• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antar massa bangunan

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

Diagram 4.7. Hubungan antar massa bangunan

4.3. Analisa Bentuk Dan Tampilan 4.3.1. Analisa Bentuk Massa Bangunan

Analisa bentuk massa bangunan dapat disajikan baik secara 2 dimensi maupun 3 dimensi, bentuk massa bangunan dapat dimulai dari bentukan site pada lokasi, karena dari bentuk site tersebut dapat menentukan perletakan massa- massanya , dengan bentukan dasar dari geometri, dimana nantinya pada bentuk penataan massanya diambil dari sebuah konsep tatanan rumah tradisional Madura yaitu : Tanean Lanjeng seperti gambar di bawah ini.

Masjid Museum Galeri Pasar Main Entrance Angkringan Batik Peraga wisatawan Parkir G. Pengelola Laboratorium Pelatihan I Main Entrance Pelatihan II Parkir MEE

+ =

Gambar 4.8. Analisa Bentuk (Sumber : Analisa penulis, 2013)

Pada bentukan masa tersebut terjadi pemotongan bidang persegi dan juga lingkaran yang bertujuan sebagai entrace ke ruangan.

Gambar 4.9. Analisa Bentuk Massa Bangunan (Sumber : Analisa Penulis, 2013)

4.3.2. Analisa Tampilan

Tampilan pada perencanaan dari Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan mengambil gaya dari arsitektur tradisional Madura, sehingga mengambil bentuk dasar dari rumah adat madura sendiri yang memiliki suatu ciri khas tersendiri yaitu pada atapnya.

1. Langgam Madura (Kraton Sumenep)

Gambar 4.10. : Langgam Kraton Sumenep (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Kompleks Pemasaran

Kompleks Pelatihan Masjid

Langgam kraton sumenep di aplikasikan pada bangunan pelatihan, pengaplikasiannya hanya mengambil bentuk atap dan ornamen atapnya.

2. Langgam Rumah Tanean Lanjeng

Gambar 4.11. : Langgam Rumah Tanean Lanjeng (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Langgam Tanean Lanjeng di ambil dan di aplikasikan pada massa angkringan batik, pasar makanan dan juga massa peraga wisatawan, aplikasi hanya mengambil bentuk atap kemudian pada massa tersebut dibuat semi outdoor yang berguna untuk menarik para wisatawan ke obyek rancangan.

BAB V

KONSEP RANCANGAN

Dalam sebuah proses perancangan, diperlukan adanya analisa dan pembuatan konsep yang didasari atas hasil analisa yang di dalamnya terdapat penyelesaian – penyelesaian terhadap permasalahan yang ada tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dan konsep rancangan yang diinginkan pada proyek Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan untuk direalisasikan pada rancangan tersebut.

5.1 Tema Rancang 5.1.1. Pendekatan

Tema rancangan diambil dari fakta dan issue yang ada dari permasalahan yang timbul, kemudian lahir sebuah goal atau tujuan yang mengarahkan penyelesaian bangunan sesuai dengan tuntutan perancangan nantinya. Fakta, issue, goal dan performance requarement yang ada. Pendekatan yang dipakai contextualism yaitu pemikiran yang berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik buatan disekitarnya. konsep ini diterapkan didaerah urban, karena alam bukan lagi faktor yang dominan yang harus dipertimbangkan dalam merancang bangunan. komposisi memperhatikan utilitarian area. (Richardson).

5.1.1.1Fakta

Kabupaten Bangkalan merupakan pintu gerbang lalu lintas eksport dan import dalam hal perdagangan ke pulau Madura dan berada dimana kesenian dan kebudayaan berkembang dalam hal ini kebudayaan kerajinan batik Madura, kebudayaan tersebut bisa dikatakan salah satu obyek wisata di pulau Madura. Pada Kabupaten Bangkalan ini memiliki 5 segmen industri batik yaitu industri batik besar, menengah, kecil, mikro dan sentra yang masing-masing memiliki kendala. Pengrajin batik letaknya tersebar di desa-desa seperti desa paseseh, tanjung bumi, socah dan burneh. Kondisi pengrajin saat ini masih berproduksi di rumah-rumah dan pemasaran dirumah, sehingga Dinas Industri & Perdagangan

sulit untuk memantau kualitas produk yang dihasilkan. Kendala yang dihadapi ialah sebagai berikut:df

- Produk yang dihasilkan masih berupa produk mentah yaitu lembaran kain batik.

- Teknologi yang dipakai masih tradisional sehingga kuantitas kain batik yang dihasilkan masih kurang memenuhi pangsa pasar.

- Pemakaian bahan-bahan alami tidak digunakan untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

- Terbatasnya ruang dan juga pengetahuan akan alat-alat modern yang dapat mendukung industri tersebut.

- Pemasaran produk yang dihasilkan pengrajin sebagian besar ditempatkan di rumah masing-masing sehingga sulit dijangkau oleh konsumen dari dalam maupun luar Madura.

- Kurangnya informasi bagi pengrajin mengenai perkembangan batik luar yang memiliki kualitas eksport lebih tinggi.

Pusat pengembangan/ pelatihan khususnya kerajinan yang ada saat ini cenderung belum maksimal karena pusat-pusat pelatihan tersebut kurang memperhatikan faktor-faktor sosial maupun tingkah laku dari pengrajin dan juga tidak adanya inovasi untuk menciptakan suasana dalam hal kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan itu hanya berupa pelatihan yang sifatnya formal. Pada Pusat pengembangan Madura di Bangkalan ini akan merencanakan wadah untuk pelatihan serta penggabungan obyek wisata edukasi untuk mendukung pelatihan tersebut.

5.1.1.2Issue

Merupakan permasalahan yang diangkat dari fakta-fakta kondisi saat ini : Dari fakta yang ada saat ini semakin banyaknya minat masyarakat luar pada kerajinan batik Madura dan juga banyaknya pengrajin batik yang ingin mengembangkan produk-produknya. Dalam hal ini maka bagaimana mewujudkan sebuah pengembangan batik Madura di Bangkalan yang dapat memberikan contoh

bagi kabupaten yang lain untuk meningkatkan produk kerajinan batik dan juga sebagai wisata edukasi bagi wisatawan.

5.1.1.3Goal

Merupakan cara pencapaian bagaimana mengatasi masalah tentang kondisi yang ada pada saat ini :

Merencanakan sebuah fasilitas pengembangan batik Madura dengan cara menggabungkan 2 fasilitas yaitu fasilitas pelatihan yang bersifat formal dan Pemasaran yang bersifat rekreatif yang memasukan unsur wisata pada obyek rancangan yang berguna untuk mendukung kegiatan pelatihan tersebut dengan menggunakan pendekatan contextualism.

5.1.1.4Performance Requirment

Mendesain bangunan dengan 2 style yang berbeda, yaitu fasilitas pelatihan menggunakan langgam arsitektur Madura, kemudian fasilitas pemasaran menggunakan langgam kontemporer Madura.

Dari fakta, issue, goal, dan performance requarement yang telah diungkap, terdapat benang merah yang dapat digunakan dalam proses perancangan, yang biasa disebut dengan tema.

5.1.2. Penentuan Tema Rancangan

Tema rancangan pada proyek tugas akhir ini adalah “2 in 1 Expression of Creativity”. Tema rancangan di dapat dari penjabaran dari Pusat Pengembangan Batik Madura sendiri dari permasalahan-permasalahan yaitu penggabungan antara sebuah pelatihan untuk pengrajin dan pengelola yang bersifat formal (Pelatihan) dan juga Pemasaran dengan memasukkan suasana rekreatif. Kemudian memunculkan sebuah ekspresi kreatifitas dalam tampilan bangunan yang menunjukan adanya sebuah inovasi di dalam pusat pengembangan batik Madura. Untuk pemikiran dari tema tersebut konsep yang paling tepat untuk sebuah rancangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan yaitu eklektisisme yang menggabungkan 2 frasa lama dan baru kemudian untuk pendekatan yang

dipakai yaitu nature (contextualism). yaitu pemikiran yang berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik buatan disekitarnya. konsep ini diterapkan didaerah urban, karena alam bukan lagi faktor yang dominan yang harus dipertimbangkan dalam merancang bangunan. komposisi memperhatikan utilitarian area (Richardson).

5.1.2.1. Metode Rancangan Menurut Richardson Metoda untuk mewujudkan konsep contextualism :

1. Membentuk sumbu utara dan selatan & timur barat dengan menempatkan bangunan di tengah jadi disini bangunan berfungsi sebagai titik simpul dan orientasi bangunan sekitar nya sehingga dengan mudah bangunan dapat dengan mudah dikenal .

2. Membuka aksesbilitas dari berbagai arah sehingga bangunan bisa dicapai dengan mudah.

3. Menggunakan langgam-langgam yang sudah dikenal oleh masyarakat sekitarnya & untuk beradaptasi dengan bangunan sekitarnya.

5.2. Konsep Rancangan

5.2.1. Konsep Tatanan Masa Bangunan dan Sirkulasi

Pada perencanaan Pusat Pengembangan Batik Madura terbagi menjadi 2 karakter ,yang pertama yaitu bagi “pengrajin batik dan juga pengelola” yang sifatnya pelatihan dan yang kedua bagi pemasaran yang sifatnya rekreatif, sehingga pada nantinya terdapat 2 tatanan tanean lanjeng dan juga terdapat 2 gate untuk penanda antara 2 karakter tersebut namun tetap memiliki keterkaitan satu sama lain.

Penerapan pada metode rancang pada tatanan obyek rancangan:

Tatanan tanean lanjeng diambil untuk diterapkan pada konsep tatanan massa obyek rancangan ini.

1. Orientasi tatanan tanean lanjeng

Gambar 5.1. Konsep Tanean Lanjeng (Sumber: Data Penulis, 2013)

Tranformasi tatanan massa tanean lanjeng pada rancangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan. Pada obyek rancangan terdapat 2 fasilitas yang harus diwadahi yaitu falisitas Pelatihan dan juga fasilitas wisatawan.

Gambar 5.2. Tranformasi Makro Konsep Tanean Lanjeng Pada Site (Sumber: Data Penulis, 2013)

B S U T Kompleks pemasaran - Langgar merupakan bangunan utama pada kompleks rumah tersebut.

- Terdapat 2 bangunan yaitu rumah tinggal.

- Terdapat open space yang panjang sifatnya mengikat bangunan

- Konsep sirkulasi linier

- Masjid merupakan bangunan utama

- Terdapat 2 kompleks yaitu kompleks pelatihan dan Pemasaran

- Terdapat open space sebagai aktivitas pengikat yaitu peraga semi outdoor.

Gambar 5.3. Tranforamasi Mikro Konsep Tanean Lanjeng Pada Site (Sumber: Data Penulis, 2013)

Kemudian tranformasi pada kompleks Pemasaran dan juga kompleks pelatihan

Gambar 5.4. Tranformasi tatanan massa Pemasaran (Sumber: Data Penulis, 2013)

Pada tranformasi tatanan massa nonformal ini vokal point bangunan adalah museum dan galery, kemudian untuk bangunan disekitar yaitu angkringan batik, bangunan peraga dan juga pasar makanan, kemudian pola sirkulasi yang di ambil yaitu pola radial yang bertujuan parawisatawan bergerak secara leluasa dari satu tempat ke tempat yang lain. Sirkulasi yang dipakai yaitu linier sehingga pengunjung leluasa untuk menikmati rancangan pada kompleks pemasaran.

In

Tranformasi tatanan massa formal untuk pelatihan.

Gambar 5.5. Tranformasi tatanan massa Pelatihan (Sumber: Data Penulis, 2013)

Pada tranformasi tatanan massa formal ini vokal point bangunan adalah laboratorium, kemudian untuk bangunan disekitar yaitu bangunan pelatihan kemudian pola sirkulasi yang di ambil yaitu pola linier yang bertujuan untuk mengarahkan pengrajin secara bertahap. Untuk konsep sirkulasi pada kompleks pelatihan memakai pola linier seperti sifat tatanan massa bangunan formal yang berguna untuk mengarahkan pengrajin.

5.2.2. Konsep Ruang Luar

Konsep ruang luar mengambil dari open space tanean lanjeng yang biasanya digunakan untuk kegiatan menjemur pada atau bersosialisasi, namun pada perancangan Pusat Pengembangan Batik Madura fungsi open space tersebut digunakan sebagai :

1. Konsep ruang luar digunakan sebagai sarana edukasi bagi para wiasatawan 2. Kemudian ruang luar juga merupakan akses penghubung pada bangunan

nonformal ke bangunan formal. 3. Adanya 2 gate penerima.

4. Open space di kompleks pelatihan digunakan untuk pameran outdoor 5. Open space di kompleks wisatawan digunakan untuk kolam air.

Sirkulasi pengrajin

Gambar 5.6 : Konsep Ruang Luar (Sumber : Analisa Penulis 2013)

5.2.3. Konsep Aksebilitas

Metode rancang yang lainnya yaitu membuka aksesbilitas dari berbagai arah sehingga bangunan bisa dicapai dengan mudah. Pada obyek rancangan batas site timur berupa jalan Halim Perdana Kusuma dan juga jalan Soekarno Hatta. Pada jalan tersebut akan diberikan May entrance. Pada obyek rancangan terdapat 2 fasilitas yang berbeda sehingga membutuhkan aksesbilitas pintu masuk dan juga parkir yang berbeda sehingga terdapat 2 pintu masuk dan juga 1 pintu keluar. Aksesbilitas dapat di tempuh apabila datang dari arah Surabaya yaitu

Gedung coek Jembatan Suramadu Jl. Suramadu Baru Jl. Burneh

Jl. Pemuda Kaffa Jl. Hallim Perdana Kusuma . kemudian aksesbilitas bagi pengrajin yang ada di desa Tanjung Bumi yaitu Jl. Sepuluh Jl. Klampis Jl. Arosbaya Jl. Soekarno Hatta.

Sebagai ruang luar terbuka berupa kolam air dan selasar

Ruang luar sebagai penghubung antar bangunan, sebgai area fashion show

Sclupture pelatihan

Sclupture Wisatawan

Auditorium sebagai area penghubung antar K.pemasaran dan K.pelatihan.

Gambar 5.7. Konsep Aksesbilitas (Sumber: Data Penulis, 2013)

A. Pintu masuk untuk kompleks wisatawan pada jalan Halim Perdana Kusuma B. Pintu masuk untuk kompleks pelatihan pada jalan Soekarno Hatta.

C. Pintu keluar pada jalan Soekarno Hatta.

5.2.4. Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan

Konsep ide bentuk dari suatu rancangan memiliki dasar atau alasan bentuk itu dipilih, pada Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan pertimbangan pertama bentuk itu harus mencerminkan budaya Madura yaitu tegas, sehingga diambilah bentuk dari geometri persegi dan persegi panjang yang mengalami pengurangan bentuk, selain bentuknya mencerminkan karakter tegas alasan lain mengapa persegi panjang tersebut dipilih karena lebih efisien terhadap bentuk ruangnya.

+ =

Gambar 5.8. Konsep bentuk (Sumber: Data Penulis, 2013)

B A

C

Pintu masuk kompleks pemasaran yang diperuntukan bagi wisatawan dari arah surabaya dan juga tanjung bumi dan

kabupaten yang lainnya di Madura. Pintu masuk kompleks Pelatihan yang diperuntukan bagi Pengrajin dari arah desa tanjung bumi, sepuluh, arosbaya dan kabupaten yang lainnya di Madura.

Pintu keluar untuk wisatawan dan pengrajin dijadikan jadi satu karena mengacu ke tema rancangan.

Sebuah rancangan Pusat Pengembangan Batik Madura di Bangkalan yaitu memakai Teori eklektisisme yang menggabungkan 2 frasa lama dan baru maka menggunakan langgam-langgam yang sudah dikenal oleh masyarakat sekitarnya sehingga dapat beradaptasi dengan bangunan sekitarnya. Dalam tampilan kelompok pelatihan menggunakan langgam arsitektur Madura yaitu kraton sumenep kemudian untuk kompleks wisatawan menggunakan langgam rumah tanean lanjeng.

Gambar 5.9. Konsep Tampilan Langgam Kraton Sumenep (Sumber: Data Penulis, 2013)

Langgam kraton sumenep di aplikasikan pada bangunan pelatihan, pengaplikasiannya hanya mengambil bentuk atap dan ornamen atapnya. Proporsi badan dan atap bangunan juga dipertimbangkan karena kraton sumenep memiliki ketinggian badan dan atap tertentu yaitu 1 : 1. Kemudian untuk fasad bangunan kraton sumenep seperti jendela yang yang memiliki keteraturan dalam penerapannya dan juga pintu masuk yang berada tepat pada ruang penerima.

2. Langgam Rumah Tanean Lanjeng

Gambar 5.10. Konsep Tampilan Langgam Rumah Tanean Lanjeng (Sumber: Data Penulis, 2013)

Langgam Tanean Lanjeng di ambil dan di aplikasikan pada massa angkringan batik, pasar makanan dan juga massa peraga wisatawan, aplikasi hanya mengambil bentuk atap kemudian pada massa tersebut dibuat semi outdoor yang berguna untuk menarik para wisatawan ke obyek rancangan.

Ornamen Tanduk

Gambar 5.11: Konsep Tampilan Bangunan (Sumber : Analisa Penulis 2013)

5.2.5. Konsep Sirkulasi Ruang Dalam dan Interior

Gedung Pelatihan I (Industri Kecil, Menengah, Besar)

Konsep sirkulasi ruang dalam menggunakan sirkulasi Radial karena pelatihan untuk pengrajin terbagi beberapa macam ruang.

Aktivitas = R. Desain – R. Printing – R. Potong – R. Menjadi – R. Finishing

Gambar 5.12 : Konsep Sirkulasi Ruang Dalam & interior (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Gedung Pelatihan II (Industri Mikro & Sentra)

Konsep sirkulasi ruang dalam menggunakan sirkulasi radial karena tahap aktivitas pelatihan mulai dari bahan baku sampai menjadi kain siap jadi secara berurutan namun proses pelatihan bagi pengrajin dibagi menjadi beberapa macam.

- Dekorasi pada interior menggunakan desain motif batik seperti pada dinding atau ceiling sehingga mengesankan budaya membatik.

- Penggabungan unsur modern dan tradisional pada furniture seperti meja frontdesk dll dengan menggunakan warna-warna coklat pernis dan putih.

Lobby

KM mencuci M.Manual

gudang Mewarna B.cap B.tulis

M.Komputer Jemur Jendela terdapat ukiran ditampilkan ke fasad Ukiran tanduk

- Penggunaan kisi-kisi pada jendela, ceiling yang tinggi, dan juga menggunakan unsur air untuk pendinginan ruangan dalam.

Gambar 5.13 : Konsep Sirkulasi Ruang Dalam & Interior (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Gedung Pengelola

Konsep sirkulasi ruang dalam menggunakan sirkulasi linier karena sifat ruangan mulai dari publik sampai ke private untuk mendapatkan kesan berjenjang seperti kantor-kantor pemerintahan yang formal.

Gambar 5.14: Konsep Sirkulasi Ruang Dalam (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Konsep suasana ruangan di desain ke interior elegan modern dengan dekorasi unsur batik pada tiap dinding yang mempunyai titik-titik vokal point yang menarik seperti gambar dibawah.

R.informasi & Pemasaran R. Rapat

Lobby

M.komputer M.Manual Gudang

KM/WC

R.potong Menjahit Finishing

R.ketua R.Pen

asehat

R.kabag R.kabag R.Rapat

Lobby

R.wakil

Gudang &km/wc

R.kabag R.kabag R.sekretari s

Gambar 5.15. : Konsep Interior (Sumber : Analisa Penulis 2013)

5.2.6. Konsep Utilitas

- Saluran pembuangan limbah air kotor dan produksi dibedakan untuk mencegah pencemaran lingkungan.

- Mengoptimalkan kenyamanan thermal dengan menggunakan exchaust fan - Elektrikal yang terpusat.

R. Confrention Hall

Lobby

Gambar 5.17. : Konsep Saluran Drainase

(Sumber : Analisa Penulis 2013) Gambar 5.16. : Konsep saluran hasil

pelatihan

(Sumber : Analisa Penulis 2013)

Gambar 5.18. Sistem Penyediaan air bersih (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Sistem jaringan listrik dan genset pada bangunan secara garis besar dapat dilihat di bawah ini:

-

-

Arus listrik diambil dari Tiang listrik yang kemudian disalurkan pada ruang PLN kemudian disambungkan pada ruang trafo. Untuk mencegah terjadinya konsleting menggunakan panel LVMDP merupakan sebagai panel utama yang kemudian disalurkan pada panel SDP yang berada pada tiap massa. Genset sebagai alat pemdukung yang disambungkan langsung pada panel LVMDP.

5.2.7. Konsep Penghawaan

Pada bangunan ini menggunakan 2 buah sistem penghawaan yaitu penghawaan pasif dan aktif :

Penghawaan pasif digunakan pada gedung pelatihan I & II yang memang membutuhkan kontak langsung dengan udara luar. Pada ruang membatik hingga penjemuran banyak sekali menghasilkan pencemaran udara dan juga udara panas dari proses tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kontak langsung dengan udara luar, agar polusi dapat langsung dibuang bersama-sama dengan angin dengan menggunakan exhaust fan yang di letakkan pada plafon ruangan. Penghawaan aktif hampir digunakan di museum galeri dan kantor pengelola. Sistem pengkondisian udara yang dgunakan adalah dengan sistem Air Conditioner (AC) Split.

R.PLN R.Trafo LVMDP R.Genset

R. Panel tiap zona (SDP) Tiang Listrik

Gambar 5.19. Jaringan Listrik dan Genset (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Gambar 5.20. Konsep Penghawaan

(Sumber analisa penulis, 2013)

Crosventilasi si

BAB VI

APLIKASI PERANCANGAN

6.1. Aplikasi Tatanan Massa

Aplikasi konsep tatanan massa yang membentuk sumbu utara dan selatan & timur barat dengan menempatkan bangunan di tengah jadi disini bangunan berfungsi sebagai titik simpul dan orientasi bangunan sekitar nya sehingga dengan mudah bangunan dapat dengan mudah dikenal. Metoda yang pertama ini membahas tentang orientasi bangunan pada rancangan, namun metode tersebut mengalami tranformasi. Orientasi pada kompleks wisatawan menghadap ke arah utara dan selatan atau menghadap pada jalan Halim Perdana Kusuma. Keemudian orientasi kompleks wisatawan mengalami tranformasi karena pengaruh dari tampilan fasad depan yang menghadap pada jalan Soekarno Hatta.

Gambar 6.1. : Aplikasi Tatanan Massa (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Laboratorium Masjid Museum galeri Pasar Angkringan batik Peraga pengrajin out In In Pengelola Pelatihan

A. Bangunan laboratorium sebagai vokal point kompleks

wisatawan.

B. Bangunan pelatihan tranformasi dari rumah tinggal di tanean lanjeng.

C. Kantor pengelola. D. Gate pelatihan.

E. Galery dan museum sebagai vokal point kompleks wisatawan.

F. Angkringan batik G. Pasar makanan H. Gate wisatawan

I. Masjid sebagai vokal point pada rancangan

J. Penanda ukiran batik K. ME wisatawan L. ME pelatihan M. Out entrance N. Peraga outdoor

6.2. Aplikasi Ruang Luar

Konsep ruang luar mengambil dari open space tanean lanjeng yang biasanya digunakan untuk kegiatan menjemur pada atau bersosialisasi, namun pada perancangan Pusat Pengembangan Batik Madura fungsi open space tersebut digunakan sebagai :

1. Konsep ruang luar digunakan sebagai sarana edukasi bagi para wisatawan 2. Kemudian ruang luar juga merupakan akses penghubung pada bangunan nonformal ke bangunan formal.

3. Adanya 2 gate penerima.

4. Open space di kompleks pelatihan digunakan untuk pameran outdoor 5. Open space di kompleks wisatawan digunakan untuk kolam air.

Gambar 6.2. Aplikasi Ruang Luar (Sumber : Analisa Penulis 2013)

6.3. Aplikasi Aksesbilitas

Membuka aksesbilitas dari berbagai arah sehingga bangunan bisa dicapai dengan mudah. Pintu masuk pertama berada pada jalan Halim Perdana Kusuma yaitu diperuntukan untuk akses wisatawan, kemudian pintu masuk kedua diletakkan di jalan Soekarno Hatta yang diperuntukan untuk pengunjung dan juga pintu keluar dibuat terpusat.

Gambar 6.3. Aplikasi Aksesbilitas (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Parkir pelatihan In wisatawan In Pelatihan Out 3 5 1&2 4 Gapura sebagai penerima pengrajin Kolam air yang berfungsi

sebagai penghubung masa

Gapura sebagai penerima wisatawan

Auditorium sebagai penghubung K.formal dan Nonformal

Plasa untuk fashion show outdoor

6.4. Aplikasi Tampilan

Aplikasi tampilan pada kompleks pelatihan yaitu menggunakan langgam arsitektur Madura yaitu kraton sumenep, kemudian mengalami tranformasi ekspresi kreativitas.

Gambar 64. Aplikasi Tampilan Pelatihan (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Kemudian Aplikasi tampilan pada kompleks pemasaran langgam rumah tanean lanjeng. Pengaplikasian mengambil bentukan atap.

Gambar 6.5. Aplikasi Tampilan Kompleks Pemasaran (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Atap rumah tinggal tanean lanjeng

6.5. Aplikasi Ruang Dalam

Gambar 6.6. Aplikasi Sirkulasi (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Aplikasi sirkulasi menggunakan sistem radial karena sifat pelatihan terbagi-bagi menurut apa yang dibutuhkan oleh pengrajin di bangkalan.

Gambar 6.7. Interior Museum dan Galery

(Sumber : Analisa Penulis 2013) Gambar 6.8. Interior Lobby pengelola (Sumber : Analisa Penulis 2013)

Gambar 6.9. Interior pelatihan menjahit Gambar 6.10. Interior pemasaran Crosventilasi

Koridor sebagai crosventilasi

6.6. Aplikasi Utilitas

Saluran pembuangan air pada perancangan terbagi menjadi dua saluran yaitu :

Pertama yaitu saluran untuk pembuangan air kotor bekas mandi atau air hujan.

Kedua yaitu saluran yang dikhususkan untuk pembuangan air bekas pelatihan membatik yang ditampung terlebih dahulu di tandon penampungan kemudian di buang ke drainase kota.

Gambar 6.11. Aplikasi Utilitas (Sumber : Analisa Penulis 2013) Saluran air kotor

Saluran air kotor

Saluran air kotor Saluran air kotor Saluran air kotor

DAFTAR PUSTAKA

Antoniades, Anthony C. 1990. Poetic of Architecture Theory Of Design. New York: Van Nostrad Reinhold.

Building Planning And Design Standart. 1955. Edited by sleeper, Harold R. Ching,F.D.K.1997. Grafik Arsitektur. edisi ke-3,Erlangga, Jakarta.

Ching,F.D.K.2000,. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan, edisi kedua, Erlangga, Jakarta.

Dinas Perdangangan, pada bulan Agustus 1971, Dewan Standar Tekstil Indonesia membentuk Panitia Teknik Batik menyusun dalam bidang pembatikan. Harisah, Afifah 2001“ Eklektisisme dan Arsitektur Eklektik”, UGM Press, Yogyakarta

Neufert, Ernest. 1996, “Neufert Architect Data”, Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Neufert, Ernest. 2002, “Neufert Architect Data”, Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Pedoman Standarisasi Bidang Kebudayaan dan Bidang Kesenian, Dekdikbud 1983, dengan memperhatikan pada pemelihan standart lokasi yang ada. Rencana Dasar Tata Kota (RDTRK) Kabupaten Bangkalan 2007 – 2012,

Pemerintahan Kabupaten Bangkalan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2007.

Wiryoprawiro Zein M. 1986, Arsitektur Tradisional Madura Sumenep, FTSP ITS. Surabaya.

http///www.google.com, 10:55, 14 Januari 2012, bahan tradisional pembatikan. http///www.AristechAcrylics.com, 23:37, 13 Februari 2013, ide bentuk tampilan

bangunan.

Dokumen terkait