• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V EFEK TAYANGAN SULANJANA DI MEGASWARA

5.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Aspek Tayangan

menonton tayangan Sulanjana serta mau menyanyikan lagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari.

Rataan skor untuk efek kognitif tergolong rendah, sedangkan untuk rataan skor efek afektif dan konatif tergolong tinggi. Artinya, pelestarian kebudayaan akan semakin terlihat apabila responden terkena efek afektif dan khusunya konatif. Rataan skor efek afektif dan konatif tergolong tinggi juga dikarenakan responden menonton tayangan Sulanjana untuk memenuhi kebutuhan hiburannya.

5.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Aspek Tayangan Acara Sulanjana

Karakteristik individu responden diduga berhubungan nyata dengan pengetahuannya akan aspek tayangan acara Sulanjana. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.

48

Aspek tayangan acara Sulanjana meliputi jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan akan aspek tayangan acara Sulanjana berdasarkan nilai koefisien korelasinya disajikan pada Tabel 10 dan dalam penelitian ini korelasi memiliki hubungan nyata pada nilai p<0,1.

Tabel 10. Hubungan karakteristik individu dengan aspek tayangan acara Sulanjana

Karakteristik Individu Korelasi

Nilai Koefisien Korelasi Aspek Tayangan Sulanjana Jam Tayang Durasi

Tayang Isi Tayangan Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Pendapatan rs x2 x2 rs rs 0,182 0,455 0,451 -0,278** -0,486** - 0,113** 0,002* 0,142 0,030* 0,079* 0,124 0,008* 0,279 -0,027 0,027

Keterangan: *Berhubungan nyata pada p<0,1; **Berhubungan sangat nyata pada p<0,01;

x2=koefisien chi square; rs=koefisien rank Spearman

Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa karakteristik individu berupa usia memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,01) dengan ketiga aspek tayangan, baik berupa jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Walaupun demikian, terlihat bahwa usia responden dengan durasi tayang memiliki hubungan yang negatif, yang mengekspresikan bahwa semakin tinggi usia responden, maka pengetahuannya akan durasi tayang Sulanjana semakin rendah. Hal ini sejalan dengan daya ingat manusia yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya usia. Usia yang tinggi dalam penelitian ini meliputi usia tua yang berkisar di atas 51 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang memiliki usia di atas 51 tahun mengatakan bahwa dalam menonton acara Sulanjana mereka tidak memperhatikan lamanya tayangan tersebut.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan yang nyata dengan durasi tayang acara dan isi tayangan (p<0,1). Artinya, tinggi

dan rendahnya pengetahuan responden terhadap jam tayang Sulanjana memiliki hubuangan dengan jenis kelaminnya. Responden penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51 orang. Responden perempuan lebih banyak memiliki pengetahuan tinggi akan durasi tayang dan isi tayangan acara Sulanjana dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan penuturan responden yang laki mengatakan sering mengabaikan hal-hal kecil dan laki-laki dalam menonton suatu tayangan lebih menikmati tayangan yang ada daripada mengingat hal-hal seperti durasi tayang. Menurut Gamble dan Gamble (2001) dalam Ardianto et al. (2009) menyatakan bahwa banyak orang khususnya ibu-ibu menghabiskan waktunya sekitar tujuh jam untuk mengonsumsi media massa ditengah kesibukan pekerjaannya.

Agama dan suku dalam penelitian ini tidak dapat dilihat hubungannya dengan aspek tayangan berupa jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan karena memiliki nilai yang konstan atau dengan kata lain data agama dan suku dari seluruh responden dalam penelitian ini homogen. Seluruh responden dalam penelitian ini beragama Islam dan bersuku Sunda sehingga dalam pengolahan data tidak menghasilkan nilai signifikansi karena datanya konstan dan homogen.

Pekerjaan memiliki hubungan yang tidak nyata (p<0,1) dengan ketiga aspek tayangan acara Sulanjana, baik jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Artinya, apapun jenis pekerjaanya tidak ada hubungannya akan tinggi dan rendahnya pengetahuan responden tentang durasi tayang dan isi tayangan.

Berbeda halnya dengan tingkat pendidikan responden. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan yang sangat nyata (p<0,01) antara tingkat pendidikan responden dengan jam tayang acara Sulanjana. Walaupun demikian,

50

pendidikan memiliki hubungan yang negatif dengan jam tayang tersebut. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin rendah pilihan akan jam tayang acara Sulanjana. Hal ini menyebabkan berkorelasi negatif pula tingkat pendidikan dengan isi tayangan dari program Sulanjana. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sebagian besar memiliki jenis pekerjaan seperti karyawan dan PNS yang pada jam tayang Sulanjana sedang bekerja sehingga jarang menonton tayangan acara Sulanjana tidak seperti responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta/pedagang. Untuk tingkat pendidikan dengan durasi tayang memiliki hubungan nyata (p<0,1) sedangkan tingkat pendidikan dengan isi tayangan memiliki hubungan yang negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah pengetahuannya tentang isi tayangan acara Sulanjana. Hal ini dipengaruhi oleh faktor intensitas menonton. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang tingkat pendidikannya sedang (SMP-SMA) dengan pekerjaan wiraswasta/pedagang dan ibu rumah tangga memiliki intensitas menonton tayangan Sulanjana yang cukup tinggi, sehingga memiliki pengetahuan yang tinggi akan isi tayangan Sulanjana yaitu lirik lagu, objek wisata Jawa Barat, dan juga busana penyanyi.

Hasil penelitian untuk pendapatan dengan jam tayang diperoleh hubungan sangat nyata yang negatif (p<0,01). Sama halnya dengan pekerjaan dan tingkat pendidikan, responden yang memiliki pendapatan yang tinggi juga merupakan responden yang memiliki pekerjaan PNS dan karyawan yang bekerja saat penayangan acara Sulanjana, sehingga pilihannya akan jam tayang rendah. Untuk pendapatan dengan durasi tayangan diperoleh hubungan yang nyata (p<0,1). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendapatan responden ada hubungannya

terhadap pengetahuannya tentang durasi tayang Sulanjana. Responden yang pendapatannya rendah dan memiliki intensitas menonton yang tinggi mengetahui lamanya tayangan Sulanjana setiap kali tayang, berbeda dengan yang pendapatannya tinggi dan intensitas menontonnya rendah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama yang berbunyi

“terdapat hubungan nyata antara karakterstik individu dengan aspek tayangan

Dokumen terkait