TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Hubungan Antar Variabel
2.2.1 Hubungan antara Uang Saku terhadap Tingkat Konsumsi Internet Variabel pertama yang mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa adalah uang saku. Uang saku merupakan pendapatan mahasiswa berasal dari orang tua dengan perencanaan uang tersebut dapat digunakan untuk membeli jajanan, biaya transportasi, dan kebutuhan lainnya yang biasanya diterima oleh mahasiswa setiap bulan, setiap minggu, ataupun setiap hari. Dari uang saku inilah yang selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya mereka alokasikan untuk pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi makanan maupun konsumsi non makanan (Pratama, 2010).
Uang saku merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengeluaran mahasiswa, dengan rata-rata pendapatan uang saku yang berbeda-beda dari setiap mahasiswanya. Sebagian besar mahasiswa mengandalkan uang saku yang diterimanya untuk digunakan berkonsumsi dalam periode waktu tertentu. Sehingga uang saku dan pengeluaran konsumsi berbanding lurus
(Syahrina, 2008). Besarnya uang saku memberikan perbedaan yang signifikan untuk konsumsi mahasiswa. Artinya tingkat pendapatan yang diperoleh mahasiswa akan mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi mahasiswa. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi mahasiswa indekos (Maharani, 2006).
2.2.2 Hubungan antara Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Konsumsi Internet
Jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat dari sudut non-biologis, yaitu aspek sosial, budaya, maupun psikologis (Mutmainah, 2006).
Berdasarkan Coate dan Frey (2000), terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan untuk memberikan pendapat mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan yaitu pendekatan struktural dan pendekatan sosialisasi. Pendekatan struktural menyatakan bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan disebabkan oleh sosialisasi awal terhadap pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan peran lainnya. Sedangkan pendekatan sosialisasi menyatakan bahwa pria dan wanita membawa seperangkat nilai yang berbeda ke dalam lingkungan kerja maupun lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi laki-laki dan perempuan dalam membuat kepeutusan dan praktik.
Jenis kelamin juga memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hasil penelitian yang ada. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa perempuan lebih memilih mengkonsumsi junkfood dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena bagi perempuan junkfood lebih praktis dibandingkan mengolah makanan sendiri di rumah,
sehingga tingkat konsumsi junkfood oleh perempuan lebih tinggi dari laki-laki yaitu sebesar 60 persen ( Pratama, 2010).
Maharani (2006) mengangkat judul Perbandingan Pola Konsumsi Pada Kalangan Mahasiswa yang Indekos Di Kota Surakarta menyatakan bahwa dari pengolahan data diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan yang signifikan untuk kebutuhan transportasi, dan untuk kebutuhan lainnya jumlahnya hampir sama atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmatia (2006) menyatakan bahwa pola konsumsi wanita pekerja perkotaan Sulawesi Selatan untuk kelompok pengeluaran KRT secara umum konsisten sebagai kebutuhan pokok. Pola konsumsi dalam rumah tangga yang seharusnya termasuk komoditas luks, namun kelihatannya bagi rumah tangga wanita pekerja perkotaan di Sulawesi Selatan adalah juga merupakan kebutuhan pokok dengan elastisitas pendapatan yang relatif inelastik.
Saat ini, semakin banyak orang yang menggunakan fasilitas jejaring sosial sebagai sarana komunikasi baru. Total waktu yang digunakan dalam menggunakan internet secara otomatis juga akan mengalami peningkatan yang sangat drastis. Total waktu yang digunakan untuk mengakses jejaring sosial naik 37 persen. Rata-rata wanita menghabiskan 18 jam 20 menit perbulannya. Sementara itu, laki-laki hanya menghabiskan waktu sekitar 13 jam per bulan untuk akses jejaring sosial. Ada beberapa alasan yang menyebabkan mengapa kaum wanita lebih banyak dan sering mengakses jejaring sosial. Dimana salah satu alasan utamanya adalah karena setiap manusia (wanita) selalu ingin diperhatikan dan membutuhkan orang lain (Bernstorm, 2011).
2.2.3 Hubungan antara Tempat Tinggal terhadap Tingkat Konsumsi Internet
Tempat tinggal dapat mempengaruhi konsumsi mahasiswa. Dalam hal ini bagi mahasiswa yang tinggal dengan cara menyewa rumah (kos) dan yang tinggal dengan orang tua atau saudara (tidak kos), jelas akan mempengaruhi konsumsi mereka baik itu konsumsi makanan maupun konsumsi non makanan. Biaya kos merupakan biaya-biaya rutin yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk setiap periode. Biaya kos ini meliputi uang sewa kos per bulannya, pembayaran listrik, air dan segala keperluan yang berhubungan dengan tempat tinggal mahasiswa tersebut. Biaya kos ini hanya dikeluarkan oleh mahasiswa yang tidak tinggal bersama orangtua mereka dan tinggal di tempat kontrakan (kos).
Besarnya biaya yang keluar untuk keperluan kos ini akan mempengaruhi total pengeluaran konsumsi sehari-hari mahasiswa. Hal ini dikarenakan mereka harus menyisihkan pendapatan mereka untuk tidak dibelanjakan ke kebutuhan seperti makan, minum, dan perlengkapan kuliah melainkan untuk memenuhi kebutuhan kos yang harus rutin dikeluarkan setiap periode tertentu. Semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk keperluan kos, maka semakin kecil pengeluaran konsumsi mahasiswa yang dikeluarkan begitu pula sebaliknya semakin sedikit biaya sewa kos, pembayaran listrik, air dan transportasi maka semakin besar pengeluaran konsumsi mahasiswa untuk keperluan makan, minum, transportasi, entertain, dan komunikasi.
Maharani (2006) mengangkat judul Perbandingan Pola Konsumsi Pada Kalangan Mahasiswa yang Indekos di Kota Surakarta menyatakan bahwa dari pengolahan data diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan yang signifikan untuk kebutuhan transportasi, dan untuk kebutuhan lainnya jumlahnya hampir sama atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Pengeluaran mahasiswa yang kos untuk transportasi berbeda-beda tergantung pada gender. Sementara untuk pengeluaran makanan sendiri, mahasiswa yang tinggal di kos cenderung memiliki pengeluaran uang yang lebih banyak dibanding yang tidak tinggal di kos.
2.2.4 Hubungan antara Beasiswa Terhadap Tingkat Konsumsi Internet
Selanjutnya hal lain yang dapat mempengaruhi seorang mahasiswa dalam berkonsumsi selain uang saku dari orang tua adalah beasiswa. Sebagian besar mahasiswa tentu pernah dan telah mendapatkan beasiswa, baik yang berasal dari kebijakan pihak universitas maupun yang berasal dari pihak luar universitas yang berpartisipasi dalam pemberian beasiswa dengan berbagai persyaratan yang telah ditentukan. Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh (Wikipedia 2009).
Beasiswa inilah yang dapat menjadi sumber lain dari pendapatan mahasiswa, selain dari uang saku dari orangtua yang dijadikan mahasiswa untuk melakukan konsumsi. Beasiswa tersebut dapat digunakan sebagai tambahan dalam berkonsumsi sehari-hari karena beasiswa bisa diartikan menambah kemampuan ekonomis bagi penerimanya, berarti beasiswa merupakan penghasilan atau pendapatan. Dengan pendapatan yang meningkat, maka konsumsinya juga akan meningkat. Dengan kata lain keinginan konsumen untuk memaksimumkan kepuasan tersebut ditentukan oleh besarnya pendapatan konsumen serta harga barang yang dibeli atau yang dikonsumsi oleh konsumen tersebut (Suparmoko, 1993).
2.2.5 Hubungan Antara Jurusan Terhadap Tingkat Konsumsi Internet
Jurusan yang terdiri dari Eksakta (Ilmu Alam) dan Non-Eksakta (ilmu social) bisa saja mempengaruhi tingkat konsumsi internet mahasiswa, meskipun kemungkinannya kecil. Hal ini disebabkan karena setiap orang atau mahasiswa akan melakukan konsumsi tanpa mengenal status maupun disiplin ilmu. Diasumsikan bahwa biaya untuk kebutuhan mahasiswa indekos yang kuliah di fakultas eksakta jumlahnya akan lebih besar daripada kebutuhan mahasiswa yang kuliah di fakultas non eksakta, hal ini dikarenakan mahasiswa dari fakultas eksakta mempunyai kebutuhan untuk membeli alat-alat praktek seperti pena dan meja gambar bagi mereka yang mengambil jurusan arsitektur, disamping harus membeli buku pegangan kuliah yang merupakan konsumsi non-makanan (Wahyuningtyas, 2000).