• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hirarki Pengaruh dalam Pemberitaan Partai Islam pada

Dalam dokumen IDING ROSYIDIN FISIP 2013 (Halaman 113-122)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hirarki Pengaruh dalam Pemberitaan Partai Islam pada

beberapa pengaruh yang menyebabkan hadirnya pemberitaan tersebut. Dalam Teori Hirarki Pengaruh atas isi Media yang digagas oleh Stephen D. Reese dan Pamela J. Shoemaker dijelaskan bahwa isi media atau pemberitaan tidak lepas oleh pengaruh beberapa faktor, internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut terdapat pada lima level: individu, rutinitas media, organisasi, ekstra media dan ideologi.24

a. Level Individu 24

Pada level ini dibahas tentang faktor-faktor individu sang pembuat berita. Dalam hal ini sikap, kepentingan, latar belakang, dan keyakinan pekerja media dianggap penting. Karena wartawan, redaktur, penyunting naskah dianggap ikut andil dalam memproduksi sebuah sebuah berita.

Misalnya dalam pemberitaan tentang Partai Politik Islam peserta Pemilu 2014, seperti yang ditegaskan Rahmad Sahid, seorang wartawan Koran Sindo, bahwa adanya sebuah berita tentang Partai Islam tergantung pada bagaimana hubungan antara wartawan dan partai tersebut.

―Ya itu kembali ke hubungan antara wartawan dan narasumber. Partai membutuhkan berita, wartawan juga membutuhkan subyek berita hanya sekedar itu saja kalo terhadap partai-partai politik lain.‖

Ini menegaskan bahwa peran individu pembuat berita termasuk dalam aspek penting akan hadirnya sebuah berita. Jika hubungan terjalin dengan baik maka pemberitaan baik akan muncul, dan jika hubungan tidak terjalin bisa jadi partai tersebut tidak akan mendapatkan panggung publisitas di media. Inilah yang akhirnya menjadikan faktor individu adalah langkah awal melihat alasan hadirnya sebuah pemberitaan di media massa.

b. Level Rutinitas Media

Selain dari faktor individu, faktor lain yang mempengaruhi isi media adalah rutinitas media. Menurut Shoemaker dan D Reese rutinitas adalah hal yang telah dibentuk dan dipraktikkan secara kontinu dalam sebuah iklim industri. Misalnya, seorang pekerja media akan menjalankan tugas-tugasnya dengan menggunakan aturan baku di mana ia bekerja. Contohnya seperti memenuhi skala prioritas standarisasi penulisan berita yang meliputi aspek 5W+1H, memakai struktur piramida terbalik, bahkan sampai peraturan deadline.25

Sebagai bagian dari kelompok, seorang jurnalis akan bertindak sesuai dengan bagian atau norma yang berlaku di kelompoknya. Norma dan aturan tersebut mengatur bagaimana

25

Pamela J Shoemaker and Stephen D Reese, Mediating The Message of Influence on Mass Media Content,

mereka harus bertindak. Karena itu isi media juga dipengaruhi oleh rutinitas secara kontinu dilakukan oleh media tersebut.26

Misalnya sepeti saat menjelang Pemilu 2014, Koran Sindo dan Harian Republika menyediakan kolom khusus yang berisi berita politik pemilu 2014. Kolom tersebut memang diperuntukkan bagi pemeberitaan seputar perhelatan menjelang pemilu 2014. Seperti agenda kepartaian, pemaparan visi dan misi partai peserta Pemilu 2014, pemberitaan tokoh partai politik atau seputar kisruh menjelang Pemilu 2014.

Menurut Rahmad Sahid, saat ini Koran Sindo memang berusaha untuk menyedikan kolom khusus menjelang Pemilu 2014. Kolom tersebut yang nantinya menampilkan berbagai berita politik yang terkait dengan Pemilu 2014 sebanyak 2 sampai 4 halaman. Tentu saja Koran Sindo telah menempatkan para wartawan yang khusus mengcounter 1-2 partai politik.

―Iya itu ada tersendiri politik, sehingga di halaman itu ada halaman politik 2-4 halaman partai politik. Ya itu yang pegang wartawan-wartawan desk politik kurang lebih 15 orang jadi satu wartawan bisa mengcover 1 sampai 2 partai, sehingga hampir semua partai entah itu partai kecil, partai besar maupun partai Islam dan nasionalis itu tercover dan soal yang mana banyak diberitakan, itu tentunya kembalikan pada partai yang mengemas isu-isunya‖.

Begitu pula dengan Harian Republika yang mulai menampilkan rubrik khusus bertemakan Pesta Demokrasi yang memang khusus mengulas persiapan Pemilu dan berita terkait lainnya. Seperti pernyataan Muhammad Fakhruddin, seorang redaktur rubrik Pesta Demokrasi di Harian Republika, bahwa adapun isi dari kolom khusus Pesta Demokrasi lebih kepada bahasan seputar framing pemberitaan kisruh internal beberapa partai, kuota keterwakilan perempuan di parlemen, hingga pada kecurangan angka DPT.

―Untuk framing berita seperti Jokowi, Prabowo, dan konvensi Demokrat itu sangat sexy dan banyak yang baca. Untuk konflik-konflik internal partai kita goreng di sini. Terus juga tentang keterwakilan perempuan ini bener-bener kita kawal. Untuk kecurangan-kecurangan akhir-akhir ini memang sering kali kita menyuarakan sampai pada saat peristiwa DPT kemarin.‖

Pesta Demokrasi akan rutin membicarakan pemberitaan Pemilu 2014, dan itu adalah rubrik yang telah dipersiapkan Harian Republika jauh hari, yaitu dimulai pada saat Pemilukada Jawa Barat. Tugas yang diemban oleh para wartawan khusus rubrik ini memang

26

berbeda. Mereka akan diposkan sesuai dengan tuntutan isi dari rubrik tersebut. Misalnya saja dengan menempatkan seorang wartawan di kantor KPU, atau kantor DPP beberapa partai politik. Seperti penjelasan Fachruddin saat diwawancarai:

―Bentuk salah satunya rubrik Pesta demokrasi itu adalah salah satu bentuk khusus persiapan pemilu 2014. Itu cikal bakalnya pemilukada, pas pemilukada Jabar itu ada, DKI juga ada, kita coba buat rubrik khusus untuk pilkada DKI dan Jabar nah kesininya maka dibuatlah pesta demokrasi. Itu memang untuk persiapan, rubrikasi khusus. Dan memang saya diberi kepercayaan untuk meredakturi dengan dibantu teman-teman yang lain. Reporter di lapangan memang ada yang khusus misalnya khusus meliput di KPU, itu team khusus. Sekitar 2-3 orang yang fokus meliput urusan politik, ada 3-4 orang redaktur saya satu dan yang lain reporter nasional. Artinya fleksibel karena mereka tidak hanya mengambil berita politik saja. Dia ngambil hukum dan lain-lain.‖

Namun berbeda dengan Koran Sindo, Harian Republika menurut Fakhruddin lebih cenderung akan secara rutin memframing pemberitaan yang mengakomodir kepentingan Partai Islam. Di tengah keterpurukan beberapa Partai Islam akibat perangai para aktor politiknya Republika justru ingin lebih memerangi keterpurukan partai Islam.

―Kita coba mengawal Partai Politik Islam, disaat yang sama upaya untuk menghancurkan parpol Islam itu besar tujuannya ya untuk pemilu 2014. Misalnya isu soal terorisme yang akan berdampak pada partai Islam. Dampak dari penangkapan presiden PKS sendiri sudah menghancurkan image PKS. Sebenarnya kita berusaha untuk mengcounter tersebut. Namun belum bisa menuai hasil yang diinginkan.‖

c. Level Organisasi

Setingkat lebih berpengaruh lagi adalah level organisasi, pada tingkatan organisasi, pemilik atau pemegang saham memiliki kekuatan paling besar dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap isi suatu media. Kepemilikan suatu organisasi dapat terdiri dari perseorangan atau lebih. Semakin besar saham yang dimiliki, semakin besar pula pengaruh kekuasaan yang dimiliki. Organisasi dalam sebuah media tak ubahnya sama dengan gatekeeper. Dengan arti sebuah berita akan melalui jajaran level organisasi untuk ditentukan apakah akan layak naik cetak atau tidak.

Rahmad Sahid, seorang wartawan Koran Sindo memaparkan jika memang keputusan akhir persoalan naik cetak memang terletak di dapur redaksi. Setelah usai menerima hasil

berita dari para wartawan, mereka langsung menentukan isu apa saja yang akan dinaikkan esok hari. Tentu saja sesuai dengan agenda media yang mereka siapkan.

―Redaksi menerima laporan berita di lapangan lalu mereka memilah mana berita-berita yang menarik. Tapi angel tertentu yang menentukan itu adalah wartawan yang melihat berita di lapangan. Agenda setting media suka ada, itu tetap ada tetapi, tidak akan efektif ketika itu bukan menyangkut dinamika yang sebenarnya di lapangan dan politik yang sebenarnya di lapangan. Semua media sekarang bisa dikatakan rezim media punya kepentingan politik masing-masing wartawan tetap masih memiliki kemerdekaan, tentu bagaimana membuat angel-angel tersendiri yang mandiri, sehingga pada akhirnya penentuan itu ada di redaksi ini akan tayang atau tidak, akan dimuat atau tidak.‖

Dalam pengaruh organisasi, semakin tinggi jabatannya akan semakin leluasa mengambil keputusandalam hal positioning daily issue. Seperti yang diungkapkan oleh Redaktur Koran Sindo bahwa dilematis di ruang redaksi memang akan selalu terjadi. Jika redaktur tidak bisa mengambil keputusan tentang isu harian maka jajaran yang lebih atas akan berwenang mengambil keputusan.

―Gate keeper ya sama saja Redaktur kalau memang tidak bisa memutuskan, naik keatas ke koordinator beritanya. Kalau tidak bisa lai naik lagi ke atas ke redpel. Kalau tidak bisa lagi memutuskan naik lagi ke Wapemred. Kalau tidak bisa memutuskan lagi naik pemred. Misalnya ada berita yang sangat krusial kalau diturunkan akan melibatkan banyak pihak.‖ Berdasarkan pemaparan dari Fakhruddin bahwasanya penentu akhir keputusan ada di ruang dalam redaksi. Selain itu jajaran dengan jabatan lebih di atas juga memiliki andil yang besar dalam penetuan isu harian di Republika.

―Tetap kita jaga, siapa gate keepernya benteng terakhirnya ya redaksi yang ada di dalam. Kalau di atas saya masih ada lagi redaktur pelaksana di bawah lagi ada asredpel, atasnya ada pimred.‖

d. Level Ekstra Media

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa konsep dari Shoemaker dan D Reese mengacu pada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi isi media. Kekuatan atau kebijakan dari pihak luar organisasi media juga memiliki pengaruh terhadap kinerja media cetak seperti

Koran Sindo dan Republika. Pengaruh yang berasal dari eksternal mengandung beberapa unsur, terutama unsur ekonomi dan politik.

Dalam hal mempertahankan eksistensi produksi media, pihak media akan berupaya mencari sumber dana dari pihak luar guna kelancaran produksi media. Para pemberi dana akan memiliki pengaruh dalam isi media yang dibuat sesuai dengan porsinya. Kebijakan pemerintah atau negara juga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap isi media. Negara maupun Dewan Pers misalnya, merupakan pihak eksternal yang cukup berpengaruh terhadap isi media di sebuah media cetak. Adapun beberapa aspek yang menurut Shoemaker dan D Reese merupakan bentuk pengaruh ekstra media, seperti sumber berita, pengiklan dan badan pengatur (dewan pers).

Di era liberal seperti saat ini, selain pertarungan ide sokongan dana segar merupakan elemen penting guna menjaga eksistensi media di tanah air. Untuk itu tidak ada media yang akan menolak iklan masuk. Rahmad Sahid seorang wartawan Koran Sindo membenarkan bahwasanya iklan merupakan salah satu penentu keberlangsungan media. Hal ini disebabkan karena media tidak bisa hanya mengandalkan keuntungan yang diperoleh dari sirkulasi penjualan.

―Ya salah satu yang menopang keberlangsungan media cetak itu kan dari iklan, karena kalau hanya mengandalkan pemasukan dari sirkulasi penjualan pada eksemplar perkoran itu sampai kapanpun tidak akan menutupi. Ini bukan wewenang saya, tapi yang bisa mengisi halaman ya itu hanya iklan. Karena memang itulah jualan media cetak melalui iklan.‖

Menurut Rahmad Sahid dengan masuknya iklan ke media maka akan terjadinya sebuah relasi antara media dengan pemasok iklan tersebut. Untuk itu tidak menutup kemungkinan bahwa dengan ada iklan partai Islam masuk ke suatu media dapat mengkouter kepentingan partai pengiklan tersebut.

―Mungkin ada yah tapi lebih pada pengakomodasian dalam arti menutup yang hitam menjadi yang putih. Kemungkinan terbesar ada. Karena adanya relasi antara iklan dengan pemberitaan tetapi kalau pun ada wartawan yang menulis pun angelnya tetap berbeda tidak seperti advetorial.‖

e. Level Ideologi

Konsepsi Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide yang menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok melihat dunia. Dalam Marxisme klasik, sebuah ideologi adalah sekumpulan ide-ide keliru yang diabadikan oleh ide yang dominan.27 Sedangkan definisi ideologi menurut Raymond Williams seperti yang dikutip oleh Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese : ―ideology as a „relatively formal and articulated system of meanings, values, and beliefs, of a kind that can be abstracted as a „world view‟ or a „class outlook‖.28

(ideologi merupakan sebuah relativitas dan sekumpulan suatu sistem dari arti, nilai, dan kepercayaan yang dapat digambarkan sebagai sebuah cara pandang terhadap dunia luar dan sekitarnya). Pada tahapan ini, ideologi seseorang atau suatu organisasi media memiliki pengaruh terhadap isi media. Nilai-nilai serta kepercayaan yang dijadikan sebagai landasan mereka memiliki pengaruh yang cukup besar. Media massa seperti televisi merupakan wujud dari apa yang dilihat di sekitarnya sebagai suatu realitas dan digambarkan menurut ideologi atau cara pandang mereka.

Tidak terlepas dari level sebelumnya, pada level ini kita berbicara lebih luas mengenai bagaimana kekuatan-kekuatan yang bersifat abstrak seperti ide mempengaruhi sebuah media terutama ide kelas yang berkuasa. Lebih jauh lagi tentang bagaimana ideologi kelas yang berkuasa mempengaruhi sebuah pemberitaan bukan dengan kepentingan yang bersifat individu atau yang bersifat mikro tapi kepentingan kelas yang berkuasa. Kelas yang berkuasa yang melanggengkan sistem kapitalis secara struktural melalui media.29

Kita lihat bahwasnya antara Harian Republika dan Koran Sindo adalah harian nasional yang berbeda patron. Harian Republika yang selalu mengusung ―Harian Umat‖ sedangkan Koran Sindo adalah harian nasional plural yang mengidentifikasi sebagai ―Sumber Refrensi Terpercaya‖. Sehingga ideologi yang dibawa juga akan berbeda. Namun secara prinsipil

27

Donny Gahral: Setelah Marxisme, h.19 28

Ibid. Hal.222 29

Pamela J Shoemaker dan Stephen de Reese, Mediating The Messege,(New York: Longman Publisher, 1996),p. 224.

ideologi kapitalisme selalu ada pada tiap industri media di tanah air. Hal itu terlihat dari tidak adanya penolakan terhadap iklan masuk, ini merupakan motif kumulasi ekonomi (profit oriented) yang selalu dipraktikan media.

Nemun, terlepas dari kepentingan ekonomi dari media, kepentingan politik pemilik juga turut menyertai bisnis media di tanah air. Ditambah dengan adanya relasi kuasa antara pemilik modal yang telah berafiliasi pada suatu partai politik tertentu. Salah satunya adalah Koran Sindo yang merupakan anak perusahaan MNC Group. MNC Group telah dikenal dengan sebuatan ―Anak Harry Tanuoe Soedibyo‖. Sedangkan HT telah diketahui merupakan salah satu anggota Partai Politik Peserta Pemilu. Tidak mengherankan jika HT memakai media yang ia memiliki untuk kepentingan Partai yang ia usung yaitu HANURA.

Pung Purwato yang merupakan wakil pimpinan redaksi Koran Sindo juga membenarkan bahwa kepentingan pemilik media pasti ada dalam Koran Sindo. Apalagi dengan masuknya pemilik kedalam partai politik menjelang Pemilu 2014.

―Pengaruh sih ada, tetapi kan pengaruhnya berapa persen. Misalnya berbicara pengaruh ya pemilik pasti ada.‖

Kepentingan politik pemilik di Koran Sindo bisa kita lihat ketika Koran Sindo meletakan berita deklarasi pasangan Wiranto-HT maju sebagai kandidat capres dan cawapres 2014 pada halaman muka. Tidak dapat dimungkiri bahwa memang media tidak akan pernah lepas dari kepentingan politik pemilik.

―Kita hanya sekali menempatkan Hanura di halaman pertama. Selebihnya diletakkan di lahaman dalam. Itu pada saat Pak Wiranto dan HT mendeklarasikan diri menjadi pasangan capres dan cawapres.‖

Namun jika membicarakan partai Islam Koran Sindo memang jarang mengakomodasi kepentingan Partai Islam. Berbeda dengan Harian Sindo, Harian Republika akan terbiasa mengakomodasi kepentingan Partai Islam. Seperti ungkapan Fakhruddin bahwa Harian Republika mencoba menghantarkan partai Islam kearah yang lebih positif pada Pemilu 2014.

―Kita coba mengawal partai Islam, disaat yang sama upaya untuk menghancurkan parpol Islam itu besar tujuannya ya untuk pemilu 2014.‖

Sedangkan kepentingan politik pemilik Harian Republika memang tidak terlalu kentara. Erik Tohir yang dikenal dengan patronnya sebagai pebisnis tentu memiliki kepentingan politik dalam menjalankan bisnis media. Tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik adalah pilihan bagi Erik Tohir. Namun tidak dapat dimungkiri bahwa ada motif politis bagi Erik Tohir terhadap pilihannya. Mungkin tidak memilih berafiliasi pada salah satu partai politik manapun dilakukan agar Erik Tohir dapat memihak pada partai pemenang.

―Kalau Erik Tohir akan cenderung ke pemenang, dilihatnya dari mana dari pemberitaan kita.‖

BAB VI

Dalam dokumen IDING ROSYIDIN FISIP 2013 (Halaman 113-122)

Dokumen terkait