• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Penalaran, Komunikasi, Academic Help-Seeking , dan PBP berbantuan ICT

Dalam dokumen D MTK 1103917 Chapter2 (Halaman 38-42)

Menurut Gerfield (1995), dalam pembelajaran statistika guru diharapkan tidak meremehkan kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep statistika. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ide-ide statistik sangat sulit untuk siswa belajar dan sering berbenturan dengan banyak keyakinan dan intuisi mereka sendiri tentang data statistik. Sebagai contoh, mereka menemukan bahwa ketika siswa diminta apakah sampel 10 lemparan atau 100 kali pelemparan sebuah koin lebih mungkin untuk tidak memiliki tepat 70% gambar, siswa cenderung benar memilih sampel kecil, menunjukkan bahwa siswa mengerti bahwa sampel kecil lebih cenderung menyimpang dari populasi dibandingkan sampel besar.

Namun, ketika ditanya pertanyaan yang sama tentang apakah rumah sakit besar (rumah sakit perkotaan) atau rumah sakit kecil (rumah sakit pedesaan) lebih cenderung memiliki anak laki-laki lahir 70% pada hari tertentu, siswa menjawab bahwa kedua rumah sakit memiliki kemungkinan yang sama untuk memiliki anak laki-laki 70% lahir pada hari itu, menunjukkan bahwa siswa tidak dapat mentransfer pemahamannya untuk konteks yang lebih nyata.

Kesulitan yang dialami siswa dari hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan kelemahan siswa dalam memahami konsep, aturan dan proses statistik. Stromberg dan Ramanathan (Parke, 2008) mengemukakan kesulitan siswa dalam belajar statistik, diantaranya: (1) kurangnya pemahaman terhadap materi, 2) karena terbiasa dengan menulis teknis, 3) belum mampu mengembangkan argumen meyakinkan dari fakta-fakta, dan 4) tidak mengikuti instruksi.

Garfield (2002) menyatakan bahwa untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan penalaran statistis, diharapkan agar guru dapat: (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan data nyata, baik pemecahan masalah atau berpose dengan masalah mereka sendiri dengan melibatkan langkah-langkah penyelidikan data statistik; (2) memberikan siswa kesempatan praktek mengartikulasikan alasan mereka melalui komunikasi tertulis atau lisan secara rutin dalam pemecahan masalah statistik; (3) mendorong siswa untuk menyadari akan

pemikiran dan penalaran, dengan meminta mereka mendiskusikan berbagai solusi untuk masalah statistik, membandingkan hasil interpretasi, asumsi, dan penjelasan mereka; (4) memberikan kesempatan pada siswa menggunakan teknologi untuk mengelola dan mengeksplorasi data, sehingga mereka dapat lebih fokus pada penalaran dan kurang perhitungan dan konstruksi; (5) perkenalkan software yang membantu siswa mengembangkan dan mendukung penalaran statistis; (6) biarkan siswa untuk memprediksi dan menguji asumsi mereka, sehingga mereka bisa menjadi sadar dalam menghadapi kesalahpahaman dan penalaran yang salah; (7) membangun pengetahuan siswa dengan pengetahuan "dunia nyata", sehingga mereka mampu membangun hubungan yang tepat dan menerapkannya dalam situasi baru, mengembangkan pemahaman statistik yang baik.

Garfield (1995) mengatakan bahwa mengajar statistika dapat lebih efektif jika; (1) guru dapat menentukan apa yang benar-benar mereka inginkan untuk siswa mengetahui dan lakukan sebagai hasil belajarnya dan kemudian memberikan kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan kinerja yang diinginkan; (2) guru perlu mempertimbangkan implikasi dari temuan penelitian dan menentukan bagaimana mereka berhubungan dengan program tertentu, dengan sumber daya yang tersedia; (3) guru harus bereksperimen dengan pendekatan pengajaran yang berbeda dan melakukan kegiatan memonitor hasil belajar siswa, tidak hanya dengan menggunakan konvensional tes tapi dengan hati-hati mendengarkan siswa dan mengevaluasi informasi yang mencerminkan aspek yang berbeda dari belajar mereka.

Melalui aktivitas semacam ini, guru secara terus-menerus dapat menganalisis dan menyempurnakan strategi pembelajaran sehubungan dengan kemampuan siswa untuk melakukan penanganan data dalam belajar statistika. Davis, et al (2005)

merekomendasikan dua fungsi guru dalam penanganan data statistik, yaitu: (1) mengingatkan siswa bahwa data harus selalu dikumpulkan untuk mendapatkan

informasi dari data dalam rangka menerangi proyek yang dilakukan, dan (2) terdapat sejumlah kejadian penting yang harus diikuti dalam siklus kegiatan penanganan data, meliputi: menentukan masalah dan rencana, mengumpulkan data, proses dan merepresentasikan data, serta menginterpretasikan dan membahas data.

Menurut Hogg (Davis, et al, 2005), pembelajaran statistika harus menekankan pada komponen pemikiran statistis dengan memasukkan lebih banyak data dan konsep, sedikit derivasi resep, perhitungan lebih otomatis dan grafis, dengan menggunakan data real, dan mendorong pembelajaran aktif (kelompok pemecahan masalah, proyek, tertulis dan presentasi lisan). Trevor Cole (Davis, et al, 2005) mengatakan bahwa Project Census at School adalah acuan untuk memperkaya pengalaman penanganan data dan mendorong kemampuan berpikir siswa untuk menafsirkan tabel, grafik, diagram, akurasi pertanyaan dan untuk mengembangkan pendekatan pertanyaan kritis, serta membawa perubahan mencapai keterampilan komunikasi statistis yang lebih baik. Davis, et al (2005) menyimpulkan bahwa siswa yang diajarkan penanganan data statistik melalui siklus kegiatan proyek lebih siap untuk melakukan dan berkomunikasi statistik, terutama ketika para siswa harus melaksanakan dan menulis proyek mereka. Perbaikan cara siswa berkomunikasi statistik dapat dicapai dengan mengajarkan statistik melalui penggunaan data nyata (real) yang berhubungan dengan kondisi siswa.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa PBP merupakan model pembelajaran yang berfokus pada konsep dan prinsip utama suatu disiplin ilmu, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pemecahan masalah, tugas bermakna, dan masalah nyata (otentik), mengkonstruksi kemampuannya, untuk menghasilkan suatu produk. Erdem & Akkoyunlu (Baran & Maskan, 2010) mengatakan bahwa PBP menekankan dimensi proses, bukan produk belajar, dan memberikan pembelajaran dengan struktur khusus untuk mahasiswa pada tingkatan yang diinginkan. Baran & Maskan (2010) menjelaskan bahwa PBP mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, mendorong partisipasi aktif siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari, mengumpulkan data, melakukan analisis dan menarik kesimpulan dari suatu analisis, mendukung penggunaan alat dan sumber yang berbeda, keterampilan sosial dan keterampilan hidup secara bersama-sama. Realisasi PBP diharapkan pendidik untuk berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang memotivasi mahasiswa agar bersifat aktif dan kolaboratif, menganalisis konteks pelajaran, dan mengembangkan kemampuannya.

Karakteristik PBP tersebut, mengisyaratkan bahwa PBP merupakan suatu model pembelajaran yang bersifat fleksibel, baik terhadap penggunaannya maupun terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya. PBP juga dapat diterapkan dalam pembelajaran ilmu statistik kepada mahasiswa di perguruan tinggi. Berdasarkan ciri dan karakteristik serta langkah-langkah penerapannya, PBP mengantarkan mahasiswa untuk saling berdiskusi dan melakukan kolaborasi pengetahuannya, baik antar mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, maupun dengan media atau sumber lain yang relevan guna mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Aktivitas mahasiswa dalam berkolaborasi akan mendorong mahasiswa untuk mencari bantuan akademik. Menurut Butler dan Newman (1995), cepat atau lambat dalam kolaborasi pengetahuan setiap siswa akan mengalami kesenjangan antara masalah yang dihadapi dengan kemampuannya, dan sebagai respon terhadap kesenjangan ini diperlukan bantuan orang lain yang dipandang berkompeten untuk mengatasi permasalahan tersebut. Bantuan orang lain untuk mengatasi penguasaan ilmu pengetahuan bagi siswa adalah berhubungan positif dengan academic help-seeking.

Terciptanya kolaborasi antar mahasiswa, mahasiswa dengan dosen atau tenaga ahli dalam pembelajaran akan membantu terbentuknya kemampuan berkomunikasi dan bernalar pada mahasiswa untuk dapat mengatasi kesulitan belajarnya. Menurut Garfield dan Change (Ying Cui, et al, 2010), pembelajaran berbasis proyek dengan tugas otentik sebagai pendekatan alternatif dapat membantu guru atau instruktur mendorong terbentuknya kemampuan mahasiswa dalam berpikir dan bernalar dengan ide-ide statistik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek berbantuan ICT dalam perkuliahan pengantar statistika dengan menyiapkan proyek masalah statistik jenis terstruktur yang bersifat otentik dapat memotivasi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan penalaran statistis dan komunikasi statistis, serta memicu terciptanya academic help-seeking mahasiswa. Penerapan PBP berbantuan ICT diharapkan dapat mengantarkan mahasiswa untuk saling berdiskusi dan berkolaborasi dalam mengembangkan ide-ide statistik dan memahami informasi statistik berdasarkan konsep, prosedur dan proses statistika.

Dalam dokumen D MTK 1103917 Chapter2 (Halaman 38-42)

Dokumen terkait