• Tidak ada hasil yang ditemukan

7. Alkohol dan merokok

5.1 HASIL PENELITIAN

5.1.12 Hubungan Lingkar pinggang dengan Intensitas Nyeri (VAS)

Sebaran responden berdasarkan Hubungan antara Lingkar pinggang dengan Intensitas Nyeri (VAS), dengan menggunakan Uji Chi Square sebagai berikut :

Tabel 5.11 Hubungan antara Lingkar Pinggang dengan Intensitas Nyeri

Berdasarkan Tabel 5,11 diperoleh, Dari 47 responden (61,0%) yang mempunyai lingkar pinggang yang normal, 42 orang (54,5%) darinya mengalami intensitas nyeri yang sedang dan 5 orang (6,5%) darinya mengalami nyeri yang ringan. Seterusnya, dari 23 responden (29,9%) yang mempunyai lingkar pinggang

Parameter

yang risiko tinggi, 17 orang (22,1%) darinya mengalami intensitas nyeri yang sedang dan 6 orang (7,8%) darinya mengalami nyeri yang ringan. Dari7 responden (9,1%) yang mempunyai lingkar pinggang yang risiko sangat tinggi, 6 orang (7,8%) darinya mengalami intensitas nyeri yang sedang dan 1 orang (1,3%) darinya mengalami nyeri yang ringan.Hasil uji Chi-Square yang diperolehi dari analisa spss adalah (p=0.245). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Lingkar pinggang dengan Intensitas Nyeri tidak mempunyai hubungan yang signifikan

5.2 Pembahasan

Berdasarkan responden dalam penelitian ini seramai 77 orang (82,0%) dari total sebenar dengan jumlah laki-laki 17 orang (22,1%) dan perempuan 60 orang (77,9%). Sebagian besar mahasiswa berumur 22 tahun (26,0%) dengan umur rerata adalah 20,97 dan mayoritas berasal dari stambuk 2016 yaitu sebanyak 29 orang (37,7%). Menurut World Health Organisation (WHO) batasan umur remaja adalah 12 sampai 24 tahun dan belum menikah.(Dewi, 2012). Pada hasil dari pengukuran lingkar pinggang yang dilakukan dengan menggunakan pita pengukur , di dapatkan 47 responden (61.0%) yang memiliki lingkar pinggang yang normal, 23 responden (29,9%) memiliki lingkar pinggang yang risiko tinggi dan 7 responden (9,1%) memiliki risiko sangat tinggi dalam kelompok kasus. Dari distribusi kelompok yang di mana kelompok yang normal memiliki lingkar pinggang kurang dari 80 bagi wanita dan 90 bagi yang laki selebihnya memiliki nilai yang lebih dari 80 maupun 90.

Pada pemeriksaan dan hasil dari Indeks Masa Tubuh (IMT) yang juga memainkan peran yang penting untuk golongan lingkar pinggang dimana 45 responden (58,4%) dari keseluruhan responden memiliki IMT yang normal, 13 responden (16,9%) memiliki IMT underweight , 11 responden (14,3%) memiliki IMT yang overweight dan 8 orang (10,4) memiliki IMT yang obesitas. Dari distribusi kelompok yang normal memiliki standard IMT sekitar 18,5-24,9 kg/m2, selebihnya bagi underweight memiliki nilai IMT yang kurang dari 18,5 kg/m2,

bagi overweight memiliki nilai IMT yang lebih dari 24,9 kg/m2 dan obesitas memiliki nilai IMT yang lebih dari nilai overweight yaitu lebih >27 kg/m2.

Dari kedua pemeriksaan dan hasil didapatkan dari lingkar pinggang dan IMT dari keseluruhan mahasiswa Malaysia yang studi di USU, rerata memiliki distribusi yang normal. Keunikan gaya hidup remaja sekarang akan menyebabkan nilai lingkar pinggang dan IMT mengalami perubahan dan akan meningkatkan lagi resiko terjadinya pelbagai penyakit contohnya migren .

Pada penilitian Nauman, B, N, et al., 2018 mengatakan hubungan antara obesitas dengan migren membangun hubungan positif yang kuat antara obesitas sentral dan migen dalam studi kasus kontrol, penelitian mereka membandingkan kedua jenis obesitas sentral dan obesitas umum dan menunjukkan hubungan signifikan migren dengan kedua jenis, tetapi terutama dengan obesitas sentral.

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa obesitas umumnya merupakan faktor risiko penting dari migren daripada obesitas umum. Hubungan antara obesitas dan migren dapat dijelaskan oleh banyak faktor: kurang olahraga, hipotalamus, kurangnya gaya hidup yang berhubungan dengan olahraga, dan faktor psikologis,morbiditas. Jaringan adiposa, khususnya jaringan adiposa, mengeluarkan banyak mediator inflamasi seperti adipokin , faktor nekrosis tumor α , dan peptida terkait kalsitonin, yang dapat memicu migren, dan ini mungkin menjelaskan hubungan yang kuat antara obesitas sentral dan migren daripada obesitas umum.(Nauman, et al., 2018).

5.2.1 Hubungan Lingkar Pinggang dengan Frekuensi serangan Migren Hasil uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-smirnov didapatkan hasil bahwa nilai p lingkar pinggang adalah 0,370 > 0,05 artinya normalitas data lingkar pinggang pada penelitian ini normal, sedangkan nilai p frekuensi serangan migren adalah 0,370>0,05 yang menunjukkan bahwa normalitas data hasil frekuensi serangan migren adalah normal.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square dipeoleh nilai p-value (p=0.489) yaitu lebih dari (p<0.05), artinya tidak ada hubungan secara signifikan antara lingkar pinggang dengan frekuensi serangan migren oleh

mahasiswa Malaysia studi di USU. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Bond, et al., 2012 yang telah menjalankan penelitian Hubungan antara migren dengan obesitas dan menemukan hipotesa orang yang memiliki lingkar pinggang besar atau obesitas, mempunyai risiko yang tinggi terkena migren dibanding dengan normal (Bond, et al., 2012).Adiposit mengeluarkan dan memproduksi banyak zat, termasuk hormon, sitokin (seperti interleukin-6), dan adipositokin (seperti adiponektin); jumlah yang dikeluarkan oleh adiposit bervariasi berdasarkan lokasi depot. Dengan demikian, dalam distribusi jaringan adiposa dan rasio VAT terhadap SAT di daerah perut memodulasi sekresi dan produksi sitokin dan adipocytokines sedemikian rupa untuk berkontribusi dalam migren.(Peterlin, et al., 2013).

Pada penelitian lain pula, yang dilakukan olehSadeghi, O, et al., 2016 bahwa menemukan hubungan positif yang signifikan antara WC, WHR, dan WHtR dengan tingkat keparahan serangan migren, frekuensi serangan migren, dan HDR, tetapi tidak dengan durasi serangan migren. Selain itu, pasien migren dengan WC tinggi memiliki frekuensi serangan migren yang lebih tinggi, dibandingkan dengan pasien dengan WC normal. Kehilangan berat badan mengurangi lemak perut serta keparahan dan frekuensi serangan migren. Selain itu, wanita migren yang obesitas memiliki frekuensi serangan, fotofobia, dan fonofobia yang lebih tinggi daripada wanita migren non-obesitas. (Sadeghi, et al., 2016)

5.2.2 Hubungan Lingkar pinggang dengan Intensitas Nyeri (VAS)

Hasil uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-smirnov didapatkan hasil bahwa nilai p lingkar pinggang adalah 0,370 > 0,05 artinya normalitas data lingkar pinggang pada penelitian ini normal, sedangkan nilai p Vas Score adalah 0,478>0,05 yang menunjukkan bahwa normalitas data hasil intensitas nyeri migren adalah normal.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square dipeoleh nilai p-value (p=0.245) yaitu lebih dari (p<0.05), artinya tidak ada hubungan secara signifikan antara lingkar pinggang dengan intensitas nyeri migren oleh mahasiswa

Malaysia studi di USU. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afshinmajd, S., 2011 yang telah melakukan penelitian dan hasilnya203 pasien menyelesaikan penelitian. 153 (75%) subjek adalah perempuan dan 50 (25%) adalah laki-laki. Usia rata pasien adalah 30,5 ± 7,1 tahun. Berat rata-rata adalah 80,4 ± 14,1 kg dan tinggi rata-rata-rata-rata adalah 1,67 ± 0,07 m. Frekuensi dan durasi nyeri menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik di antara empat kelompok dengan respons yang lebih baik pada pasien dengan BMI lebih rendah (P <0,0001). Skala VAS dan BRS-6 menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara empat kelompok yang mendukung pasien dengan BMI lebih rendah (P <0,0001).(Afshinmajd, et al., 2011).

Pada penelitian lain, yang dilakukan oleh Bond, D, et al., 2016 dengan mengunakan metode intensitas nyeri yang berbeda menyatakan semua peserta memprediksi karakteristik migrain dari skor total PCS, mengendalikan BMI. Skor total PCS lebih tinggi secara independen terkait dengan lebih banyak hari migren (β = 0,331, p = 0,001), serangan lebih lama durasi (β = 0,390, p <0,001), skor HIT-6 yang lebih tinggi (β = 0,425, p <0,001), dan HMSE lebih rendah skor (β =

−0,437, p <0,001). BMI yang lebih tinggi, tetapi bukan skor PCS yang lebih tinggi, terkait dengan lebih banyak serangan sering (β = −0.203, p = 0,044)(Bond, et al., 2016).

Dokumen terkait