• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Hukum antara Pialang Berjangka dengan Nasabah

Nasabah selaku pemilik modal dan pelaku perdagangan berjangka di Bursa Berjangka yang di fasilitasi oleh Pialang/Wakil Pialang Berjangka.

Dengan demikian terlihat bahwa Pialang/Wakil Pialang Berjangka hanya sebagai pihak perantara terhadap keinginan untuk melakukan perdagangan berjangka komoditi yang akan dilakukan oleh Nasabah. Hal ini karena untuk melakukan perdagangan berjangka komoditi di Bursa Berjangka tidak dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat umum, akan tetapi harus melalui Pialang/Wakil Pialang Berjangka.

Hal ini terlihat dari pengertian Pialang Berjangka itu sendiri, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 17, Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi,yang berbunyi : ” Pialang Perdagangan Berjangka, yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, kontrak derivatif syariah dan/atau kontrak derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik

13www.bbj-jfx.com

sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai margin untuk menjamin transaksi tersebut.” 14

Margin yang ditarik dari nasabah akan digunakan oleh pialang atau wakil pialang berjangka untuk melakukan pembelian atas opsi kontrak berjangka sesuai dengan yang di kehendaki untuk dilakukan Perdagangan berjangka oleh nasabah.

Berdasarkan kesimpulan dari keterangan tersebut menurut peneliti, para nasabah yang akan melakukan Perdagangan berjangka di Bursa Berjangka, harus mempunyai pendirian dan jangan mau asal di pengaruhi oleh Pialang/Wakil Pialang Berjangka. Karena nasabah adalah pemeran aktif dan pembuat keputusan

”desicion maker” dalam pelaksanaan kegiatan perdagangan berjangka komoditi di bidang perdagangan berjangka.

Pengetahun tentang perdagangan berjangka komoditi di Bursa Berjangka juga bisa di dapat dari Pialang Berjangka atau Wakil Pialang Berjangka saat nasabah atau calon nasabah akan melakukan Perdagangan berjangka di Bursa Berjangka melalui perusahaan Pialang Berjangka, sebagaimana telah diatur dan diamanatkan oleh Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi, pada Pasal 50 ayat (2) yang menjelaskan : Pialang Berjangka wajib menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan adanya Resiko serta membuat perjanjian dengan Nasabah sebelum Pialang Berjangka yang bersangkutan dapat menerima dana milik Nasabah untuk perdagangan Kontrak Berjangka, kontrak derivative syariah dan/atau kontrak derivative lainnya. Serta dalam Pasal 106 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi yang menjelaskan : sebelum membuka rekening Nasabah untuk transaksi Kontrak Berjangka, Pialang Berjangka wajib:

a. Memberitahukan dan menjelaskan tentang keterangan perusahaan yang dimuat dalam Dokumen Keterangan Perusahaan, resiko yang dihadapi dalam Perdagangan Berjangka Komoditi yang dimuat dalam Dokumen Pemberitahuan Adanya Resiko, dan isi Perjanjian Pemberian Amanat yang isi dan bentuknya ditetapkan oleh Bappebti;

b. Memberikan informasi yang jelas dan tidak menyesatkan tentang prosedur Perdagangan Berjangka Komoditi;

c. Menjelaskan isi Kontrak Berjangka yang akan ditransaksikan oleh Nasabah.15 Dalam Penjelasan Pasal 50 ayat (3) Huruf c Angka 1 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

14Op.cit. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2011, Pasal 1.

15Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi, Ps. 106

pejabat atau pegawai adalah pejabat struktural dan fungsional, seluruh karyawan Bappebti, anggota direksi, anggota dewan komisaris, seluruh staf dan karyawan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, dan yang dimaksud dengan lembaga yang melayani kepentingan umum adalah lembaga yang tidak bersifat komersial seperti sekolah, rumah sakit, dan yayasan.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan umum serta menghindari penyalahgunaan jabatan dan benturan kepentingan.

a. Pembuatan kesepakatan tentang Perdagangan berjangka dan Penandatanganan perjanjian kerjasama Perdagangan berjangka.

Setelah pengenalan atau pemberitahuan tentang Bursa Berjangka yang dilakukan oleh Pialang Berjangka, pemrosesan data untuk mengetahui keadaan dari nasabah oleh Pialang Berjangka maka selanjutnya adalah membahas tentang Perdagangan berjangka yang akan dilakukan.

Pembuatan kesepakatan tentang invesatsi yang akan dilakukan merupakan hal yang sangat penting karena berdasarkan kesepakatan tersebutlah yang akan menentukan jenis Perdagangan berjangka apa yang akan dilakukan nasabah di Bursa Berjangka dan kesepakatan tersebut akan dituangkan dalam perjanjian kerjasama Perdagangan berjangka yang merupakan dasar untuk melakukan Perdagangan berjangka di Bursa Berjangka.

Dalam hal ini nasabah atau nasabah harus sangat-sangat jeli untuk menentukan produk apa atau Perdagangan berjangka terhadap apa yang akan dilakukan di Bursa Berjangka, karena hal tersebut akan berdampak terhadap Perdagangan berjangka yang dilakukan oleh nasabah apakah akan mendapatkan untung atau justru akan merugi. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman maka nasabah menentukan pilihannya. Setelah pemilihan dilakukan maka selanjutnya adalah menuangkannya dalam bentuk perjanjian kerjasama Perdagangan berjangka antara nasabah yang akan menjadi nasabah dengan Pialang Berjangka yang akan mengelola Perdagangan berjangka dari nasabah untuk di Perdagangan berjangkakan di Bursa Berjangka.

Terhadap perjanjian kerjasama Perdagangan berjangka ini nasabah harus sangat hati-hati, karena bisa saja Pialang Berjangka memasukkan klausul-klausul perjanjian yang dibuat secara sepihak dan mungkin dapat merugikan terhadap nasabah. Mengingat bahwa perjanjian kerjasama Perdagangan berjangka dengan Pialang Berjangka merupakan perjanjian baku, yang mana pihak nasabah hanya memberikan tanda tangan pada form-form perjanjian yang telah tersedia. Dengan kehati-hatian dan pengetahuan akan Bursa

Berjangka dan Kontrak Berjangka maka perlindungan terhadap kepentingan nasabah akan lebih terjamin.

Terakhir adalah dengan ditandatanganinya perjanjian kerjasama Perdagangan berjangka tersebut, yang akan memberikan kekuasaan kepada pialang berjangka berdasarkan amanat dari nasabah untuk menyalurkan Perdagangan berjangka dari nasabah atau nasabah ke Bursa Berjangka.

Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut maka nasabah dianggap telah mengetahui semua hal yang berkaitan dengan keadaan di Bursa Berjangka, selanjutnya Pialang Berjangka akan melakukan penarikan margin atau dana Perdagangan berjangka dari nasabah. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 51 ayat (1) Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi yang menjelaskan : Pialang Berjangka, sebelum melaksanakan transaksi Kontrak Berjangka untuk Nasabah, berkewajiban menarik Margin dari Nasabah untuk jaminan transaksi tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan Margin sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 angka 19 Undang-Undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi adalah ” sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka”. Pada Pasal 51 ayat (2) Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi diterangkan bahwa margin dapat berupa uang dan/atau surat berharga tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas terlihat bahwa margin merupakan dana dari nasabah yang akan digunakan sebagai dana penjamin dalam pelaksanaan transaksi untuk Perdagangan berjangka terhadap kontrak berjangka yang akan dilakukan oleh nasabah di Bursa Berjangka. Apabila telah jatuh tempo terhadap kontrak berjangka yang dibeli oleh nasabah melalui pialang berjangka di Bursa Berjangka maka dana margin dengan sendirinya akan digunakan untuk melakukan pembayaran terhadap kontrak berjangka yang telah jatuh tempo tersebut. Terhadap margin yang ditarik oleh Pialang Berjangka akan ditempatkan dalam sebuah rekening tersendiri.

Dengan demikian terlihat bahwa dana nasabah yaitu dana Perdagangan berjangka dari nasabah untuk di Perdagangan berjangkakan di Bursa Berjangka akan dikelola dalam sebuah rekening terpisah, dimana keperluan terhadap transaksi akan diambil dari rekenihg tersebut, dan terhadap rekening tersebut juga akan diberikan laporan oleh Pialang Berjangka kepada pemilik rekening atau nasabah.

2. Tahap Pelaksanaan Perdagangan berjangka

Tahap ini merupakan tahap utama dalam melakukan Perdagangan berjangka di Bursa Berjangka. Pada tahap inilah untung atau ruginya invetasi yang dilakukan ditentukan. Sebagaimana telah penulis terangkan sebelumnya bahwa untuk melakukan transaksi di Bursa Berjangka nasabah diwakilkan kepada Pialang Berjangka melalui Wakil Pialang berjangka.

Dengan sendirinya Wakil Pialang Berjangka yang akan mengeksekusi semua

bentuk transaksi dari nasabah yang dimasukkan ke dalam Bursa Berjangka.

Dasar bagi Pialang Berjangka untuk melakukan transaksi tersebut adalah amanat yang diberikan oleh nasabah kepada Pialang Berjangka.

Berdasarkan amanat yang diberikan nasabah maka Pialang Berjangka akan memasukkan amanat tersebut dalam bentuk transaksi atas kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah san/atau kontrak derivatif lainnya yang sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian kerjasama Perdagangan berjangka antara nasabah dengan Pialang Berjangka atau sesuai dengan amanat yang diberikan oleh nasabah kepada Pialang Berjangka.

Nasabah dalam memberikan amanat kepada Pialang Berjangka harus jelas. Karena tidak jarang ada nasabah yang justru memberikan amanat dengan mendelegasikan kekuasaan untuk melakukan transaksi kepada Pialang Berjangka, keadaan ini biasanya timbul karena nasabah tidak ingin terganggu dengan Perdagangan berjangkanya atau terlalu percaya terhadap Pialang Berjangka. Hal ini bisa saja menimbulkan kerugian terhadap nasabah karena dengan kekuasaan untuk melakukan transaksi bisa saja Pialang Berjangka melakukan transaksi tanpa terkontrol yang justru akan merugikan terhadap Perdagangan berjangka yang dilakukan oleh nasabah.

Jadi sebaiknya nasabah memberikan amanat terbatas saja kepada pialang berjangka, dengan kata lain sebelum melakukan transaksi pialang berjangka harus menerima amanat dulu dari nasabah baru bisa melakukan transaksi. Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi yang menjelaskan : Pialang Berjangka dilarang melakukan transaksi Kontrak Berjangka untuk rekening Nasabah, kecuali telah menerima perintah tertulis untuk setiap kali transaksi dari Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan.

Bagi Pialang Berjangka juga diatur tentang sikap dari Pialang Berjangka apabila menerima amanat dari nasabah yaitu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 108 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi :

1) Setiap kali menerima amanat Nasabah untuk melakukan transaksi atas beban rekening Nasabah yang bersangkutan, Pialang Berjangka wajib mencatat dalam kartu amanat sebagaimana ditetapkan oleh Bappebti.

2) Apabila amanat Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui telepon, maka perintah dan pembicaraan tersebut wajib direkam. 16

Berdasarkan keterangan dari pasal di atas terlihat bahwa, Pialang Berjangka juga harus melakukan pencatatan atau perekaman terhadap perintah yang diberikan kepadanya, hal ini akan membantu dalam melakukan pembuktian apabila ternyata apa yang diperintahkan oleh nasabah tidak dilakukan sebagaimana mestinya oleh Pialang Berjangka, dilain pihak pencatatan atau perekaman ini juga dapat menjadi bukti bahwa apa yang dilakukan oleh Pialang Berjangka sudah sesuai dengan yang diamanatkan oleh nasabah.

Selain itu nasabah juga harus mengawasi apakah amanat yang diberikannya kepada pialang berjangka, benar-benar dilakukan sesuai yang diamanatkan nasabah oleh pialang berjangka. Karena bisa saja pialang berjangka tidak melakukanya dengan adanya kepentingannya, walaupun hal tersebut dilarang oleh undang-undang, tapi mungkin saja terjadi. Atau disebabkan terlambatnya pialang berjangka memasukkan amanat tersebut ke Bursa Berjangka sehingga bukannya untung malah rugi. Jadi pada pelaksanaan Perdagangan berjangka ini nasabah harus mempunyai kontrol yang bagus serta memahami semua aturan yang terdapat dalam transaksi Bursa Berjangka, sehingga kerugian yang mungkin timbul akibat ulah oknum-oknum Pialang Berjangka bisa lebih terhindari.

Bahkan jika perlu nasabah dapat meminta sistem pengawasan dan penyelesaian pengaduan nasabah kepada perusahaan Pialang Berjangka, sehingga jika terjadi penyimpangan, nasabah bisa langsung mengadukannya, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat diminimalisir serta dengan sendirinya kerugian yang lebih besar dapat dihindari oleh nasabah

Setelah berbicara tentang pelaksanaan perjanjian kerjasama Perdagangan berjangka sebagaimana diterangkan di atas maka selanjutnya adalah tentang perlindungan kepentingan nasabah. Sebenarnya jika kita berbicara tentang perlindungan terhadap nasabah maka hal ini mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Perdagangan Berjangka. Dimana dalam peraturan perundang-undangan tentang

16Op.cit peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1999, Ps. 108

Perdagangan Berjangka menurut analisa penulis, secara umum telah diatur dengan baik tentang perlindungan terhadap nasabah atau nasabah. Hal ini dapat kita lihat dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 50, Pasal 51 dan Pasal 52 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi serta ketentuan dalam pelaksanan terhadap Undang-Undang Nomor 32 tahun 1997 yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi, seperti yang diatur dalam Pasal 106, Pasal 107 dan Pasal 108.

Hanya saja mungkin dalam prakteknya tidak semua pihak mematuhi untuk melaksanakan semua ketentuan tersebut. Jadi demi kepentingan nasabah atau nasabah maka nasabah harus jeli dan hati-hati dalam memilih perusahaan pialang berjangka yang akan dipakai untuk melakukan Perdagangan berjangka, serta pialang berjangka yang akan diamanatkan untuk melakukan transaksi di Bursa Berjangka. Jadi apabila semua pihak yang terkait dengan Bursa Berjangka mengikuti peraturan yang ada maka kepentingan nasabah atau nasabah akan terlindungi dengan baik.

Kesimpulan

Setelah peneliti melaksanakan penelitian mengenai hubungan hukum para pihak atau lembaga-lembaga yang ada pada Perdagangan Berjangka Komoditi khususnya mengenai Bursa Berjangka dengan Pialang berjangka dan Pialang Berjangka dengan Nasabah, maka dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hubungan Bursa Berjangka terhadap Pialang Berjangka dalam Perdagangan Berjangka Komoditi saling berhubungan hukum diantara satu dengan lainnya dikarenakan bursa Berjangka selaku pengelola dan Pialang Berjangka selaku pelaku perdagangan Berjangka Komoditi. Disini Pialang berjangka juga sebagai anggota dari bursa berjangka yang harus taat dan tertib tehadap aturan-aturan yang dibuat oleh oleh bursa berjangka berdasarkan tugas, kewajiban dan wewenang dari bursa berjangka tersebut. Bursa berjangka memiliki karakteristik tersendiri, berbeda dengan pasar forward (forward market) atau pasar fisik lainnya yang biasa kita kenal. Bursa berjangka (futures exchange) didirikan oleh para anggota atas dasar kepentingan yang sama (membership organization) bersifat sukarela dan berorientasi non profit sematamata untuk kepentingan perlindungan usaha para anggota khususnya petani, pedagang dan prosesor komoditi yang membutuhkan sarana lindung nilai (hedging) dari kerugian yang diderita akibat adanya fluktuasi harga yang terkadang sulit untuk diprediksi. Maka, setiap anggota perlu tergabung dalam sebuah organisasi bursa berjangka. Bursa

berjangka masih memegang teguh prinsip klasik tersebut, di mana bursa wajib memberi perlindungan bagi para anggota yang tergabung dalam kegiatan perdagangan berjangka dan secara sukarela mendirikan bursa untuk kepentingan para anggotanya. Oleh karena itu setiap anggota yang ingin bertransaksi harus membayar uang keanggotaan guna mendapatkan hak akses atau lebih dikenal dengan seats. Para anggota bursa boleh perorangan atau perusahaan yang aktif bertransaksi di pasar berjangka. Secara fisik lantai perdagangan berjangka berada di bursa, setiap komoditi yang ditawarkan dimasukan papan harga (Pit). Setiap kontrak memiliki spesifikasi kontrak dan sistem perdagangannya menggunakan sistem (Open Outcry) belum dilakukan secara elektronik (online system).

2. Kontrak berjangka memiliki bentuk kontrak standar berdasarkan spesifikasi yang telah ditetapkan seperti mutu, jenis dan harga yang jelas. Kontrak berjangka memiliki lembaga kliring yang memberikan jaminan secara penuh terhadap penyelesaian transksi atas kontrak berjangka. Persyaratan dalam pembayaran perdagangan berjangka dilakukan dalam bentuk margin. Kontrak berjangka memiliki jam perdagangan dan penutupan perdagangan setiap hari (daily settlement). Setiap posisi berjangka dapat ditutup setiap saat. Pada dasarnya Perdagangan Berjangka komoditi di Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 10/2011 perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang No. 32/1997, prinsipnya tidak jauh berbeda dengan yang dianut oleh bursa-bursa internasional lainnya di seluruh dunia, karena konsep dasarnya mengacu pada prinsip perdagangan berjangka di Amerika Serikat.

3. Hubungan Pialang Berjangka dengan Nasabah mempunyai hubungan hukum yang saling membutuhkan dan mempunyai timbal balik, ini dikarenakan Nasabah selaku pemilik modal dan pelaku perdagangan berjangka di Bursa Berjangka yang di fasilitasi oleh Pialang/Wakil Pialang Berjangka. Dengan demikian terlihat bahwa Pialang/Wakil Pialang Berjangka hanya sebagai pihak perantara terhadap keinginan untuk melakukan perdagangan berjangka komoditi yang akan dilakukan oleh Nasabah. Hal ini karena untuk melakukan perdagangan berjangka komoditi di Bursa Berjangka tidak dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat umum, akan tetapi harus melalui Pialang/Wakil Pialang Berjangka.

DAFTAR PUSTAKA

Dokumen terkait