka tidak mendapat pekerjaan sehingga mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, inilah problematika yang tidak boleh di pandang enteng oleh Pemerintah Kabupaten Takalar dalam meningkatkan pembangunan perekonomian daerah Takalar.

Tabel 4.2 Tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar dari tahun 2011-2020 (%)

No. Tahun Tingkat Pengangguran (Y)

1 2011 5.54

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar 2021

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Takalar di lihat bahwa perkembangan pengangguran dari tahun 2011-2020 mengalami naik turun. Pada tahun 2011 tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar sebesar 5,54 persen dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,21 persen. Pada tahun 2013 terjadi penurunan secara drastis yaitu sebesar 2,73 persen. Dengan menurunnya persentasi tingkat pengangguran di suatu daerah menandakan bahwa pemerintah di daerah tersebut telah berhasil menciptakan lapangan pekerjaan sebagai wadah untuk menyerap para pencari kerja di daerahnya. Akan tetapi pada tahun 2020 pengangguran di Kabupaten Takalar mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,97 persen.

Hal ini disebabkan karena pengaruh Pandemi Covid-19 yang semakin meningkat.

2. Perkembangan Upah Minimum di Kabupaten Takalar

Upah diartikan sebagai sejumlah dana yang dikeluarkan pengusaha untuk membayar tenaga kerja karena telah melakukan pekerjaan yaitu menghasilkan produk. Upah terus meningkat secara lansung akan membawa dampak signifikan pada penawaran tenaga kerja, karena dengan adanya tingkat upah yang dinaikkan tersebut para pengusaha akan berupaya untuk meningkatkan atau menambah jumlah unit usahanya sehingga dengan adanya penambahan unit usaha, pengusaha akan menambah jumlah tenaga kerjanya (Sumarsono, 2003:

105).

Kabupaten Takalar mengikuti upah minimum provinsi karena tidak ada dewan pengupahan. Sebagaimana yang disampaikan oleh M. Idris Kepala Seksi Pembinaan dan Perencanaan Tenaga Kerja Dinas Sosial dan Transmigrasi Takalar kepada tribuntakalar.com, “Khusus Takalar kita mengikuti upah minimum provinsi Karena kita tidak ada dewan pengupahan”

Table 4.3 : Upah Minimum Kabupaten Takalar (Rp)

No. Tahun Upah Minimum (X)

1 2011 1.100.000

2 2012 1.200.000

3 2013 1.400.000

4 2014 1.800.000

5 2015 2.000.000

6 2016 2.200.000

7 2017 2.500.000

8 2018 2.600.000

9 2019 2.800.000

10 2020 3.100.000

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar 2021

Kondisi upah minimum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seiring dengan semakin tingginya harga kebutuhan hidup masyarakat. Pada tahun 2011 upah minimum sebesar Rp 1.100.000 dan pada tahun 2020 mencapai Rp 3.103.800. Pada tahun 2011 sampai tahun 2020 upah tiap tahunnya meningkat berkisar sebesar Rp 200.000.

3. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Takalar

Jumlah penduduk di Kabupaten Takalar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Adapun perkembangan jumlah penduduk pada tahun 2011 sampai tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 : Jumlah Penduduk Kabupaten Takalar Tahun 2016-2020

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar 2021

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Takalar tiap tahun meningkat. Pada tahun 2011 sebanyak 272.000 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Takalar mengalami peningkatan sebesar 275.000 jiwa. Hingga pada tahun 2020 menigkat sebesar 300.000 jiwa.

Jumlah penduduk yang besar akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk maka akan menyebabkan terjadinya tingkat pengangguran.

4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Takalar

Salah satu cara mengetahui kemajuan perekonomian suatu daerah adalah dengan mencermati nilai dan pertumbuhan riil Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi dapat di lihat dari besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto yang dapat di

tentukan pada tahun tertentu di bandingkan dengan nilai tahun sebelumnya, dari tabel di bawah ini nampak bahwa di bandingkan dengan Produk Domestik Regional Bruto atas harga berlaku perkembangan jauh lebih cepat di bandingkan dengan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku di pengaruhi oleh harga pada tahun berjalan.

Tabel 4.5 Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Takalar pada Tahun 2016-2020 (%)

No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi

1 2011 7,34

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar 2021

Bila di perhatikan selama periode tahun 2011-2020 pertumbuhan perekonomian Kabupaten Takalar mengalami naik turun. Pada tahun 2011 jumlah pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Takalar sebesar 7,34 persen dan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 6,58 persen. Bahkan pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Takalar menurun drastis hingga negatif yaitu sebesar -061 persen.

C. Hasil Analisis Data

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar akan dianalisis dengan menggunakan medel regresi linear berganda.

Tabel 4.6

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda dengan Program SPSS 15

Sumber : Data di olah menggunakan program SPSS 15 Persamaan Regresinya sebagai berikut :

Y =α+β1+X1+c+X23+X3+ µ

Y = 131,637 + 6,139X1 + 0,000X2 – 0,236X3 + µ

Keterangan :

Y = Tingkat Pengangguran (Persen) X1= Upah Minimum (Rp)

X2= Jumlah Penduduk (Rp)

X3= Pertumbuhan Ekonomi (Persen) α = Konstanta

β1= Koefisien Upah Minimum

Coefficientsa

β2 = Koefisien Jumlah Penduduk β3 = Koefisien Pertumbuhan Ekonomi µ = Error Term

Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Nilai konstanta α = 131, 637 artinya jika Upah Minimum (X1), Jumlah Penduduk (X2) dan Pertumbuhan Ekonomi (X3) nilainya adalah 0, maka nilai konstanta atau Tingkat Pengangguran Y = 131,637 %.

b. Nilai koefisien regresi upah minimum β1= 6,139 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% upah minimum maka akan menyebabkan penurunan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar sebesar 6,139%.

Begitupun sebaliknya jika upah minimum menurun 1% maka akan menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar.

Arah hubungan antara upah minimum dengan tingkat pengangguran adalah positif, dimana kenaikan atau penurunan tingkat upah minimum akan mengakibatkan peningkatan atau penurunan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar.

c. Nilai koefisien regresi jumlah penduduk β2= 0,000 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% jumlah penduduk usia produktif maka akan menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar sebesar 4,91E-500%. Begitupun sebaliknya jika jumlah penduduk usia produktif berkurang 1% maka akan menyebabkan penurunan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar sebesar 0,000%. Arah hubungan antara jumlah penduduk dengan tingkat pengangguran adalah positif, di mana kenaikan atau penurunan jumlah penduduk akan mengakibatkan kanaikan atau penurunan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar.

d. Nilai koefisien regresi pertumbuhan ekonomi β3= -0,236 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% pertumbuhan ekonomi maka akan menyebabkan penurunan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar sebesar -0,236 begitupun sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi berkurang 1% maka akan menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar sebesar -0,236. Arah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan jumlah pengangguran adalah negatif, di mana kenaikan atau penurunan jumlah penduduk akan mengakibatkan penurunan atau peningkatan jumlah pengangguran di Kabupaten Takalar.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinan

Uji koefisien determinasi di gunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel-variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya.

Nilai koefisien determinasi untuk tiga variabel bebas di tentukan nilai Adjusted R Square sebagai berikut :

Tabel 4.7

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sumber : Data di olah menggunakan program SPSS15

Model Summaryb

.788a .621 .431 .91775 1.943

Model

Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, Upah Minimum Provinsi a.

Dependent Variable: Tingkat Pengangguran b.

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas hasil dari perhitungan di peroleh nilai koefisien determinasi yang di simpulkan R2(R-Square) sebesar 0,621 dengan kata lain melanjutkan bahwa besar persentasi variasi tingkat pengangguran yang bisa di jelaskan oleh variasi dari ke 3 variabel bebas yaitu upah minimum, jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,621.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F merupakan uji secara simultan untuk mengetahui apakah variabel upah minimum, jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar.

Tabel 4.8

Hasil Uji Simultan (Uji F)

Sumber : Data di olah menggunakan program SPSS 15

Berdasarkan tabel 4.8 di atas hasil regresi pengaruh upah minimum (X1), jumlah penduduk (X2) dan pertumbuhan ekonomi (X3) berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran nilai

Fhitungsebesar 6.095 dengan signifikansi sebesar 0,030 lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,05 (0,030

<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengujian hipotesis di atas menolak H0, hal ini menunjukkan bahwa upah minimum, jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Takalar tahun 2011-2020.

c. Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen upah minimum, jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen tingkat pengangguran.

Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Sumber : Data di olah menggunakan program SPSS 15

Pada tabel 4.9 perhitungan uji t dapat dilihat hasil pengujian parsial terhadap masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependennya dapat dianalisis sebagai berikut :

Coefficientsa

1) Variabel upah minimum provinsi, nilai t probabilitas (0,021) lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel upah minimum memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Nilai t positif menunjukkan bahwa tingkat upah minimum mempunyai hubungan yang searah dengan tingkat pengangguran.

2) Variabel jumlah penduduk, nilai t probabilitas (0,042) lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Nilai t negatif menunjukkan bahwa jumlah penduduk mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan tingkat pengangguran.

3) Variabel pertumbuhan ekonomi, nilai t probabilitas (0,120) lebih besar dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Nilai t negatif menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan tingkat pengangguran.

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas di gunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terkait dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal. Salah satu cara mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode

analisis grafis histogram ataupun dengan melihat secara Normal Probability Plot. Normalitas dapat di lihat dari penyebaran data (titik) pada suatu sumbu diagonal pada grafik normal P-Plot akan membentuk suatu garis lurus diagonal, kemudian plotting data akan di bandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi normal garis yang menggambarkan data sesungguhnya dan mengikuti garis diagonalnya.

Uji normalitas yang pertama dengan melihat grafik secara histogram dan grafik normal P-Plot.

Gambar 4.1 Grafik Histogram

_ Sumber : Data di olah menggunakan program SPSS15

Dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa pola distribusi mendekati normal, karena data mengikuti arah garis grafik histogramnya.

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot

Sumber : Output SPSS 15, Oleh Data Sekunder 2021

Dari gambar 4.2sebagaimana terlihat dalam grafik Normal P-Plot bahwa titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat di jelaskan bahwa berdistribusi normal dan model regresi layak digunakan untuk memprediksi tingkat pengangguran berdasarkan variabel.

b. Uji Multikolinieritas Data

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi di temukan adanya korelasi antara variabel independen. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara yang tertinggi diantara variabel bebas. Toleransi mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak

dapat di jelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cotuff yang umum dipakai adalah 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10.

Berdasarkan aturan variance inflation(VIF) dan tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10 maka di nyatakan terjadi gejala multikolinieritas. Sebaliknya apabila nilai VIF kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10 maka di nyatakan tidak terjadi gejalah multikolinieritas.

Tabel 4.10

Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber : Data di olah menggunakan Program SPSS 15

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel sebagai berikut :

1) Nilai VIF untuk variabel model sebesar 150,313> 10 dan nilai toleransi sebesar 0,007< 0,10 sehingga variabel upah minimum dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas.

2) Nilai VIF untuk variabel model sebesar 142,092 > 10 dan nilai toleransi sebesar 0,007< 0,10 sehingga variabel jumlah penduduk dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas.

3) Nilai VIF untuk variabel model sebesar 1,797 < 10 dan nilai toleransi sebesar 0,556 > 0,10 sehingga variabel pertumbuhan ekonomi dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

c. Uji Autokorelasi

Salah satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya

Salah satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya

Dokumen terkait