• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.4. Hubungan Uang, Inflasi dan Output

2.4.1. Teori Monetaris

Menurut monetaris, peningkatan dalam jumlah uang beredar tidak akan meningkatkan output, sekalipun pada jangka pendek. Karena menurut mereka output tidak akan melebihi tingkat output full employment akibat terdapat antisipasi harga yang dilakukan oleh tenaga kerja lewat upah.

Sumber : Mishkin (2001)

Gambar 3. Pengaruh Kenaikan MS Terhadap Harga dan Output

Dari kurva diatas keseimbangan awal ekonomi terdapat pada titik Eo dengat tingkat harga keseimbangan Po (perpotongan antara ADo dan ASo). Jika MS mengalami kenaikan, maka kurva AD akan bergeser ke kanan atas, sehingga keseimbangan baru akan tercipta pada titik Eo’ dimana output akan berada di atas titik output full employment Y’. Peningkatan AD membuat perusahaan harus memproduksi output lebih banyak agar dapat memenuhi permintaan yang tinggi dari masyarakat. Untuk itu perusahaan akan meningkatkan jam kerja buruhnya yang kemudian para buruh akan menuntut adanya kenaikan upah. Tuntutan tersebut akan berdampak pada peningkatan biaya produksi yang kemudian akan menggeser kurva AS ke kiri. Keseimbangan yang baru akan tercipta pada titik Eo” dengan tingkat output kembali ke titik semula di full employment sedangkan harga berada pada tingkat yang lebih tinggi di titik P1.

E0” E0’ E0 P P1 P0 AS0 AD0 Yf Y’ Q AD1 AS1 AS2 AD2 P2

Siklus tersebut dapat terjadi berulang-ulang jika terjadi kenaikan jumlah uang beredar, oleh karena itu monetaris tergolong anti kebijakan moneter, karena menurut mereka satu-satunya dampak dari peningkatan jumlah uang beredar adalah inflasi (Mishkin, 2001).

2.4.2. Teori Keynesian

Pada dasarnya analisis keynesian tidaklah berbeda dengan analisis monetaris. Keynesian juga beranggapan bahwa peningkatan jumlah uang beredar secara kontinu akan mengakibatkan efek yang sama yaitu pergeseran pada kurva AD. Keynesian juga beranggapan bahwa tidak ada sumber lain yang dapat mengakibatkan inflasi kecuali peningkatan jumlah uang beredar.

Sebenarnya dalam mazhab keynesian terdapat faktor lain selain jumlah uang beredar yang dapat menggeser kurva AD, yaitu belanja pemerintah dan pajak. Hanya saja kedua faktor tersebut tidak dapat dikatakan sebagai penyebab terjadinya inflasi.

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, keynesian dan monetaris memiliki pendapat yang sama tentang definisi inflasi. Pergerakan ke atas pada tingkat harga adalah sebuah fenomena moneter hanya akan menjadi benar ketika pergeseran tersebut adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah dengan meningkatkan anggaran belanja atau memotong pajak akan menggeser kurva AD ke kanan. Hal ini kemudian akan menyebabkan harga keseimbangan mengalami peningkatan. Peningkatan harga akibat kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah dapat saja dikatakan sebagai

inflasi selama kenaikan tersebut adalah proses yang berkelanjutan. Tetapi pada kenyataannya, peningkatan anggaran belanja atau pemotongan pajak secara terus menerus adalah kebijakan yang tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah.

2.4.3. Teori Kuantitas Uang dan Velositas Sirkulasi

Teori kuantitas uang mengkaji bagaimana kuantitas uang mempengaruhi perekonomian (Mankiw, 2000). Dalam teori ini, kuantitas uang dikaitkan dengan variabel-variabel perekonomian lainnya, seperti harga dan pendapatan nasional, yang dapat digambarkan dalam bentuk persamaan. Persamaan (6) menyatakan bahwa permintaan akan jumlah uang bergantung pada nilai transaksi seperti diukur dalam pendapatan nominal, yaitu pendapatan riil dikalikan dengan tingkat harga, PY :

MD = kPY ………..… (6) Persamaan ini dapat diubah menjadi

(M/P)D = kY ……….. (7) dimana M/P merupakan keseimbangan uang riil (real money balance) dan k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin dipegang oleh masyarakat untuk setiap rupiah pendapatan. Persamaan ini menyatakan bahwa kuantitas keseimbangan uang riil yang diinginkan adalah proporsional terhadap pendapatan riil.

Persamaan (8) menyatakan bahwa jumlah uang yang beredar ditentukan oleh bank sentral :

Persamaan (9) menyatakan kondisi ekuilibrium dimana permintaan uang akan sama dengan penawarannya :

MD = MS ……… (9) Dengan melakukan substitusi persamaan (6) ke dalam persamaan (9) maka akan didapatkan persamaan :

M = kPY ………...… (10) Teori kuantitas klasik mengasumsikan bahwa k adalah suatu konstanta yang ditentukan oleh transaksi permintaan akan uang dan Y adalah konstan karena kesempatan kerja penuh (full employment) dijaga. Seringkali teori kuantitas digambarkan dengan menggunakan konsep velositas sirkulasi, V. Velositas sirkulasi didefinisikan sebagai tingkat perputaran uang atau seberapa banyak rata-rata satu unit rupiah yang dibelanjakan dalam bentuk barang atau jasa yang diproduksi (final goods) dalam suatu perekonomian. Velocity (V) didefinisikan lebih tepat sebagai pendapatan nasional dibagi dengan kuantitas uang :

V = PY/M ………..…………... (11) Penyusunan kembali persamaan ini menghasilkan persamaan pertukaran (equation of exchange) :

MV = PY ………..………... (12) Persamaan (12) diatas menggambarkan bahwa jumlah uang beredar dikali dengan seberapa banyak uang dibelanjakan dalam satu periode harus sama dengan pendapatan nasional nominal. Persamaan (12) dapat juga dikatakan sebagai persamaan identitas, yang artinya bahwa secara definisi memang dibenarkan. Persamaan tersebut tidak menjelaskan apakah pada saat M berubah,

pendapatan nasional nominal (PY) akan berubah kearah yang sama. Peningkatan M misalnya harus diimbangi dengan penurunan V sehingga perkalian M dengan V (MV) tidak mengalami perubahan. Agar persamaan identitas tersebut dapat dijadikan teori dalam melihat bagaimana pendapatan nominal ditentukan, perlu memahami faktor-faktor yang menjadi penentu velocity.

Pandangan Fisher bahwa velocity adalah konstan dalam jangka pendek menjabarkan kondisi persamaan (12) diatas. Ketika kuantitas uang M meningkat dua kali lipat, MV juga akan meningkat sebesar dua kali lipat, begitu juga dengan PY. Oleh karena para ekonom klasik (termasuk Fisher) berpikiran bahwa tingkat upah dan harga bergerak secara completely flexible, mereka percaya bahwa tingkat output agregat Y yang diproduksi dalam keadaan normal akan tetap berada pada tingkat full employment. Dengan demikian, variabel Y dalam persamaan (12) dapat diperlakukan konstan dalam jangka pendek.

Teori kuantitas uang menyatakan bahwa jika M meningkat dua kali lipat, maka P juga harus meningkat dua kali lipat karena V dan Y konstan. Bagi para ekonom klasik, teori kuantitas uang menyediakan penjelasan mengenai pergerakan harga. Pergerakan pada tingkat harga menghasilkan perubahan hanya pada kuantitas uang (Mishkin, 2001).

Dokumen terkait