• Tidak ada hasil yang ditemukan

HISTORY OF JAKARTA

Dalam dokumen Jakarta Dalam Angka 2016 (Halaman 58-67)

LVI Jakarta In Figures 2016

kemudian, dugaan tersebut menjadi kenyataan, kerajaan Demak yang cukup dikenal dengan kekuatan agama

Islamnya mengadakan perluasan

kekuasaan dan menyebarkan

pengaruhnya ke sebelah Barat.

trying to expand its power.

2. Falatehan seorang guru agama

terkenal dari Kerajaan Demak, dapat merebut Banten dan Sunda Kelapa dari tangan Pajajaran dengan bantuan

tentara Portugis. Sebelumnya

Kerajaan Pajajaran telah memberikan persetujuan kepada Portugis untuk

mendirikan benteng pertahanan.

Kedatangan tentara Portugis untuk

merealisir pembangunan benteng

menimbulkan perang terbuka dengan tentara Islam Demak, yang merupakan

musuh kerajaan Pajajaran.

Peperangan ini berakhir dengan

kekalahan pihak Portugis meskipun telah bekerjasama dengan Kerajaan Pajajaran. Falatehan mengganti nama

Bandar Sunda Kelapa dengan

Jayakarta, ya g berarti Keme a ga Akhir” da ta ggal Ju i 5 7

dinyatakan sebagai tanggal

dikuasainya oleh Falatehan. Akhirnya

Jayakarta disi gkat me jadi Jakarta .

2. Falatehan noted Ulama from Demak Kingdom occupied the Sunda Kelapa and Banten Port with the of portuegese troops. Eventhough the King of Pajajaran had given approval of the Portuguese Government to set defense fortifications in West Java already.

However arrival of Portuguese troops had affected war between the Demak Moslem Kingdom and Pajajaran Kingdom. The Portuguese troop sustained big loses in the war eventhough they had already worked together with Pajajaran Kingdom. Then Falatehan changed the name “unda Kelapa to ‘Jayakarta’. Its eans The Last Victory . The founding of Jayakarta, set historically as June, 22, 1527, represents the date when Falatehan’s forces occupied “unda Kelapa. Later, the name Jayakarta was shortened to ‘Jakarta’.

Falatehan kemudian lebih dikenal

dengan nama Fatahillah, segera

menunjuk pembantunya untuk

memerintah kota. Tahun 1596 untuk

pertama kalinya Bandar Jakarta

didatangi oleh 4 buah kapal Belanda,

yang akan memulai melakukan

perdagangan dengan Bangsa

Indonesia. Maksud Belanda ini

mendapat hambatan dari Hasanuddin

Falatehan, who has also known as Fatahillah, rapidly developed a local administration and recommended his assistant to rule this city. In 1596 four Dutch vessels visited the Jakarta port first time. The Dutch East-Hindia Company attempted to spread trading ties in the area. However, Hasanuddin, the son of Falatehan, as King of the Islamic Empire in Banten (which then

SEJARAH KOTA JAKARTA

Jakarta Dalam Angka 2016 LVII

putra Fatahillah selaku raja Kerajaan Islam Banten, terletak sebelah barat Bandar Jakarta. Hasanuddin tidak setuju dengan adanya usaha dagang

dengan pihak Belanda karena

diperkirakan dapat merusak/

mempengaruhi budaya penduduk

yang beragama Islam. Walaupun

demikian orang-orang Belanda

berhasil secara paksa mendirikan sebuah Benteng disekitar teluk Jakarta yang diberi nama ' Batavia'.

included a large part of West Java) was suspicious of the Dutch intentions. He refused to grant exclusive trading right to the Dutch since he felt a trading link would be only harm existing trading with other nations. He also felt that too close tie could adversely affect the culture of the Islamic religion. Even though, the Dutch managed to force into Indonesia, and they constructed a fortification near Jakarta bay, in which called Batavia .

Benteng tersebut didirikan oleh Van Raay pada tanggal 20 Maret 1602 dan merupakan pusat dari persekutuan Dagang VOC untuk wilayah Hindia bagian timur. Semenjak itulah Belanda memulai penjajahannya di seluruh kepulauan Nusantara yang berjalan selama tiga setengah abad.

Nama Batavia ha ya dike al di du ia International, sedangkan penduduk aslinya mengenalnya dengan nama Betawi. Keadaan ini berjalan sampai pada tahun 1942.

The Port was built by Van Raay and it was completed on March 20, 1602. Batavia become the centre of trade activities of the Dutch East Hindia Company (VOC). From Batavia the Dutch’s influence and colonialization spread to other parts of Indonesia, and lasted, more or less intact for more three centuries. Actually, the name

Batavia as used only

internationally. The indigenous inha itants called the city Beta i .

3. Tanggal 5 Maret 1942 kota Betavia

jatuh ke tanggan tentara Jepang. Pada tanggal 9 Maret 1942 tentara Hindia Belanda menyerah kepada Jepang

yang akhirnya berperan sebagai

penjajah bangsa Indonesia. Untuk

memperkuat kedudukannya di

Indonesia, Jepang mengeluarkan

Undang-Undang no.42 Tahun 1942 te ta g Perubaha Tata Pemeri taha Daerah” ya g disebut Syuu’ Kareside a ) da Syuu dibagi lagi dalam beberapa Shi Stad- gemee te). Shi’ pada jama Bela da

3. On March 5, 1942 Batavia fell to the Japanese troops. The Dutch formally surrendered to the Japanese occupation forces on March 9, 1942 and rule of the colony was transferred to the Japan. For strengthen its authority in Indonesia the occupation, Government issued an Act No.42, 9 ’s on the Restoration of the Regional Ad inistration “yste . Under this Act, Java was divided into several regions called “yuu Resident Administration) in which Syuu were divided into several “hi City

HISTORY OF JAKARTA

LVIII Jakarta In Figures 2016

berperan hanya mengurus

rumahtangga saja, tanpa

melaksanakan urusan Pamong Praja, sedangkan menurut UU No.42 Tahun 9 , Shi’ ber e a g u tuk

mengelola pemerintahan daerah

didalam lingkungannya.

Urusan Pemerintahan (Pamong Praja) didalam Stadgemeente yang diurus

oleh Bupati, Wedana, Asisten

Wedana, Lurah, Kepala Kampung atau

Wijkmeester, sekarang termasuk

dalam kekuasaa S hi hoo Walikota.

Disamping itu, sesuai dengan isi

Undang-Undang dimaksud

Guise ka ” Kepala Pemerintahan Bala Tentara Jepang) membentuk Tokubetsu Shi” Stadgemee te Luar Biasa). Tata cara pemerintahan ini tidak mengenal Dewan-Dewan, akan tetapi langsung berada dibawah 1 (satu) orang sebagai Pemerintah Tunggal. Pada tahun 1943 dalam Tata Pemerintahan Bala Tentara Jepang

diadakan perubahan dengan

membentuk Badan Penasehat.

Administration). The Administration affairs in each Syuu were managed by the Bupati (Regent). Below Bupati were the Wedana (District Head), Assistants Wedana (Sub District Head), Lurah (Village Unit Head) and Kepala Kampung (Kampung Chief). In Jakarta, however, all of these officials were under the Schichoo (Major). Besides that, in accordance with the law, there was also Guisenken (Head of the Japanese troops Administration). He was responsible for setting up to the Tokubetsu Shi (Special Municipality). The effect of this system was a one- man rule with no councils of representative bodies. In the 1943 the Japanese Administration system was revised slightly and a special counseling body was established.

Badan Penasehat terdiri dari

penduduk Jawa yang dianggap loyal dan setia kepada Bala Tentara Jepang. Anggota penasehat tersebut terdiri dari sebanyak-banyaknya 12 orang laki-laki berbangsa Indonesia. Diantara mereka yang pernah terpilih menjadi Zyoyaku adalah Suwiryo dan Baginda Dahla Abdullah. Jakarta Tokubetsu Shi i i dipimpi oleh Tokubetsu S hi hoo” da beberapa ora g )yoyaku” pega ai ti ggi), ya g

The special counseling body was comprised of Javanese leaders regarded as loyal to Japanese. It consisted of twelve Indonesians; among them are Suwiryo and Baginda Dahlan Abdullah. The Jakarta Tokubetsu Shi was led by the Toku etsu “chicho Major and several )yoyaku High Officials ho were appointed during the Japanese occupation until 1945. Jakarta city was the one of the Tokubetsu Shi in

SEJARAH KOTA JAKARTA

Jakarta Dalam Angka 2016 LIX

diangkat oleh Gunseiken. Sampai

berakhirnya pendudukan Jepang

tahun 1945, Jakarta merupakan satu- satu ya Tokubetsu Shi di I do esia da S hi hoo” ya ya g pertama adalah Tsukamoto”, seda gka ya g terakhir adalah Hasegawa.

Indonesia and the first schichoo is Tsukamoto and the last is Hasegawa.

4. Pada upacara Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia

tanggal 17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Timur No.56 (sekarang jalan Proklamasi), Suwiryo masih turut hadir dan bertindak sebagai ketua panitia. Secara de facto Suwiryo diakui sebagai Walikota Jakarta pertama dan istilah Jakarta Tokubetsu Shi” diga ti dengan Pemerintah Nasional Kota Jakarta tersebut berlangsung sampai tanggal 21 Nopember 1945, karena pada waktu itu walikota Suwiryo berikut stafnya ditangkap oleh NICA. Pada tanggal 27 Desember 1949

Pemerintah Kerajaan Belanda

mengakui kedaulatan Indonesia

sebagai negara yang berbentuk

Federasi dengan sebutan Republik Indonesia Serikat.

4. Since Indonesia Independence was proclaimed on August 17, 1945 at Pegangsaan Timur No.56 (Jalan Proklamasi), Suwiryo still presented and acted as committee chairman. At that time, He recognized the first Major of Jakarta or Jakarta Tokubetsu Shi (The name was soon changed to

The Jakarta National

Ad inistration . Ho ever, “u iryo remained his power only until November, 21, 1945 when he and his assistants were arrested by NICA (the Dutch Civil Administration) who had returned to their former colony. On December 27, 1949 the Government of the Netherlands recognized Indonesia as an independent country and sovereign federal state under the name of Repu lik Indonesia “erikat The United Indonesia Republic).

Dengan adanya pengakuan tersebut, Pemerintah Nasional Kota Jakarta dihidupkan kembali, dan sebagai

Walikota dijabat oleh Mr.Sastro

Mulyono. Untuk mendirikan suatu majelis baru yang mencerminkan keadaan masyarakat Jakarta yang sebenarnya pada saat itu, maka dibentuklah apa yang dinamakan

Pa itya Tujuh .

At that time the Jakarta City Administration was leaded by Mr.Sastro Mulyono as Major. Setting up a new council which reflected the Jakarta community at that time, a seven man committee formed (Panitya Tujuh) was published on March 9,1950, the Panitya Tujuh came out with the following resolution :

HISTORY OF JAKARTA

LX Jakarta In Figures 2016

Pada tanggal 9 Maret 1950 Panitya Tujuh telah mengambil langkah dan keputusan sebagai berikut :

1. Pemerintah Kotapraja Jakarta

terdiri dari:

 Dewan Perwakilan Kota

Sementara (DPK)

 Dewan Pemerintah Harian (BPH)

 Walikota

1. The Jakarta Municipality Government would consists of :

A Provincial City representative Council (DPK)

An Administration Board (BPH)

A Major

2. Dewan Perwakilan Kota Sementara

terdiri dari 25 orang diketuai oleh

Walikota, sedangkan anggota-

anggotanya diangkat oleh Menteri Dalam Negeri.

2. The Provincial City Representative Council would be comprised of 25 members lead by the Major. The members would be appointed by the Minister of Home Affairs.

3. BPH terdiri dari Walikota sebagai

ketua merangkap anggota dan dibantu oleh 4 anggota lain yang dipilih dari anggota-anggota DPK Sementara.

3. The BPH would consist of the Major, as chairman and four other members of the provincial DPK.

4. Dengan harapan Pemilian Umum

akan segera diadakan, maka masa kerja DPK Sementara dan BPH dibatasi hanya selama 3 bulan,

dengan catatan selambat-

lambatnya pada tanggal 1 Juli 1950 sudah harus meletakan jabatan.

4. Hoping for a general election would be held as soon as possible, the working term of provincial DPK and BPH was limited only three months. It would be automatically dissolved by at least July 1, 1950.

Keputusan Panitya Tujuh tersebut diatas disyahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri RIS tanggal 16 Maret 1950 Nomor BJ 3/4/13, terhitung mulai tanggal 16 Maret 1950.

The decision of the ‘Panitya Tujuh’ were ratified by a degree of the Home Affairs Minister on March 16,1950

Sebagai anggota BPH pertama kali ialah : Supranoto, Sardjono, Tabrani

dan De Quelju. Berdasarkan

Keputusan Presiden RIS, Pejabat

The first BPH members were Supranoto, Sardjono, Tabrani and De Quelju. Base on the RIS President Decree, Mr Sastro Mulyono was

SEJARAH KOTA JAKARTA

Jakarta Dalam Angka 2016 LXI

Walikota Jakarta Mr. Sastro Mulyono diganti oleh Suwiryo. Serah terima jabatan dilaksankan pada tanggal 30 Maret 1950. Dengan penggantian walikota itu maka pada tanggal 31 Maret 1950 sekaligus dilakukan pula penyerahan kekuasaan Pemerintah

dari Gubernur Distrik Federal

(Gubernur Batvia en Ommelanden) kepada walikota ditambah dengan penyerahan beberapa wilayah baru yaitu :

replaced as Major of Jakarta by Suwiryo. He became Major on March 30, 1950. The specific area brought under the Jakarta Administration at this time included:

1. Pulau Seribu

2. Onderdistrik Cengkareng

3. Sebagian onderdistrik Kebayoran (Kebon Jeruk, Kebayoran Ilir dan Kebayoran Udik) serta Sebagian dari onderdistrik Bekasi (Pulau Gadung dan Cilincing).

1. Pulau Seribu (Seribu Island) 2. The Subdistrict of Cengkareng.

. Part of Ke ayoran’s “u district (Kebon Jeruk, Kebayoran Ilir and Ke ayoran Udik Part of Bekasi’s Subdistrict (Pulau Gadung and Cilincing ).

Pemerintahan Kotapraja ini diatur dalam Undang-Undang Daerah RIS ta ggal Maret 95 de ga ama Undang-Undang Pemerintahan Jakarta ‘aya serta luas ilayah ya me jadi

lebih dari 530 km2.

The Municipality Administration was regulated under the Republican Regional Law dated March 13, 1950, called La of Jakarta Raya Ad inistration . It provided the asis for administering area that covering more than 530 km2.

Secara yuridis Kotapraja Jakarta waktu itu tunduk pada suatu rangkaian peraturan tersendiri, yaitu:

The Jakarta Municipality was juridical in its basic administrative nature since it was organized directly around as series of regulation handed by the central government, these included:

1.Mengenai aparatur pemerintahan

diatur dengan Keputusan Presiden RIS nomor 114 dan no.125 tahun 1950.

1. Presidential Decision 1950 No.114 and No.125 which regulated the administration apparatus of city.

2.Mengenai pembentukan, nama

dan statusnya dengan Undang- Undang Darurat nomor 20 tahun 1950.

2. Emergency Law No.20, 1950 which defined the formation, name and status of the Municipality of Jakarta.

HISTORY OF JAKARTA

LXII Jakarta In Figures 2016

Namun demikian dalam prakteknya Walikota Kotapraja Jakarta Raya dengan Undang-Undang Nomor 22

tahun 1948 itu berkedudukan

setingkat dengan gubernur provinsi lainnya di seluruh Indonesia

However, even in practice the functioning of the Jakarta Raya Municipality Administration was at the provincial level, on an equal footing with others level in Indonesia

Dalam dokumen Jakarta Dalam Angka 2016 (Halaman 58-67)

Dokumen terkait