IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.9. Hubungan Antara laju Fraksinasi Dengan Biaya Proses
Berkenaan dengan penghitungan biaya proses, maka pada dasarnya biaya proses merupakan fungsi dari laju fraksinasi dan waktu proses atau jika dituliskan rumusnya adalah sebagai berikut :
BP = ΣP x C ->ΣP = LF x WP dimana :
BP = biaya produksi secara keseluruhan (Rp)
ΣP = jumlah produk (Kg)
C = biaya produksi per satuan unit produk (Rp/kg) LF = laju fraksinasi (kg /jam)
WP = waktu proses (jam)
Dari rumus di atas, dapat diketahui jika sesuatu bisa terlaksana dengan lebih cepat, maka semua komponen biaya terkait dengan proses yang bersangkutan akan relatif lebih kecil atau efisien. Pengertian efisien di sini sangat erat kaitannya dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, dimana untuk menghasilkan produk tersebut tentu saja dibutuhkan bahan dan penolong serta utilitas. Makin kecil waktu penyelesaian suatu pekerjaan berarti makin kecil pula biaya produksi yang diperlukan. Dengan demikian, makin cepat laju fraksinasi berarti makin kecil biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan proses fraksinasi dimaksud, Sebagai contoh, kalau hal ini dikaitkan dengan hasil percobaan di atas
(Tabel 9), maka dapat dihitung biaya produksi untuk menghasilkan masing-masing fraksi pada setiap perlakuan yang menggunakan tekanan vakum sebesar 1 mBar, 40 mBar, dan 80 mBar, sebagai berikut :
1. Biaya proses produksi untuk menghasikan Fraksi-1 (Fraksi mengandung
banyak Sitronelal), yang menggunakan tekanan vakum 1 mBar, dapat dihitung sebagai berikut :
a. Kapasitas pabrik fraksinasi Minyak Sereh Wangi yang akan didirikan
merupakan hasil pengembangan dari pabrik sejenis yang telah ada dan kapasitasnya adalah 600 kg Minyak Sereh Wangi sebagai bahannya per
sekali proses. Prosesnya diasumsikan menggunakan sistem batch dan
setiap proses memerlukan waktu 2 hari, dimana 1 hari kerja = 24 jam, serta 1 bulan = 25 hari kerja.
b. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan GC-MS atau dari Tabel 6
dapat diketahui rendemen rata-rata dari Fraksi-1, 2, dan 3 sebagai berikut :
- Fraksi-1 = {(35,53 + 44,27)%}/ 2 = 39,9 % ~ 40 %, maka jumlah
produk F-1 yang akan dihasilkan adalah 40 % x 600 kg = 240 kg.
- Fraksi 2 ={(15,43 + 13,80)%}/2 =14,62 % ~15 %, maka jumlah produk
F-2 yang akan dihasilkan adalah 15 % x 600 kg = 90 kg.
- Fraksi 3 = {(15,94 + 17,51)%}/2 = 6,73 % ~ 17 %, maka jumlah produk
F-3 yang akan dihasilkan adalah 17 % x 600 kg = 102 kg.
- Laju Fraksinasi F-1= 5,22 ml/menit (Tabel 9), maka nilai LF = {(5,22
ml/menit) x (0,8526gr/ml) x (1/1.000 kg/gr) x (60 menit/jam)} = 0,267034 kg/jam.
c. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan produk fraksi-1 sebanyak 240
kg, pada proses fraksinasi yang menggunakan tekanan 1 mBar, adalah = (240 kg)/(0,267034 kg /jam) =898,76 jam ~ 899 jam.
d. Biaya proses produksi untuk menghasikan Fraksi-1 (fraksi mengandung
banyak Sitronelal), yang menggunakan tekanan vakum 40 mBar, dapat dihitung sebagai berikut :
- Laju Fraksinasi F-1 pada proses fraksinasi yang menggunakan tekanan
LF = {(4,81ml/menit) x (0,8561gr/ml) x (1/1.000kg/gr) x (60 menit/jam) = 0,24707 kg/jam.
- Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan produk Fraksi-1 sebanyak
240 kg, pada proses fraksinasi yang menggunakan tekanan 40 mBar, adalah =(240 kg)/(0,24707 kg/jam) = 971,39 jam ~ 972 jam.
- Laju Fraksinasi F-1 pada proses fraksinasi yang menggunakan tekanan
vakum 80 mBar adalah = 3,09 ml/menit (Tabel 9), maka nilai LF= {(3,09 ml/menit)x(0,8599 gr/ml) x (1/1.000kg/gr) x (60 menit/jam)} = 0,159426 kg/jam.
- Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan produk Fraksi-1 sebanyak
240 kg, pada proses fraksinasi yang menggunakan tekanan 80 mBar, adalah = (240 kg)/(0,159426 kg /jam)=1.505,41 jam~1,505 jam
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa makin besar laju fraksinasi maka waktu yang diperlukan untuk menghasilkan 240 kg produk Fraksi-1 pada proses fraksinasi yang menggunakan tekanan vakum 1 mBar lebih kecil dari pada waktu yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang sama pada proses fraksinasi yang menggunakan tekanan vakum 40 mBar dan 80 mBar, dimana berturut-turut adalah 899 jam, 971 jam, dan 1.505 jam.
Jika biaya produksi per kg produk nilainya sama untuk setiap Fraksi-1 yang di proses pada 1 mBar, 40 mBar, dan 80 mBar, yaitu Rp, 5.263,39/kg produk hasil proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi (PT Indesso Aroma, 2012). Hal ini berarti bahwa jumlah biaya proses produksi untuk Fraksi-1 yang proses fraksinasinya menggunakan tekanan vakum 1 mBar akan lebih kecil dari pada biaya proses produksi untuk Fraksi-1 yang proses fraksinasinya menggunakan tekanan vakum 40 mBar dan 80 mBar. Dengan demikian terbukti bahwa makin cepat laju fraksinasi suatu fraksi maka makin kecil pula waktu proses yang diperlukan sehingga biaya proses produksinyapun juga makin kecil yang berarti makin efisien biaya proses produksinya, Dalam hal ini efisiensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
E = P / T x 100 % dimana :
P = jumlah produk yang dihasilkan
T = waktu yang diperlukan untuk memproses produk yang bersangkutan
Jadi kalau waktu (T) yang diperlukan makin kecil, sedangkan jumlah produk yang dihasilkan tetap, maka efisiensi akan menjadi lebih besar. Untuk mendapatkan waktu proses yang singkat harus didukung oleh kinerja yang baik dari semua komponen terkait.
Selain hal tersebut di atas, menurut Stichlmair et al (1998), laju fraksinasi
tercepat yang diperoleh pada perlakuan dengan menggunakan tekanan vakum 1 mBar tersebut antara lain disebabkan karena makin kecil tekanan vakum yang digunakan dalam suatu proses, berarti makin besar daya hisap pompa atau tekanan vakum yang digunakan untuk menarik fraksi-fraksi dari bahan yang sedang diproses, terutama fraksi yang mempunyai titik didih rendah. Secara menyeluruh, hasil percobaan ini membuktikan teori tersebut di atas. Untuk lebih meyakinkan hasil fraksinasi dengan menggunakan tekanan vakum 1 mBar ini, dan juga untuk meningkatkan perolehan fraksi dengan kadar yang lebih tinggi, maka khusus untuk perlakuan dengan menggunakan tekanan vakum 1 mBar, diulangi 3 kali lagi, dimana ulangan yang ke-4, 5, dan 6 menggunakan Minyak Sereh Wangi-2 yang dibeli dari tempat yang sama,
Pada perlakuan ulangan ini, laju fraksinasi berlangsung lebih cepat dibanding dengan perlakuan yang menggunakan tekanan vakum lebih tinggi karena dalam hal ini makin kecil tekanan vakum yang digunakan, maka makin besar daya hisap terhadap fraksi yang bersangkutan, terutama fraksi yang memiliki titik didih yang lebih rendah dari pada fraksi lain yang terdapat pada bahan yang sama. Demikian sebaliknya, makin besar tekanan vakum yang digunakan maka makin lama laju fraksinasinya, karena laju difusi fraksi dengan titik didih yang lebih tinggi akan semakin sulit dan juga karena jumlah fraksi yang ada di dalam bahan makin kecil.
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat berarti
(significant) antara laju fraksinasi yang menggunakan tekanan vakum 1 mBar, 40
mBar, dan 80 mBar. Jika dilihat dari rata – rata pada setiap perlakuan, maka laju
kemudian disusul oleh perlakuan dengan menggunakan tekanan vakum 40 mBar dan yang terakhir adalah yang menggunakan tekanan vakum 80 mBar.
Menurut Yoder et al (1980) dalam Purwanto (1995), laju fraksinasi
tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1. Sifat cairan
Pada kondisi yang sama, cairan yang berbeda tidak akan menguap pada laju yang sama. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan pada kekuatan intermolekuler yang dipengaruhi oleh bobot molekul, struktur dan derajat polaritas molekul.
2. Suhu
Untuk setiap cairan, laju penguapan bervariasi sesuai dengan suhu yang diberikan. Peningkatan energy kinetik akibat kenaikan suhu akan mengakibatkan kekuatan intermolekuler akan lebih mudah putus pada suhu yang lebih tinggi dan meningkatkan laju penguapan,
3. Luas area permukaan
Penguapan adalah fenomena permukaan, semakin besar luas bidang permukaan, maka laju penguapan akan meningkat, Dalam pemisahan komponen yang mudah menguap (volatil), maka fraksinasi harus dilakukan melalui beberapa tahap. Komponen dengan titik didih lebih rendah akan lebih cepat menguap dibandingkan dengan komponen dengan titik didih lebih tinggi. Fraksinasi atau distilasi bertingkat merupakan penguapan dan pengembunan campuran komponen, yang dalam campuran uap akan terdapat lebih banyak komponen dengan titik didih lebih rendah, sedangkan pada cairan sisa lebih mengandung banyak kom;ponen dengan titik didih lebih tinggi (Slabaugh dan Parsons, 1976).
4. Refluks
Pada proses fraksinasi ini, refluks ratio yang digunakan adalah 20 : 10, artinya
kuantitas kondensat yang dikembalikan ke kolom (kuantitas refluks) adalah 20 ml per satuan waktu terhadap 10 ml destilat yang diambil per satuan waktu. Menurut Cook dan Cullen (1987), semakin tinggi nilai rasio refluks, maka
semakin besar efisiensi proses pemisahan. Menurut Furniss et al, (1984),
pemisahan atau efisiensi kolom. Pada percobaan ini, refluks ratio yang dipakai
adalah 20/10 karena berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu, refluks
ratio yang paling efektif untuk fraksinasi Minyak Sereh Wangi adalah 20/10.
Proses refluks terjadi di dalam stillhead, refluksat mengalir turun dan dibawa ke dalam bahan pengisi kolom dan tercampur dengan uap yang sedang naik. Hasil pencampuran refluksat dengan fase yang naik menyebabkan terjadinya penukaran panas dan bahan. Bagian senyawa kurang volatil di dalam uap dikondensasi melalui panas yang dipindahkan oleh refluksat. Absorpsi panas oleh refluksat dari uap yang naik menyebabkan penguapan sebagian kecil senyawa yang kontak menjadi fase uap dan kemudian terkondensasi menjadi produk, sehingga produk yang diperoleh lebih mengandung banyak fraksi yang lebih mudah menguap lebih banyak. Secara umum dalam pemisahan dua jenis cairan dengan titik didih yang berdekatan memerlukan kolom yang lebih panjang dan rasio refluks yang lebih besar (Mellon, 1956).
Dari uraian tersebut di atas, secara ringkas dapat dikemukakan bahwa cara untuk menentukan kondisi proses fraksinasi yang terbaik untuk mendapatkan produk dengan rendemen dan mutu tinggi adalah sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan distilasi fraksinasi vakum, terlebih dahulu harus di
lakukan karakterisasi bahan dengan bantuan alat GC-MS, guna mengetahui berapa kandungan fraksi yang kita inginkan di dalam bahan yang akan dipakai dalam proses ini, Hal ini penting untuk menentukan target jumlah destilat atau fraksi yang harus diperoleh jika dianggap seluruh fraksi yang bersangkutan dapat seluruhnya terfraksi-nasi, Caranya dengan mengalikan kadar fraksi yang dikehendaki dan yang diperoleh melalui analisis GC-MS tersebut dengan volume bahan pada setiap pengumpanan pada alat Distilasi Fraksinasi Vakum.
2. Melakukan fraksinasi dengan alat Distilasi Fraksinasi Vakum menggunakan
berbagai tekanan. Dalam hal ini dicoba dengan menggunakan tekanan vakum
sebesar 1 mBar, 40 mBar, dan 80 mBar, serta reflux ratio 20 : 10. Hal-hal yang
perlu dijaga selama proses fraksinasi berlangsung adalah : suhu Head (tidak melebihi titik didih dari masing-masing fraksi yang sedang difraksinasi) karena akan menyebabkan terbawanya fraksi-fraksi lain yang tidak dikehendaki
Sitronelal = 44 C, Sitronelol = 66,4 C, dan Geraniol = 69,2 C). Hal ini penting, karena dapat mengganggu kemurnian dari fraksi yang akan dihasilkan.
Selain itu juga harus dijaga suhu heater dengan cara selalu mengawasi panas
atau suhu dari heater melalui pengaturan on/off dari heater. Hal ini juga
penting karena selain dapat mempengaruhi suhu head juga dapat mematikan
sistem komputer yang digunakan sebagai panel monitoring/pengontrol jalannya proses fraksinasi ini.
3. Setelah selesai percobaan ini, semua fraksi dari hasil proses fraksinasi ini
dihitung laju fraksinasinya lalu dibandingkan antara perlakuan dan ulangan percobaan, kemudian diambil rata-ratanya. Dengan demikian dapat diketahui model perlakuan yang paling efektif dalam menghasilkan rendemen yang dikehendaki. Hasil perhitungan atau analisis dari hasil percobaan ini menunjukkan bahwa laju fraksinasi yang tercepat adalah yang dilakukan dengan menggunakan Tekanan Vakum 1 mBar, (Tabel 9).
4.10.Hasil Kajian Kelayakan Finansial 4.10.1.Pengembangan pabrik
Kajian kelayakan finansial untuk penerapan teknik fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan isolasi Sitronelal di industri diterapkan dalam rangka pengembangan industri berbahan Minyak Sereh Wangi beserta produk turunannya yang sudah ada. Pabrik ini direncanakan dididirikan/dikembangkan di lokasi dekat dengan sumber bahan, yaitu di daerah Subang atau Cileungsi, Jawa Barat.
4.10.2. Asumsi – Asumsi Dasar
Dalam penyusunan analisis keuangan, digunakan beberapa asumsi-asumsi dasar yang mengacu pada hasil-hasil perhitungan yang telah dilakukan pada aspek-aspek yang lain, standar pembangunan pabrik dan peraturan-peraturan pemerintah yang berkenaan dengan hal tersebut dan masih berlaku pada saat pengkajian kelayakan finansial ini dilakukan. Asumsi-asumsi dasar yang dipakai dalam analisis kelayakan finansial ini adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Kapasitas Pabrik adalah 600 kg/proses atau 31 kg/jam. Jam kerja
(conditioning) selama 45 menit rata-rata per hari. Hari kerja 25 hari/bulan
atau 300 hari/tahun. Sistem operasi adalah batch.
2. Rendemen produksi yang terdiri dari 3 fraksi utama, yaitu : Fraksi-1 (Fraksi
mengandung banyak Sitronelal), Fraksi-2 (Fraksi mengandung banyak Sitronelol) dan Fraksi-3 (Fraksi mengandung banyak Geraniol) dan selebihnya berupa residu, rendemen dari fraksi-fraksi ini dihitung berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan GC-MS atau dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa rendemen rata-rata dari Fraksi-1, 2, dan 3 adalah sebagai berikut :
a. Fraksi-1 = {(35,53 + 44,27)%}/ 2 = 39,9 % ~ 40 %. Jumlah produk
Fraksi-1 yang akan dihasilkan = 0,4 x 31 kg/jam = 12,40 kg/jam. Karena nilai rata-rata dari kadar atau kemurnian dari hasil isolasi Sitronelal dengan
menggunakan Molecular Distillation adalah 97,05 % (Tabel 15). Hal ini
berarti bahwa rendemen Sitronelal dalam proses Isolasi Sitronelal ini besarnya adalah 0,9705 x 12,40 kg /jam = 12, 0342 kg /jam.
b. Fraksi-2 ={(15,43 + 13,80) %}/2 =14,62 % ~15 % , maka jumlah produk
Fraksi-2 yang akan dihasilkan adalah 0,15 x 31 kg/jam = 4,65 kg/jam. Kadar atau kemurnian dari hasil Fraksinasi Sitronelol dengan menggunakan alat Distilasi Fraksinasi Vakum adalah 23,88 % (Lampiran 5). Hal ini berarti bahwa rendemen Sitronelol dalam proses Fraksinasi Minyak Sereh Wangi ini, besarnya adalah 0,2388 x 4,65 kg/jam
= 0,11104 kg /jam.
c. Fraksi-3 = {(15,94 + 17,51) %}/2 = 16,73 % ~ 17 %. Jumlah produk
Fraksi-3 yang akan dihasilkan = 0,17 x 31 kg / jam = 5,27 kg/jam. Kadar atau kemurnian dari hasil Fraksinasi Geraniol dengan menggunakan alat Distilasi Fraksinasi Vakum adalah 33,79 % (Lampiran 5). Hal ini berarti bahwa rendemen Geraniol dalam proses Fraksinasi Minyak Sereh Wangi ini, besarnya adalah 0,3379 x 5,27 kg /jam = 0,1781 kg /jam.
3. Bahan penolong untuk melakukan proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan
Isolasi Sitronelal antara lain adalah :
a. Industrial Diesel Oil (IDO) yaitu bahan bakar untuk membuat steam pada
b. Nalco, yaitu bahan kimia untuk membersihkan kerak-kerak pada boiller, Penggunaannya 100 kg per bulan.
c. Compressed air, untuk menggerakkan valve otomatis dari alat distilasi
fraksinasi vakum (pemakaiannya kecil sekali, yaitu cuma 0,003 m3 per
sekali proses).
d. Nitrogen untuk membersihkan pompa vakum setelah proses fraksinasi
selesai, Penggunannya lebih kecil dari pada Compressed air, yaitu cuma
0,001 m3 per sekali proses.
4. Bahan kemasan yang digunakan adalah drum baik untuk tempat penampungan bahan (Minyak Sereh Wangi) maupun untuk produk-produk hasil fraksinasi, yaitu fraksi mengandung banyak Sitronelal (Fraksi-1), Fraksi mengandung banyak Sitronelol (Fraksi-2) dan Fraksi mengandung banyak Geraniol (Fraksi-3), serta Sitronelal yang telah berhasil diisolasi dengan
menggunakan Molecullar Distillation.
5. Mesin atau peralatan utama dalam proses fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan
Isolasi Sitronelal ini adalah Distilasi Fraksinasi Vakum, Molecullar
Distillation dan GC atau GC-MS.
6. Limbah yang berupa residu (Fraksi-4) masih bisa dijual untuk bahan bio energi.
7. Umur ekonomis proyek 11 tahun, dimana 1 tahun merupakan persiapan lahan dan konstruksi sedangkan yang 10 tahun adalah periode produksi.
8. Sumber dan struktur pemodalan berasal dari pinjaman lembaga keuangan dan
modal sendiri (equity) dengan perbandingan (debt equity ratio atai disingkat
dengan D,E,R,) adalah 70 : 30. Tingkat suku bunga bank per tahun adalah
12 % untuk kredit investasi dan 12 % untuk kredit modal kerja.
9. Perhitungan finansial dilakukan dalam mata uang rupiah dengan nilai tukar
(exchange rate) 1US$ = Rp 8.500.
10. Harga bahan (Minyak Sereh Wangi) Rp 185.00/Kg
11. Harga jual produk Sitronelal hasil isolasi : US$ 110/kg ~ Rp 935.000/Kg, Harga jual Sitronelol dan Geraniol sama, yaitu US$ 35/kg ~ Rp 297.500/ Kg. Harga jual Residu adalah Rp 100.000/kg. Residu ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan bio energi.
12. Pabrik mulai beroperasi pada tahun ke-1 dengan kapasitas 75%, dan tahun ke-2 beroperasi 90% dan tahun ke-3 sampai ke-10 pabrik beroperasi penuh (100%). Pada tahun ke-0 digunakan untuk masa persiapan dan konstruksi. Selama masa konstruksi dikenakan kewajiban membayar biaya bunga masa
konstruksi (Interest During Construction atau disingkat dengan IDC) sebesar
17,23%.
13. Biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus (Straight-LineMethod)
yang disesuaikan dengan umur ekonomis masing-masing modal tetap, Perincian umur ekonomis dan persentase penyusutan pertahun modal tetap adalah seperti pada Lampiran 12.
14. Biaya perbaikan dan perawatan modal tetap dengan kisaran 5 – 8 % pertahun
dari nilai investasi barang.
15. Pajak penghasilan (PPh) dihitung berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.598/KMK,04/ 1994 pasal 21 tentang pajak pendapatan badan usaha dan perseroan, namun disesuaikan untuk mempermudah perhitungan, Ketentuan tentang pajak tersebut adalah sebagai berikut : besarnya pajak yang harus dibayarkan sebagai berikut :
a. Jika pendapatan mengalami kerugian maka tidak dikenakan pajak, apabila pendapatan pertahun kurang dari Rp 25.000.000, maka dikenakan pajak sebesar 10%.
b. Jika pendapatan berada antara Rp 25.000.000 sampai Rp 50.000.000, maka dikenakan pajak sebesar 10% dari Rp 25.000.000 ditambah dengan 15 % dari pendapatan yang telah dikurangi dengan Rp 25.000.000.
c. Jika pendapatan berada di atas Rp 50.000.000 maka ditetapkan pajak 10 % dari Rp 25.000.000 ditambah 15 % dari Rp 25.000.000 dan ditambah lagi 30 % dari pendapatan yang telah dikurangi dengan Rp 50.000.000. Untuk perhitungan studi kelayakan, langsung dipotong pajak sebesar 30%.
Secara rinci, perhitungan kelayakan finansial Pabrik Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal yang merupakan pengembangan dari pabrik pengolah minyak atsiri beserta produk turunannya yang sudah ada, dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai Lampiran 19, sedangkan simulasi untuk perubahan kapasitas produksi dan rendemen dari produk-produknya dapat dilihat pada
Lampiran 22 sampai Lampiran 24. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga pembelian bahan, penurunan harga jual produk, kenaikan harga beli bahan dan bahan penolongnya serta kenaikan bunga investasi serta bunga modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 20 dan Lampiran 25 sampai Lampiran 28. Rekapitulasi hasil kajian kelayakan finansial Pabrik Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal secara menyeluruh, dapat dilihat pada Lampiran 19. Ringkasan asumsi dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai berikut :
Tabel 20. Kapasitas Pabrik, Kebutuhan Bahan, Rendemen, IDC, dan Pajak
N0 Asumsi Dasar Pengembangan
Pabrik
Perubahan Kapa-sitas Produksi sebesar 64 %
1 Kapasitas Produksi (kg / jam)
31 50,84
2 Waktu kerja (hari / bulan) 25 25
3 Jam Operasi (jam / hari) 24 24
4 Umur Ekonomis Proyek (tahun) ->(1 th
merup persiapan lahan & konstruksi) 11 11
5 Rendemen Produksi (%) :
a, Sitronelal (233 kg) 38,82 38,82 b, Sitronelol (21,5 kg) 3,582 3,582 c, Geraniol (34,5 kg) 5.7443 5.7443 d, Residu (310,98 kg) 51.8537 51.8537 5 Interst During Construction /IDC (%) 17,23 17,23
6 Pajak (PPh) (%) 30 30
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut di atas, antara lain dapat dihitung jumlah modal yang diperlukan, biaya perawatan dan perbaikan fasilitas produksi, biaya penyusutan, gaji pegawai, keuntungan bersih, dan sebagainya, seperti yang tercantum dalam Tabel 21, sedangkan secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai Lampiran 19.
Rekapitulasi hasil analisis kelayakan finansial industri fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal, berdasarkan asumsi-asumsi tersebut di atas, yang merupakan pengembangan dari industri berbahan produk turunan minyak atsiri yang sudah ada dapat dilihat pada Tabel 22, sedangkan rincian detilnya dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 21. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Modal, Kebutuhan Bahan, Penyusutan, Gaji Pegawai dan Keuntungan Bersih Perusahaan
No. Uraian Pengembangan Pabrik (Kondisi Awal) Simulasi Kapasitas MSW Naik 64 %
1. Total Investasi Tetap (Rp) 18.503.290,125
18.503.290.125 a. Modal Sendiri 30 % 5.550.987,038 5.550.987.037 b. Modal Pinjaman Bank 70 % 12.952.303,088 12.952.303.088
2. Modal Kerja Awal 3 Bulan (Rp) 29.307.237.797 38.677.92,982 a. Modal Sendiri 30 % 8.792.171.339 11.603.376.594 b. Modal Pinjaman Bank 70 % 20.515.066,458 27.074.545.387
3. Total Investasi (Rp) 47.810.527.922 57.181.212.107
4. Perawatan & Perbaikan Fasilitas Produksi (Rp) 867.190.500 867.190.500
5. Penyusutan Barang Modal (Rp) 1.588.576.500 1.588.576.500 6. Bahan / Penolong, Utilities, Biaya Proses,
Kemasan > 1 bulan 3.547.117.267 5.794.469.118
7. Gaji Seluruh Karyawan (Rp/tahun) 2.975.000.000 2.975.000.000 a.Pekerja Tak Langsung 665.000.000 665.000.000 b.Pekerja Langsung 2.310.000.000 2.310.000.000 8. Kebutuhan Bahan (kg /tahun) 18.600 18.600
9. Harga Bahan/Penolong (Rp/kg)
a. Harga Minyak Sereh Wangi 185.000 185.000 b. IDO (Industrial Diesel Oil) 6.300 6.300 c. Nalco (bhn Kimia untuk membersihkan kerak
pada Boiler 50.000 50.000
d, Kemasan (Rp,/ Drum) 70.000 70.000
10. Jumlah Produk Yang Dihasilkan (kg)
a. Citronellal 86.646 103.975 b. Citronellol 7.995 13.112 c. Geraniol 11.539 18.924 d. Residu 115.737 189.809
11. Harga Jual Produk (Rp,/ kg)
a, Citronellal (US$ 110 / kg) -> US$ 1 = Rp,8500 935.000 935.000 b. Citronellol (US$ 35 / kg) 297.500 297.500 c. Geraniol (US$ 35 / kg) 297.500 297.500 d. Residu (Rp / kg) 100.000 100.000 12. Bunga Investasi (%) 12 12 13. Bunga Modal Kerja (%) 12 12
Tabel 22. Rekapitulasi Kelayakan Investasi Pabrik Fraksinasi
Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal
Kriteria
Kelayakan Syarat Layak
Pengembangan Pabrik (Kondisi Awal) Simulasi Kapasitas MSW Naik 64 % NPV (Rp,) > 0 (=Positif) 66.806.531.218,43 6.301.700.863,32
IRR (%) > bunga Bank 38% 15%
Net B/C > = 1 4,06 5,51
PBP (Tahun) < Umur Proyek 3,58 6,72
BEP : = titik impas
a. Kapasitas (%) 9,87 13,98 b. Fraksi-1 (kg) 8.549,14 4.540,51 c. Fraksi-2 (kg) 788,85 1.118,07 d. Fraksi-3 (kg) 1.265,04 1.793,00 e. Residu (kg) 11.419,49 16.185,37 f. Penjualan (Rp) 9.746.428.607 16.079.954.042
Kesimpulan Layak Layak
Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa proyek Industri Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal yang merupakan pengembangan dari industri berbahan Minyak Sereh Wangi dan produk turunannya adalah layak untuk direalisasikan atau dilaksanakan karena semua kriteria kelayakan suatu proyek dapat dipenuhi berdasarkan hasil perhitungan atau analisis proyek ini. Demikian pula hasil simulasi proyek dengan kapasitas input bahan yang ditingkatkan sampai 64% ternyata juga masih layak untuk direalisasikan.
Berdasarkan hasil simulasi yang lain, proyek ini akan menjadi layak jika rendemen dari semua produknya turun sampai 10%, Rincian hasil simulasi ini dapat dilihat pada Lampiran 24.
Pada rencana/skenario awal pendirian Industri Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal yang merupakan pengembangan dari industri berbahan produk turunan minyak atsiri ini, dimana dalam hal ini kapasitas produksi yang direncakan sebesar 3.610,26 kg/bulan, diperlukan total investasi
sebesar Rp 47.810.527.922 dimana modal ini menurut perhitungan akan dapat
dikembalikan setelah 3,58 tahun terhitung setelah masa konstruksi pembangunan. Adapun keuntungan bersih rata-rata per tahun dari pendirian pabrik baru ini adalah sebesar Rp 22.886.050.025.
Hasil analisis tersebut di atas, dapat menunjukkan bahwa proyek pabrik Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal yang merupakan pengembangan dari industri berbahan produk turunan minyak atsiri ini selain dapat dikatakan layak untuk direalisasikan, juga sangat menarik (attractive) dan
juga menguntungkan ( profitable).
Selain hal tersebut di atas, hasil analisis sensitivitas terhadap proyek ini menunjukkan bahwa Pabrik Fraksinasi Minyak Sereh Wangi dan Isolasi Sitronelal ini bisa tetap layak pada kenaikan harga bahan (Minyak Sereh Wangi) sampai maksimum 24 % dan penurunan harga produk sampai maksimum 14,2 % serta