• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kelelahan Kerja Dan Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 42-47)

D. Faktor Finansial

2.4 Hubungan Kelelahan Kerja Dan Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja

2.4.1. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja

Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas. Investigasi di beberapa negara menunjukkan bahwa kelelahan (fatigue) memberi kontribusi yang signifikan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. (Hotmatua, 2009)

Menurut Mc Farland kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan (Hotmatua, 2009)

Menurut Cameron (1973) kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.

Adapun faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah tenaga kerja, maka dari itu kondisi karyawan harus selalu dijaga baik fisik maupun psikologisnya, karena hal itu yang sangat mempengaruhi dalam bekerja. Pekerjaan yang terus-menerus dilakukan dan bersifat monoton akan berakibat kelelahan dan kelelahan akan

berakibat menurunnya konsentrasi bekerja dan mempengaruhi pada hasil kerja. (Andriyanti, 2010)

Menurut Setyawati (1985), yang dikutip oleh Wignjosoebroto (2000) bahwa Secara umum kelelahan kerja merupakan keadaaan yang dialami tenaga kerja yang dapat mengakibatkan penurunan vitalitas dan produktivitas kerja

Tujuan akhir dari kesehatan kerja yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja (Natoatmodjo, 2003)

2.4.2 Hubungan Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja

Hubungan antara produktivitas dan kepuasan kerja sangat kecil. Vroom (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor – faktor moderator disamping kepuasan kerja. Lawler dan Porter (dalam Munandar,2001) mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran instrinsik dan ganjaran ekstrinsik yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul. (Sutrisno, 2009)

Secara umum kita dapat mengasumsikan bahwa kepuasan dan kinerja sangat berhubungan antara satu dengan yang lainya, jika seorang karyawan mempunyai prestasi kerja yang tinggi ia akan mendapatkan suatu kepuasan dalam bekerja. Sebaliknya jika ia tidak mendapat kepuasan maka prestasi yang dihasilkannya rendah.

Untuk itu perusahaan perlu memperhatikan dan meningkatkan secara terus menerus kepuasan kerja dan kinerja para karyawanya. (Yufri Yanto, 2007)

Sebagai motor penggerak daripada produktivitas ini adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia sebagai agent of change dalam proses perkembangan memerlukan suatu keterampilan dan pengetahuan sebagai pengembangan untuk menuju produktivitas yang tinggi. Karyawan yang merupakan bagian dari organisasi atau perusahaan perlu ditingkatkan produktivitasnya sebagai feed back dari perusahaan untuk tetap menjaga dan mengikat daripada karyawan agar tetap bergabung dalam perusahaan tersebut. Kepuasan kerja bagi seorang karyawan akan berdampak positif bagi perusahaan, yang tentunya meningkatkan produktivitas bagi perusahaan tersebut. Individu sebagai karyawan memerlukan perhatian yang baik dalam kerjanya. (Almigo, 2004)

Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan. Hasil kerja karyawan ini merupakan suatu proses bekerja dari seseorang dalam mengasilkan suatu barang atau jasa. Proses kerja dari karyawan ini merupakan kinerja dari karyawan. Sering terjadi produktivitas kerja karyawan menurun dikarenakan kemungkinan adanya ketidaknyamanan dalam bekerja, upah yang minim dan juga ketidak puasan dalam bekerja.(Almigo, 2004)

Keharmonisan dalam bekerja dapat tercipta bila karyawan mau dan merasa sanang dalam bekerja. Keharmonisan berarti karyawan mendapat kepuasaan atas apa yang diperolehkanya dan dengan kepuasan tersebut perusahaan dapat menggunakan sumbr daya ini secara optimal. Penggunan sumber daya yang optimal biasanya tercermin dari berhasil tidaknya perusahaan dalam mengupayakan pegawainya agar

mempunyai sifat positif sehingga tercipta prestasi kerja yang tinggi. Dengan demikian produktvfitas pegawai akan ikut meningkat juga. (Yanto, 2007)

Oleh karena itu, kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama untuk menciptakan keadaan positif di lingkungan kerja perusahaan. Produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor moderator di samping kepuasan kerja. Lawler dan Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran intrinsik dan ganjaran ekstrinsik yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul.

Menurut Herzberg, ciri perilaku pekerja yang puas adalah mereka mempunyai motivasi untuk berkerja yang tinggi, mereka lebih senang dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan ciri pekerja yang kurang puas adalah mereka yang malas berangkat ke tempat bekerja dan malas dengan pekerjaan dan tidak puas. Tingkah laku karyawan yang malas tentunya akan menimbulkan masalah bagi perusahaan berupa tingkat absensi yang tinggi, keterlambatan kerja dan pelanggaran disiplin yang lainnya, sebaliknya tingkah laku karyawan yang merasa puas akan lebih menguntungkan bagi perusahaan. (Muhaimin, 2004)

2.5. Perawat

2.5.1. Pengertian Perawat

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Seorang perawat dikatan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.(Hidayat,1994)

2.5.2. Peran dan Fungsi perawat 1. Peran perawat

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi empat peran diantaranya perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola pelayanan sebagai institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.(Hidayat, 1994)

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 42-47)

Dokumen terkait