• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Faktor Predisposing dengan Kejadian Diare

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Hubungan Faktor Predisposing dan Faktor Enabling dengan

4.3.1 Hubungan antara Faktor Predisposing dengan Kejadian Diare

Penilaian hubungan antara faktor predisposing dengan kejadian diare yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan, dan sikap PHBS dari 84 responden melalui wawancara dan uji chi-square. Perincian lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 4.10 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10 Hubungan antara Faktor Predisposing dengan Kejadian Diare

Faktor Predisposing Ya Tidak p-value

N % N % Pendidikan 1. Pendidikan Dasar 2. Menengah Keatas 33 6 39,29 7,14 40 5 47,62 5,95 1,000 Pendapatan 1. ≤ Rp.2.190.000 2. > Rp.2.190.000 41 3 48,81 3,57 40 0 47,62 0 0,243 Pengetahuan 1. Kurang 2. Baik 24 20 28,57 23,81 32 8 38,09 9,52 0,013* Sikap 1. Kurang 2. Baik 16 28 19,05 33,33 28 12 33,33 14,29 0,002*

*Signifikansi pada α = 0,05 > p-value

a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Diare

Tingkat pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut memperoleh informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat berkaitan dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah pula. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar, sehingga pendidikan tersebut bisa diperoleh dari pendidikan formal (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi) maupun pendidikan informal (kursus, pelatihan, dan diklat). Berdasarkan penelitian ini tingkat pendidikan dibagi dua kategori yaitu pendidikan dasar dan pendidikan menengah ke atas. Pendidikan dasar terdiri dari responden yang tidak tamat SD sampai responden tamat SLTP, sedangkan pendidikan menengah ke atas terdiri dari responden yang tamat SLTA dan responden minimal menamatkan diploma.

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif yang meningkat. Orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan pencegahan, mengetahui lebih banyak masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar berpendidikan dasar yang menderita diare, sedangkan berpendidikan menengah keatas yang menderita diare. Namun, pada hasil penelitian analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh

p-value 1,000, nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur responden dengan kejadian diare di Desa Rembang Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun 2014 karena sebagian besar berpendidikan dasar, dimana hal tersebut memberi arti tingkat pendidikan seseorang belum menjamin dimilikinya pengetahuan tentang diare dan pencegahannya. Walaupun tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian diare dengan pendidikan rendah, sehingga pada saat penyuluhan di lapangan diperlukan lebih banyak media penyuluhan berupa gambar-gambar yang menarik agar mudah dipahami dan dimengeti oleh masyarakat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yanti (2001) di Padang Bolak Julu menyatakan tidak ada hubungan bermakna tingkat pendidikan ibu. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Anjar, 2009) menyatakan tidak ada hubungan dengan kejadian diare pada anak balita p-value 0,08. Namun, menurut penelitian Yulisa (2008) bertolak belakang yang menunjukkan ada pengaruh tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita p-value 0,001. Hal ini mungkin karena karakteristik responden disuatu daerah dengan daerah lain berbeda-beda, sehingga pemahaman terhadap diare dan penanganan juga berbeda.

b. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kejadian Diare

Tingkat pendapatan adalah hasil yang diperoleh dalam memenuhi kebutuhan keseharian dalam berkeluarga dalam mencapai memelihara kesehatan keluarga maupun anak balitanya, sehingga rendahnya pendapatan keluarga memungkingkan terjadinya kejadian diare. Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimana status sosial ekonomi orang tua yang baik akan berpengaruh fasilitas yang diberikan (Notoatmodjo, 2003). Orang yang memiliki tingkat pendapatan tinggi lebih berorientasi pencegahan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik, tetapi tingkat pendapatan tinggi memungkinkan juga status kesehatan rendah.

Tingkat pendapatan dibagi dua yaitu tingkat pendapatan rendah (≤ Rp.2.190.000) dan tingkat pendapatan tinggi (> Rp.2.190.000). Penelitian ini menentukan tingkat pendapatan rendah dan tingkat pendapatan tinggi sesuai PerGub Jatim tahun 2013 yaitu Rp.2.190.000,- wilayah Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden tingkat pendapatan dibawah UMR (≤ Rp.2.190.000,-) yang mengalami diare sebesar tidak sebanding dengan tingkat pendapatan diatas UMR (> Rp.2.190.000,-) mengalami diare. Namun, hasil penelitian analisis bivariat dengan menggunakan uji chi- square diperoleh p-value 0,243, nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan kejadian diare di Desa Rembang Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun 2014 karena sebagian besar responden

tingkat pendapatan rendah yang mengalami diare dan tidak mengalami diare, dimana sebagian masyarakat pekerjaan sebagai buruh tani dan swasta. Hal tersebut dari hasil penelitian memberi arti bahwa tingkat pendapatan rendah belum tentu terjadi diare, sedangkan tingkat pendapatan tinggi memungkinkan terjadinya diare karena kurang sadarnya masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kasman (2003) bahwa tidak ada hubungan signifikan tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian diare dengan p-value 0,547. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Yanti (2001) di Padang Bolak Julu menyatakan adanya hubungan bermakna tingkat pendapatan dengan kejadian diare balita. Kejadian diare lebih tinggi dengan pendapatan rendah dijelaskan bahwa tingkat ekonomi keluarga berperan penting dalam pemenuhan kecukupan energi, selanjutnya berpengaruh terhadap imunitas berbagai penyakit infeksi seperti diare.

c. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Diare

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia melalui indera yang dimiliki (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari hasil melihat dan mendengar. Pengetahuan ibu terhadap penanggulangan diare sangatlah penting, karena dapat menentukan kesembuhan bagi anak-anaknya. Pengetahuan kesehatan untuk seorang ibu harus diarahkan pada pengetahuan tentang perjalanan penyakit diare, tanda-tanda penyakit diare, dan dehindrasi. Hal- hal tersebut diprioritaskan untuk dapat mengurangi angka kesakitan dan diakibatkan oleh diare. Tingkat pengetahuan dibagi dua kategori yaitu tingkat pengetahuan kurang dan tingkat pengetahuan baik.

Hasil penelitian didapatkan bahwa responden tingkat pengetahuan yang tingkat pengetahuan kurang yang menderita diare, sedangkan tingkat pengetahuan baik dengan menderita diare sebesar 23,81. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p-value 0,013, nilai ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian diare di Desa

Rembang Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun 2014 karena karena tingkat pengetahuan yang rendah meliputi pengertian diare, penyebab diare, tanda-tanda orang yang terkena diare, penularan penyakit diare, pencegahan penyakit diare, perilaku hidup bersih dan sehat (kualitas air bersih yang baik, cara mencegah kebersihan sumber air bersih, kegiatan mencuci tangan, manfaat jamban, dan syarat jamban sehat). Tingkat pengetahuan yang rendah sulit bagi responden untuk melindungi dan mencegah diri sendiri dari penularan penyakit diare. Pengetahuan yang rendah menyebabkan masyarakat mempunyai pandangan tersendiri dan berbeda terhadap penyakit diare. Pengetahuan yang rendah dan pandangan yang beragam ini cenderung bertentangan dengan aspek kesehatan, merugikan dan tentu saja memicu kejadian diare tetap tinggi di wilayah kerja Puskesmas Rembang terutama Desa Rembang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Millah (2012) bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian diare. Pengetahuan merupakan domain sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan dikatakan pula bahwa perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga merupakan hasil tahu dan inti setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia tetapi sebagian besar pengetahuan ibu rumah tangga diperoleh dari mata dan telinga (Meta, 2006), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga yang tinggi tidak selalu berperilaku hidup bersih dan sehat yang baik. Kurangnya pengetahuan responden mengenai macam-macam PHBS dapat mudahnya terserang diare. Hal ini dikarenakan seseorang tidak mempunyai dasar dan tidak mengetahui indikator PHBS. Seseorang yang tidak mempunyai pedoman atau dasar belum tentu bisa melakukan kegiatan atau praktik hidup bersih dan sehat.

d. Hubungan Sikap PHBS dengan Kejadian Dire

Sikap adalah respon yang tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat atau emosi. Fungsi sikap belum

merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini sikap PHBS dalam kesehatan lingkungan meliputi penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan penggunaan jamban sehat. Kategori penilaian sikap PHBS digolongkan menjadi dua yaitu sikap PHBS kurang dan sikap PHBS baik. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki sikap PHBS kurang dengan menderita diare, sedangkan sikap PHBS baik dengan menderita diare. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p- value 0,002 menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara sikap PHBS dalam kesehatan lingkungan dengan kejadian diare di Desa Rembang Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan Tahun 2014 karena karena penilaian sikap perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehatan lingkungan meliputi air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dan menggunakan jamban sehat menunjukkan sikap responden yang kurang mendukung terhadap pencegahan penyakit diare melalui PHBS yaitu pada saat dilakukan pengamatan dan wawancara menjawab pertanyaan setuju dan tidak setuju (pengertian PHBS, sumber air bersih, ciri-ciri air bersih, memasak air terlebih dahulu sampai mendidih, mencuci tangan yang baik, pembuangan kotoran manusia di jamban, persyaratan jamban baik) .

Hasil penelitin ini sejalan dengan hasil penelitian Novie (2008 ) ada hubungan antara sikap dengan kejadian diare p-value 0,019 yang sikap merupakan faktor predisposisi dalam perilaku seseorang. Menurut teori L.Green (dalam Notoatmodjo, 2003) bahwa perilaku seseorang dipengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan, dan lain-lain . Terbentuknya sikap dipengaruhi pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan itu sendiri,agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Oleh karena itu untuk meningkatkan sikap positif terhadap PHBS, dapat melalui pendekatan terhadap tokoh masyarakat, organisasi keagamaan, dan sebagainya.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Millah (2012) mengenai hubungan sikap dengan kejadian diare tidak ada hubungan dengan p-value 0,837

karena sikap responden pada saat dilakukanwawancara selalu menjawab pertanyaan dengan hal-hal yang baik-baik saja dilihat nilai rerata pada alternatif jawaban sangat setuju memperoleh rerata paling besar dibandingkan yang tidak setuju, Menurut Meta (2006) mengenai hubungan sikap dengan kejadian diare menunjukkan hasil tidak ada hubungan, dimana hasil penelitian menyatakan bahwa sikap ibu rumah tangga merupakan reaksi yang pada umumnya tertutup artinya tidak dapat segera dilihat atau tafsirkan. Sikap bukan suatu tindakan, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, sehingga meskipun mereka setuju upaya pencegahan diare dengan perilaku hidup bersih dan sehat, belum tentu mereka bertindak sesuai dengan sikapnya.

4.3.2 Hubungan antara faktor enabling dengan kejadian diare di Desa Rembang

Dokumen terkait