• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

C. Hubungan Komunikasi Organisasi Guru

Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam organisasi, ada yang sebagai komunikasi yang terjadi antar kepentingan dalam satu institusi formal. Tujuan diadakannya membentuk komunikasi organisasi untu Mempererat komunikasi pendidik-orang tua secara informal. Komunikasi yang sudah terbangun antara pendidik-orang tua perlu senantiasa dipererat. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk tujuan tersebut. Menurut Zelko dan Rance yang dikutip dari Arni Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.1

D. Pola Komunikasi Guru Dan Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter Murid Di Taman Kanak-Kanak El-Fikri

Pentingnya komunikasi guru dan orang tua terutama untuk memastikan bahwa anak-anak belajar secara efektif dan mendapatkan yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi atau karakter mereka. Guru dan orang tua memiliki komunikasi yang baik saat menghadapi kesulitan pembinaan karakter.

Pandangan penulis bahwa rumah juga merupakan lembaga pendidikan karakter yang pertama dan utama tampaknya tidak perlu diperdebatkan lagi. Pandangan ini didasarkan pada beberapa argumen berikut. Pertama, keluarga merupakan pihak yang paling awal memberikan perlakuan pendidikan terhadap anak. Kedua, sebagian besar waktu anak lajimnya dihabiskan di

1

lingkungan keluarga. Ketiga, hubungan orang tua-anak bersifat khusus sehingga memiliki kekuatan yang lebih daripada hubungan anak dengan yang lain. Keempat, interaksi dalam kehidupan orang tua-anak lebih bersifat alamiahi (seadanya) sehingga sangat kondusif untuk membangun karakter anak.

.Disinilah peran taman kanak-kanak menjadi penting karena para pengajar harus aktif mengajarkan berbagai hal kepada balita, baik pendidikan maupun perilaku. Guru menyatakan bahwa orang tua memberikan respon yang sangat positif terhadap hal-hal yang terkait dengan pembinaan karakter. Begitupun menurut orang tua, guru memberi dukungan, saran, dan mencarikan solusi saat orang tua mengahadapi kesulitan. Komunikasi yang terjalin dengan baik seperti ini, membuat pembinaan karakter akan menjadi lebih mudah dilaksanakan.

Sebagaimana kita tahu bahwa setiap murid mempunyai permasalahan yang kompleks, karena banyak faktor yang mempengaruhi pikiran dan perilaku mereka mulai dari lingkungan, teman, dan lain sebagainya. Tapi bagaimanapun mereka hanya anak kecil yang perlu di bina dan di berikan pengarahan terhadap perilaku mereka yang tidak baik. Untuk itulah, Taman kanak-kanak El-Fikri membantu murid dengan melakukan pola komunikasi pengajar dan wali murid dalam pembinaan karakter murid melalui beberapa pembinaan seperti di siplin, keteladanan, dan pembiasaan, agar semua murid terbiasa melakukan itu semua.

Pola komunikasi merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan dalam pembinaan karakter murid. Komunikasi yang dilakukan guru dan orang tua sangat intens dan sering kali orang tua bertanya tentang perkembangan anak-anak mereka jika berada di sekolah. Waktu untuk

sharing guru dan orang tua harus menjadi perioritas agar komunikasi guru dan orang tua tetap terjalin sehingga kesulitan yang dihadapi dapat diatasi bersama-sama dalam upaya mencari solusi yang tepat dalam pembinaan karakter. Dan ini di dukung oleh seorang pengajar yang mempunyai syarat-syarat sebagai komunikator, yaitu memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, memiliki keterampilan berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, memiliki sikap yang baik terhadap komunikan dan memiliki daya tarik dalam artian komunikator memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan bagi atau pada diri komunikan.2 Komunikasi guru dan orang tua murid, sampai saat ini komunikasi mereka sangat baik sekali, komunikasi yang paling efektif digunakan mereka yaitu komunikasi antarpribadi karena dengan komunikasi antarpribadi mereka bias berinteraksi, saling Tanya jawab antara guru dan orang tua murid juga bisa sharing baik masalah anak dirumah maupun disekolah. Guru memiliki kesulitan dalam yang berbeda dari orang tua terutama pada anak yang tidak mau menerapkan apa yang diajarkan guru serta anak kurang memahami pembinaan yang diajarkan.

2

H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengatar Studi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet. Ke-2, h.93-94.

Seluruh orang tua mengetahui bahwa pembinaan tersebut diajarkan di sekolah dan seluruh guru menyatakan bahwa pembinaan tersebut memang menjadi kurikulum di sekolah. Pembinaan yang ditanamkan merupakan pembinaan yang sangat dibutuhkan oleh anak sebagai bekal dewasa. Pembinaan karakter dilakukan oleh orang tua setiap saat terutama pada saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti pada saat makan bersama, main dan lain-lain.

Sementara guru menyatakan menanamkan karakter setiap hari saat berinteraksi dengan anak dan dilakukan melalui pemberian contoh langsung pada anak, dan meminta anak mempraktekannya langsung. Banyak kendala yang di hadapi guru dan orang tua dalam pembinaan karakter yaitu perbedaan pendapat dengan lingkungan keluarga, faktor usia dan kemampuan anak dalam mencerna pembinaan karakter yang diajarkan, kesibukan orang tua bekerja sehingga waktu anak lebih banyak dengan orang lain.

Guru dan orang tua dua orang yg bertanggung jawab Sesungguhnya anak ibarat kertas putih bersih. Orang tualah yang kemudian menorehkan tulisan-tulisan di atasnya. Ketika anak masih bayi, kertas putihnya masih bersinar. Tertera kata-kata indah bak mutiara menerangi masa kecilnya. Ketika dia sudah mulai besar, kertas putih itu mulai ternoda oleh ketidaktahuan orang tua harus menulis apa. Para guru turut membina sepatutnya, kedisiplinan, keteladanan dan pembiasaan yang ditunjukkan oleh guru mampu menuntun murid menemukan kebiasaan baik yang mereka yakini sehari-hari seperti disiplin bangun pagi tepat waktu, membaca hafalan

aya-ayat pendek dan lain sebagainya. Melihat anak disiplin tentu harapan semua keluarga.

Cukup banyak cara dilakukan agar anak berlatih mendisiplinkan sedari dini. Kalau sekedar mencontohkan bangun pagi dan memotivasi anak untuk meniru-niru, bias dilakukan sedini mungkin. Tetapi untuk mengharap anak usia dini mulai bias berlatih dengan rutin tentu perlu persiapan tersendiri. Di sekolah Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi Anak usia empat tahun sudah dapat dilatih mengahafalkan ayat-ayat pendek secara bersama teman-temannya dengan gembira.

Sebagai orang yang bertanggung jawab, kita harus menyelamatkan anak-anak kita. Menjadi kewajiban bagi kita mendidik mereka agar memiliki keterampilan berfikir dan beribadah agar hidupnya baik. Tujuan akhirnya nanti adalah mereka menjadi anak-anak yang berpengetahuan baik dan berpenghasilan melimpah.

Orang tua yang bertanggung jawab untuk kesuksesan anak- anak nya, meminta guru untuk memberikan perhatian yang lebih intens untuk anak-anak nya bukan berarti kita sebagai orang tua lalu lepas tangan karena menganggap sudah terjadi pelimpahan tanggung jawab. Setiap anak belajar dan bercermin dari orang tua mereka. Orang tua adalah orang yang paling peduli, paling mengenal anak dan paling berpengaruh dalam kehidupan anak. Guru dan orang tua sangat penting berkomunikasi karena memiliki tujuan yang sama untuk keberhasilan anak. Setiap orang tua tentunya berharap agar putra putrinya menjadi anak-anak yang disiplin dalam melaksanakan segala

sesuatunya tanpa harus memberlakukan sanksi namun dalam kenyataannya, mewujudkan harapan tersebut bukanlah hal yang mudah terbukti, tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan tentang anak-anaknya yang sangat susah jika disuruh untuk disiplin. Disiplin sangat penting bagi kehidupan dan perilaku murid, disiplin yang baik dapat menghasilkan kehidupan yang teratur, sebab disiplin dapat mengatur perilaku dan menjadi unsur yang fundamental dari moralitas.

Guru dan orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya, di sekolah guru juga mengajarkan menjadi teladan yang baik. Misalnya dalam keteladanan dalam hal mengajarkan membaca doa di mana pun dan kapanpun kita berada, karena doa adalah permohonan seseorang hamba terhadap Allah secara terus bagi menyelesaikan segala masalah rohani dan jasmani, dunia dan akhirat sama ada untuk dirinya sendiri atau untuk saudara, sahabat dan seterusnya untuk kaum muslimin dan muslimat. Keteladanan seorang lebih baik dan efektif dalam mendidik dibandingkan dengan petuah atau nasihat dengan kata-kata. Keteladanan guru dan orang tua lebih mudah ditiru ketimbang hanya sekadar kata-kata. Karena guru dan orang tua merupakan interaksi yang pertama dan kedua bagi anak untuk mengenal lingkungannya.

Pembinaan pembiasaan seperti sholat dan berpuasa seorang guru bisa menyampaikan bahwa seorang muslim perlu berhenti sejenak dari urusan dunia (makan, tidur, bermain,belajar, dan seterusnya) untuk mendekatkan diri pada Allah. Dengan sholat kita bisa leluasa berdoa, terutama agar Allah memudahkan urusan kita dan menghindarkan kita berbuat salah. Untuk

pembinaan karakter yang baik pada anak, diperlukan pembiasaan-pembiasaan perilaku yang positif, dalam hal ini peran guru dan orang tua sangat penting dalam mengawal kebiasaan yang dilakukan anak. Peran orang tua dan guru hendaklah mampu menjadi model yang ideal yang bisa mereka contoh.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara yang penulis lakukan di Taman Kanak-kanak El-Fikri, bahwa komunikasi yang digunakan oleh para guru dan orang tua sebagai berikut:

1. Bentuk Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi ini lebih sering digunakan oleh guru dan orang tua pada saat diluar proses belajar-mengajar. Misalnya pada saat waktu istirahat orang tua dapat berkomunikasi dengan guru dan membicarakan masalah perkembangan akademis anak mereka hal ini guru berperan penting sebagai seorang pembimbing untuk memberikan arahan dan bantuan kepada orang tua.

Jenis komunikasi antarpribadi dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubungan prosesnya yang dialogis.3 Salah satu cara untuk memastikan bahwa sebagai guru bisa berkomunikasi dengan orang tua secara efektif adalah dengan menggunakan formulir dan catatan yang dikirim ke rumah secara berkala untuk membiarkan orang tua tahu perkembangan anak mereka disekolah. Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain,

3

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), Cet. Ke-2, h. 12.

karena melibatkan kelima alat indera untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan.

Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun. Begitu pula dalam dunia pendidikan, komunikasi interpersonal sangat tepat dan efektif untuk diterapkan, khususnya pada guru dan orang tua.

Selanjutnya, setelah melakukan observasi di lapangan, ditemukan beberapa fenomena lapangan yang cukup menarik mengenai pola komunikasi antarpribadi yang dilakukan para guru dalam pembinaan karakter murid kepada orangtua, yaitu:

a. Komunikasi Guru Dan Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter Melalui 1) Pembinaan Disiplin

disiplin dan mematuhi peraturan sekolah, terbiasa senyum ramah pada orang, daan kebiasaan-kebiasaan lain yang menjadi aktivitas sehari-hari. Untuk bisa melakukannya memang menutut orang tua dan guru bisa menjadi teladan pertama dan utama bagi anak. Jadi jika ingin membiasakan murid kita taat aturan maka kita pertama harus lebih dulu taat aturan. Perlu diingat bahwa ketika melakukan proses pembiasaan, disiplin, dan ketelatenan harus

konsisten dan berkesinambungan, jangan kadang dilakukan kadang tidak. Hal itu akan mempersulit keberhasilan pendidikan karakter.4 Disiplin sendiri merupakan suatu pola pembiasaan yang bertujuan untuk membentuk suatu tingkah laku tertentu. Dalam disiplin terkandung adanya tingkah laku yang berulang yang dilakukan dan biasanya melibatkan waktu tertentu untuk melakukannya. Bukan hanya di dalam keluarga. Di sekolah, seorang guru menjadi teladan bagi murid-muridnya. Begitu juga di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi. Dalam menanamkan nilai-nilai kediplinan, para guru mengajarkan kedisiplinan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Enin Herullah..

“Para guru mengajarkan kedisiplinan kepada murid namun cukup sulit untuk menanamkan suatu disiplin untuk membentuk suatu tingkah laku tertentu pada anak karena target tingkah laku yang ingin dicapai adalah hasil keputusan orang tua yang terkadang kurang menyenangkan bagi anak. Kami menerapkan kepada setiap anak untuk selalu bangun pagi tepat waktu, menghafalkan bacaan ayat – ayat pendek dan memberitahukan untuk selalu shalat pada tepat waktu.”5

Misalnya, untuk mengajarkan kedisiplinan kepada murid saat berada di dalam kelas berbicara dengan volume yang cukup terdengar tidak berteriak-teriak atau malah berbisik, dan

4

Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 172

5

Wawancara pribadi dengan Enin Herullah, Guru Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi, Selasa, 14 Mei 2013, Di Ruang Kantor Kepala Sekolah, pkl. 12:08 WIB.

memberitahukan bahwa menonton televisi hanya jam 4-6 sore saja. Sehingga para murid mengikuti perbuatan itu. Selain itu para guru juga mengajarkan yang baik-baik, misalnya memberi contoh cara mencuci tangan yang baik dan berdoa sebelum makan kepada muridnya.6

Suatu bentuk disiplin akan terbentuk dengan sendirinya pada seorang anak jika:

“Orang tua menerapkannya secara konsisten tidak berubah-ubah sesuai suasana hati orang tua atau hanya tergantung saat orang tua ada bersama anak. Maka dari itu guru dan orang tua harus saling membantu untuk mensukseskan anak-anak mereka. Orang tua tidak mudah menyerah dan tidak mudah marah anak memiliki keunikan tersendiri sehingga rasa nyaman mereka untuk melakukan tingkah laku tersebut akan berbeda-beda. Anak pun perlu memahami tujuan dari pemberlakukan dari disiplin tersebut. Misalnya jika anak saya usia 4-5 tahun terbiasa berbicara dengan volume yang sangat kecil dan tidak berteriak-teriak maka saat dia usia dewasa dia akan terbiasa. semakin dini diterapkan, kemampuan beradaptasi anak dengan tuntutan lingkungan akan

lebih baik”7

6

Hasil Observasi di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi, Senin 1 April 2013.

7

Wawancara pribadi dengan Dina, Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi, Selasa, 14 Mei 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 08:18 WIB.

2) Pembinaan Keteladan

Dalam pendidikan karakter pribadi guru akan menjadi teladan, diteladani, atau keteladanan bagi para peserta didik. Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan. Di dalam keluarga, orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya.8 Anak-anak melihat dan memperhatikan bagaimana perilaku orang tuanya sehari-hari.

Begitu juga di Taman Kanak-kanakEl-Fkri Yayasan Kahfi. Dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid, para guru memberikan keteladanan. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Suamah.

“ Pertama keteladanan dalam membuang sampah pada tempatnya. Karena lingkungan akan membentuk kepribadian seseorang. Kedua latar belakang pendidikan orang tua, karena dengan kurangnya pengetahuan orang tua terhadap agama, mereka akan terbatas dalam memberikan pengetahuan agama kepada anak, kurangnya keperdulian orang tua terhadap pendidikan agama bagi anak. Faktor pendukung terlaksananya keteladanan adalah respon positif yang diperlihatkan anak dalam meneladani orang tuanya, adanya komunikasi antara pendidik atau pihak sekolah dengan

8

orang tua dan sikap positif orang tua dan pendidik dalam menanamkan akhlak kepada anak.”9

Setiap interaksi dengan anak merupakan kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai terutama nilai agama karena nilai agama ini merupakan dasar bagi anak dalam bersikap untuk menjalani kehidupannya dimasa yang akan datang. Peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak usia dini sangat penting agar ketika anak sudah mulai dewasa dia sudah terbiasa menjalankannya. Begitu pula yang diungkapkan oleh Ibu Nita. “Perlu ada keteladanan. Keteladanan orang tua lebih baik

dan efektif dalam mendidik anak-anak dibandingkan dengan petuah atau nasihat dengan kata-kata. Keluarga merupakan interaksi yang pertama bagi anak untuk mengenal lingkungannya, maka jadilah orang tua yang bisa ditauladani. Bagi saya mendidik adalah menanamkan nilai-nilai, sifat, dan perilaku.”10

3) Pembinaan Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Luthfiyah.

9

Wawancara pribadi dengan Suamah, Guru Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi,

Selasa, 14 Mei 2013, Di Kediaman Kepala Sekolah, pkl. 10:30 WIB.

10

Wawancara pribadi dengan Nita, Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi, Senin, 13 Mei 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 08:10 WIB.

“Pembiasaan-pembiasaan yang di lakukan di Taman Kanak-kanak El-Fikri diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup yang bertujuan mengembangkan kemampuan mencintai diri sendiri melalui mengenal, menerima, dan mengarahkan diri, mencintai orang lain melalui bekerjasama dan berkolaborasi. Oleh karena itu peran orang tua dan guru dalam mengembangkan pembiasaan berperilaku sebagaimana yang di kehendaki misalnya dengan disiplin dan mandiri atau melalui contoh dan tindakan. Contoh realnya wajibnya sholat atau berpuasa dengan demikian melatih anak untuk sholat dan berpuasa. Pembiasaan semenjak dini akan menjadikan anak merasa lebih nyaman dan tidak canggung lagi saat sholat dan berpuasa telah menjadi wajib baginya. Namun perlu adanya teladan bagi orang tuanya karena anak-anak merasa senang meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. ”11

Usia 5-6 tahun, merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berfikir logis anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Tanda bahwa anak berkembang secara optimal bisa dilihat juga dari orang tuanya, karena ketika si anak sudah berada di rumah orang tua lah yang memegang kendali pada si anak. Seperti ini pula yang sudah diungkapkan oleh Ibu Sinta.

11

Wawancara pribadi dengan Luthfiyah, Guru Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi, Senin, 13 Mei 2013, Di Kediaman Kepala Sekolah, pkl. 09:12 WIB.

“Sebagai orang tua yang baik kita sudah semestinya mengajarkan kepada anak kita tentang sholat dan berpuasa, namun sebagai orang tua juga tidak boleh memaksa anak kita untuk selalu patuh pada perintah apa yang sudah kita terapkan untuk mereka, karena akan berakibat anak menjadi tidak nyaman dengan perintah orang tua sehingga ia cenderung untuk meninggalkannya bila di luar pengawasan orang tua. Dan ketika anak sudah mulai dewasa kita harus menyampaikan wajibnya sholat dan berpuasa sehingga mereka kuat berpegang pada tiang agama. Dalam pembiasaan anak untuk sholat dan berpuasa, insya Allah kelak akan berbuah manis manis di hadapan Rabb kita. Mengajarkan anak sholat dan berpuasa, akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Selama anak kita sholat dan berpuasa pahalanya akan terus mengalir sekalipun kita sudah berada di alam kubur.”12

Dari penelitian juga di ketahui bahwa guru dan orang tua memiliki kounikasi yang baik pada saat menghadapi kesulitan pembinaan karakter. Guru menyatakan bahwa orang tua memberikan respon yang sangat positif terhadap hal-hal yang berkaitang dengan pembinaan karakter.s pembinaan karakter di sekolah tidak akan berhasil tanpa dukungan dan keterlibatan orang tua. Dari hasil analisis data diketahui guru dan orang tua sama-sama menyatakan orang tua perlu dilibatkan dalam pembinaan karakter, merekapun menyadari

12

Wawancara pribadi dengan Sinta, Wali Murid Kelas B Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi, Senin, 13 Mei 2013, Di Ruang Belajar, pkl. 09:00 WIB.

bahwa pembinaan karakter bukan hanya tugas guru. Itulah salah satu pola komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan karakter murid di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan Kahfi Tangerang Selatan

63 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa pola komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan karakter murid yaitu kedisiplinan, keteladanan, dan pembiasaan ditemui kendala-kendala diantaranya kurangnya kesadaran diri dari masing-masing siswa, pengaruh lingkungan tempat tinggal dan pergaulan, kurangnya pengawasan dan pembiasaan disiplin dari orang tua, minimnya pengetahuan murid terhadap kedisiplinan murid, serta kurangnya hubungan interpersonal antara konselor serta wali kelas dengan murid terutama murid yang bermasalah. Upaya mengatasi kendala yang dialami yaitu mengajak orang tua siswa bekerja sama dengan pihak sekolah dalam mengontrol perilaku siswa, pembiasaan disiplin dari orang tua ketika di rumah, meningkatkan kinerja tim tata tertib dibantu guru piket dan kepala sekolah, penindaklanjutan administrasi piket dengan mengumpulkan data-data selengkap mungkin, serta meningkatkan hubungan interpersonal antara guru serta wali kelas dengan murid yang bermasalah.

B. Saran-saran 1. Bagi Guru

a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang cara-cara menanamkan karakter pada anak-anak prasekolah.

b. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan orangtua dalam pembinaan karakter.

2. Bagi Orangtua

a. lebih banyak meluangkan waktu untuk anak agar anak dapat mencerna nilai-nilai karakter langsung dari orangtuanya serta meningkatkan keterlibatan terhadap kegiatan-kegiatan di sekolah

b. Meningkatkan komunikasi dengan guru untuk memantau perkembangan anak.

Djuarsa, Sasa, Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 1998), h.39

D. Gunarsa, Ny, Y Singgih, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak

Dokumen terkait