BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Histopatologi Hati
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui spektrum efek toksik
dari pemberian infusa daun sirih merah terhadap histopatologi hati pada tikus
jantan dan tikus betina. Maka, perlu dilakukan pembuatan preparat histopatologi
hati tikus jantan dan betina setelah pemberian infusa daun sirih merah selama 28
hari. Selain itu, juga ingin mengetahui sifat dari efek toksik (terbalikan atau tak
terbalikan) yang muncul, sehingga juga dibuat preparat pada hari ke-42. Dari
penelitian ini ditemukan adanya perubahan gambaran struktur histopatologis hati
berupa degenerasi melemak, degenerasi hidropik, hepatitis, dan multifokal
nekrosis. Hasil pemeriksaan histopatologi hati tikus dapat dilihat pada tabel III.
Tabel III. Hasil pemeriksaan histopatologis hati pada tikus jantan
Kelompok Perlakuan (g/Kg BB)
Gambaran Histologis Hati
Hari ke-28 Hari ke-42
Kontrol
aquadest
15,525
Ditemukan satu tikus mengalami perubahan multifokal nekrosis (terdapat nekrosis sel yang banyak pada satu tempat), satu tikus mengalami degenerasi hidropik (ditandai dengan adanya vakuola berbatas tidak jelas), sedangkan satu tikus tidak mengalami perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
Dari dua tikus jantan tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
IDSM 1,38
Dari tiga tikus jantan tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
Ditemukan satu tikus jantan mengalami hepatitis (dilihat dari adanya pembengkakan pada hepatosit), dan satu tikus lainnya tidak mengalami perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
IDSM 2,07
Ditemukan satu dari tiga tikus jantan mengalami degenerasi hidropik (ditandai dengan adanya vakuola berbatas tidak jelas) dan yang dua lainnya tidak mengalami perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit
Dari dua tikus jantan tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
IDSM 3,105
Dari tiga tikus jantan tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
Dari dua tikus jantan tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
Tabel IV. Hasil pemeriksaan histopatologis hati pada tikus betina
Kelompok Perlakuan (g/Kg BB)
Gambaran Histologis Hati
Hari ke-28 Hari ke-42 Kontrol
aquadest
15,525
Dari tiga tikus betina tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
Ditemukan satu tikus betina mengalami degenerasi melemak (ditandani dengan adanya vakuola yang berbatas jelas) sedangkan tikus betina yang satunya tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit. IDSM 1,38 Dari tiga tikus betina ditemukan,
satu tikus betina yang
mengalami degenerasi hidropik (ditandai dengan adanya vakuola berbatas tidak jelas). Sedangkan dua tikus betina lainnya tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
Dari kedua tikus betina tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
IDSM 2,07 Dari tiga tikus betina tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
Dari dua tikus betina tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
IDSM 3,105 Dari tiga tikus betina ditemukan, satu tikus mengalami degenerasi melemak (ditandani dengan adanya vakuola yang berbatas jelas) sedangkan dua tikus lainnya mengalami degenerasi hidropik (ditandai dengan adanya vakuola berbatas tidak jelas).
Dari dua tikus betina ditemukan, satu tikus mengalami degenerasi hidropik (ditandai dengan adanya vakuola berbatas tidak jelas) dan tikus yang satunya tidak ditemukan adanya perubahan yang spesifik pada vena sentral, sinusoid, dan hepatosit.
Gambar 4. Histopatologi hati normal. Anak panah hitam menunjukkan vena sentralis, anak panah hijau menunjukkan sinusoid, dan anak panah biru
menunjukkan hepatosit
Gambar 5. Gambaran perubahan struktur histopatologi hati. (A)Multifokal nekrosis, (B) degenerasi melemak, (C) degenerasi hidropik,
dan (D) hepatitis.
Degenerasi hidropik ditandai dengan adanya vakuola berbatas tidak jelas
di dalam sitoplasma hepatosit. Degenerasi ini terjadi akibat adanya gangguan
oksidasi pada sel, sehingga sel tidak dapat mengeliminasi air dan air tertimbun di
A B
dalam sel, sehingga terjadi pembengkakan. Degenerasi hidropik terjadi pada
kelompok perlakuan dosis 2,07 g/Kg BB jantan, kontrol jantan, dan dosis 1,38
g/Kg BB betina pada hari ke-28, tetapi tidak terdapat pada hari ke-42, sehingga
diketahui bahwa degenerasi hiropik yang terjadi sifatnya reversible. Selain itu,
degenerasi hiropik juga terjadi pada kelompok perlakuan dosis 3,105 g/Kg BB
betina pada hari ke-28 dan ke-42, sehingga diketahui bahwa degenerasi hidropik
yang terjadi sifatnya ireversibel. Degenerasi hidropik, merupakan perubahan yang
sifatnya reversible jika ditemukan pada kelompok perlakuan dosis 3,105 g/Kg BB
betina pada hari ke-42 masih terdapat degenerasi hidropik maka dapat
disimpulkan bahwa waktu istirahat setelah pemejanan masih belum cukup
sehingga masih terjadi degenerasi lemak.
Degenerasi melemak ditandai dengan adanya vakuola-vakuola berbatas
jelas di dalam sitoplasma. Degenerasi melemak terjadi pada kelompok betina
dosis 3,105 g/Kg BB pada hari ke-28, tetapi pada hari ke-42 tidak terdapat
degenerasi melemak. Selain itu, degenerasi melemak juga terdapat pada kelompok
kontrol aquadest dosis 15,525 g/Kg BB betina pada hari ke-42, tetapi tidak
terdapat pada hari ke-28. Sehingga dapat diketahui bahwa degenerasi melemak
yang terjadi sifatnya individual dan tidak terpengaruh oleh pemberian infusa daun
sirih merah.
Multifokal nekrosis merupakan nekrosis yang terjadi secara
berkelompok, dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri. Nekrosis merupakan
kerusakan pada sel hati. Multifokal nekrosis ini hanya terjadi pada kontrol jantan
terjadi adalah nekrosis yang bersifat individual dan tidak terpengaruh oleh
pemberian infusa daun sirih merah.
Hepatitis, ditemukan adanya infiltrasi limfosit dan sel Kuffer yang
bersifat multifokal di parenkim hati. ini dilihat dari adanya sel-sel hepatosit yang
rusak. Hepatitis ini hanya terjadi pada kelompok perlakuan jantan dosis 1,38 g/Kg
BB pada hari ke-42, sehingga dapat diketahui bahwa hepatitis yang terjadi bukan
akibat dari pemberian infusa daun sirih merah. Hal ini dapat disebabkan oleh
kerusakan hepar sebelumnya selain itu juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor lainnya misalnya faktor stress tikus, pengaruh zat atau penyakit lain, serta
faktor internal lain seperti daya tahan tikus.
E. Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian