• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH (PSBB DAN

A. Hoaks di Tengah Pandemi

7. Bencana alam, konten yang memuat hal-hal yang terkait kejadian alam yang memakan korban.

8. Kriminalitas, konten yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan tindak kejahatan.

9. Lalu lintas, konten yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan lalu lintas, baik itu berupa kebijakan atau insiden.

10. Peristiwa ajaib, konten yang memuat kejadian yang tidak lazim dan mustahil.

11. Narasi, biasanya digunakan untuk menggambarkan runtutan peristiwa seperti seolah-olah benar adanya. Narasi yang dibangun lebih kepada hal-hal yang bersifat membesar-besarkan, membanding-bandingkan, melebih-lebihkan hingga memprovokasi.

12. Gambar atau foto, biasanya digunakan untuk menambah keyakinan pada pembaca akan berita bohong yang dibuat. Biasanya gambar atau foto yang digunakan tidak ada keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi atau telah diedit sedemikian rupa.

13. Video, biasanya digunakan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi secara lebih nyata. Biasanya video yang digunakan tidak ada keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi hingga telah diedit sedemikian rupa.

14. Meme, biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataannya, tetapi bersifat humor, lucu.

peningkatan dari semester pertama tahun 2019. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah situasi pandemi COVID-19. Hoaks terbanyak muncul di bulan Maret 2020, dengan jumlah 198 buah. Pada bulan Januari sebanyak 109 buah, Februari 100 buah, April 164 buah, Mei 194 buah, dan Juni 161 buah.

Tema hoaks yang mendominasi pada paruh pertama tahun ini adalah hoaks kesehatan, dengan jumlah 519 buah. Disusul oleh hoaks bertema politik, yaitu sebanyak 172 buah. Selanjutnya adalah hoaks bertema kriminalitas sebanyak 79 buah, hoaks seputar agama sebanyak 44 buah, hoaks seputar bencana alam sebanyak 20 buah, bertema etnis sebesar 16 buah, tema sarana dan perhubungan sebanyak 13 buah, tema ekonomi/bisnis/industri sebanyak 10 buah, dan hoaks bertema lain-lain sebanyak 53 buah.

Dominasi hoaks kesehatan pada semester ini berkaitan erat dengan pandemi COVID-19 yang menyebabkan krisis kesehatan dan mengakibatkan perubahan drastis pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat, mulai dari aspek ekonomi, politik, interaksi sosial, kehidupan beragama dan seterusnya. Dari 519 hoaks seputar kesehatan pada paruh pertama tahun ini, 492 hoaks di antaranya merupakan hoaks seputar 19. Sisanya merupakan hoaks seputar kesehatan di luar COVID-19. Puncak hoaks COVID-19 terjadi di bulan Maret dengan mencapai angka 158 buah. Kemudian diikuti bulan April yaitu sebanyak 121 hoaks.

Mendekati momen pilkada, hoaks COVID-19 mengalami penurunan. Hal ini terlihat sejak Juni 2020, hoaks politik kembali memimpin. Di sisi lain juga mulai terjadi kejenuhan di pihak masyarakat terhadap topik-topik terkait COVID-19 akibat pandemi yang berlarut-larut. Hal ini ditandai dengan perilaku abai protokol kesehatan yang semakin menggejala di berbagai tempat.

Tema hoaks seputar COVID-19 ada beragam. Hoaks dengan tema bencana kesehatan mendominasi dengan jumlah 148 hoaks. Selanjutnya, hoaks dengan tema kesehatan dan nutrisi menempati posisi kedua dengan jumlah 103 hoaks. Hoaks ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan isu kesehatan murni seperti asal usul virus, pengobatan atau penanganan penyakit, dan seterusnya. Posisi ketiga diisi oleh hoaks bertemakan politik dengan jumlah 92 hoaks. Hoaks dengan kategori ini hanya menjadikan COVID-19 sebagai isu tunggangan. Motif sebenarnya adalah untuk menumbuhkan sentimen politik tertentu kepada pihak-pihak yang menjadi sasaran.

Tipe hoaks yang menyebar didasarkan pada kategori oleh First Draft, selama 6 bulan awal tahun 2020, ‘konten yang menyesatkan’

merupakan konten yang paling dominan yaitu dengan jumlah 216 buah.

Hoaks bertipe ini dalam narasinya tampak upaya memberikan bingkai tertentu sehingga pembaca menangkap informasi yang menyesatkan.

Posisi kedua diduduki oleh ‘konten yang salah.’ Hoaks dengan tipe ini meletakkan suatu informasi dalam konteks yang tidak sesuai. Jumlahnya mencapai 149 buah. Tipe terbanyak berikutnya adalah konten palsu.

Jumlahnya mencapai 85 hoaks.

Adapun komponen alat memproduksi hoaks COVID-19 sepanjang enam bulan semester 1 2020 yang paling dominan adalah kombinasi antara beberapa bentuk. Sebagian merupakan kombinasi antara teks dan gambar;

sebagian yang lain merupakan kombinasi antara teks dan video; atau teks, gambar, dan video sekaligus. Hoaks berbentuk campuran ini mendominasi dengan jumlah sebanyak 289 buah. Hoaks terbanyak kedua berbentuk teks dengan jumlah 150 buah. Hal ini menunjukkan bahwa hoaks dalam bentuk sederhana saja dapat dengan mudah tersebar di kalangan masyarakat.

Hoaks seputar COVID-19 disebarkan dengan aneka macam media komunikasi. Berdasarkan pelaporan pada MAFINDO, Facebook merupakan saluran penyebaran hoaks terbanyak. Hoaks di Facebook dalam semester pertama tahun 2020 sebanyak 235 hoaks. Selanjutnya, WhatsApp adalah saluran kedua yang banyak digunakan untuk menyebarluaskan hoaks. Hoaks yang tersebar sebanyak 109 buah. Twitter menempati posisi ketiga dengan jumlah sebanyak 76 hoaks.

Hoaks pada umumnya menggunakan berbagai cara untuk meyakinkan pembaca agar mempercayai informasi yang terkandung dalam narasinya. Dalam pemetaan hoaks COVID19 semester pertama tahun ini, cara tersebut diistilahkan sebagai “klaim bukti”. Klaim bukti yang paling banyak digunakan dalam hoaks COVID-19 adalah penyematan gambar atau video. Sebanyak 213 narasi hoaks berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran klaimnya dengan memperlihatkan gambar atau video untuk mendukung klaim dalam narasi.

Cara lain yang banyak digunakan adalah employment of reasoning yang salah satu modusnya adalah Cocoklogi. Hoaks COVID-19 yang menggunakan cara ini mencapai 63 buah. Beberapa klaim bukti lain yang juga digunakan dalam narasi hoaks COVID-19 adalah mengutip sumber yang tak dapat diverifikasi (46 hoaks); mengutip orang atau organisasi (40 hoaks); pencantuman URL (32 hoaks); pengalaman langsung (29 hoaks);

lebih dari satu klaim bukti (18 hoaks). Selain yang telah disebutkan, beberapa hoaks COVID-19 tidak disertai klaim bukti sama sekali.

Jumlahnya mencapai 51 hoaks. Semua data tersebut diperoleh dari Tim Mapping Hoaks Komite Litbang Mafindo. Berikut beberapa contoh hoaks seputar COVID-19 yang dilansir dari covid.19.go.id:

1. Hoaks tentang pengobatan COVID-19

2. Informasi mengenai tes identifikasi virus seperti swab test dan rapid test, serta hoaks tentang COVID-19 itu sendiri

3. Hoaks sebuah perusahaan besar/pemerintah memberikan hadiah/

bantuan

4. Pencatutan beberapa tokoh dalam dan luar negeri

Ada tiga pendekatan penting yang diperlukan untuk mengantisipasi penyebaran berita hoaks di masyarakat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juditha (2018). Pendekatan itu yakni pendekatan kelembagaan, teknologi, dan literasi. Pendekatan kelembagaan yakni dengan terus menggalakkan komunitas anti hoaks. Dari sisi pendekatan teknologi, dengan aplikasi hoax checker yang bisa digunakan untuk mengecek kebenaran berita yang berindikasi hoaks. Pendekatan literasi, dengan gerakan anti berita hoax maupun sosialisasi kepada masyarakat, mulai dari sekolah hingga masyarakat umum yang ditingkatkan dan digalakkan, bukan saja oleh pemerintah, tetapi juga oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk institusi-institusi nonpemerintah lainnya. Berikut uraian cara mengatasi hoaks:

1. Saat menerima berita yang judulnya terkandung unsur provokatif, tidak masuk akal, dan berlebihan, alangkah baiknya untuk mencari kebenarannya di internet atau chatbot hoax di aplikasi perpesanan instan.

2. Setelah mendapatkan faktanya, alangkah baiknya untuk menegur si pengirim hoaks tersebut dengan mengirimkan fakta yang didapatkan dan memberi instruksi kepada pengirim hoaks untuk menarik pesan yang telah terlanjur dikirimkannya.

3. Jika terdapat bukti kuat yang mendukung sebuah berita tersebut adalah hoaks maka jangan ragu untuk melaporkannya di [email protected] atau MAFINDO.

4. Mengikuti akun terpercaya di media sosial untuk selalu up-to-date dengan berita hoaks yang merajalela. Beberapa akun media sosial yang kadang memublikasikan berita hoaks adalah akun MAFINDO dan Kominfo. Serta ikuti juga akun-akun resmi pemerintah dan

lembaga swasta yang kredibel untuk selalu up-to-date tentang perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia.

5. Jika tidak mencari kebenarannya di internet, jangan menyebarluaskannya. Apapun alasannya. Jadikan hoaks tersebut berhenti di Anda saja.

6. Sikapi berita yang masuk dengan pikiran yang netral.

7. Edukasi keluarga, sahabat, dan lingkungan sekitar mengenai hoaks, utamanya ciri-ciri hoaks.

8. Jangan lupa untuk memberi edukasi kepada keluarga, sahabat, dan lingkungan sekitar tentang COVID-19, agar kita dan sekitar dapat terhindar dari COVID-19 juga hoaks tentangnya.

Dokumen terkait