Tebel 4. Kriteria kandungan bahan organik dalam sedimen No Kandungan bahan No Kandungan bahan
F. Hubungan Faktor Oseanografi dan Tutupan Lamun dengan Komposisi Jenis dan Kepadatan Makrozoobentos Komposisi Jenis dan Kepadatan Makrozoobentos
Analisis PCA dilakukan untuk melihat hubungan faktor oseanografi dengan tutupan lamun dan kepadatan makrozobentos. Dari hasil analisis PCA terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok satu terdiri dari Stasiun I, kelompok dua yang terdiri dari Stasiun II, III dan Stasiun V. Kemudian kelompok tiga terdiri dari Stasiun IV (Gambar 12).
Gambar 12. Hubungan tutupan lamun dengan kepadatan makrozoobentos, jumlah jenis
62 Kelompok satu yang di wakili oleh Stasiun I dicirikan oleh kedalaman dan pH yang tinggi. Selanjutnya kelompok dua yang terdiri dari Stasiun II, III dan Stasiun V, di mana dicirikan oleh salinitas, suhu, dan penutupan lamun yang tinggi. Kemudian kelompok ke tiga yang di wakili oleh Stasiun IV yang dicirikan oleh kandungan BOT sedimen yang tinggi, jumlah jenis dan kepadatan makrozoobentos yang tinggi. Lokasi Stasiun IV yang berada di sekitar muara sungai menjadi penyebab tingginya masukan bahan organik total (BOT) pada Stasiun ini.
63 V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Ditemukan 6 jenis lamun yang tersebar di 5 Stasiun penelitian, yaitu
Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis. Kekayaan jenis
lamun dan penutupan total lamun yang tertinggi ditemukan di Stasiun III, dengan 6 jenis lamun, dan rata-rata total tutupan lamun sebesar 29%. 2. Ditemukan 32 jenis makrozoobentos di daerah padang lamun yang
berasal dari 4 kelas, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, Annelida, dan Echinoidea. Makrozoobentos yang mendominasi berasal dari kelas Gastropoda. Kepadatan makrozoobentos tertinggi ditemukan di Stasiun IV yaitu 136 (ind/m2), sedangkan nilai terendah ditemukan di Stasiun II yaitu 44 (ind/m2).
3. Struktur komunitas lamun yang memiliki penutupan >60%, memiliki jumlah jenis makrozoobentos yang relatif tinggi, demikian pula kepadatan makrozoobentos juga di pengaruhi oleh stuktur komunitas lamun yang lebih dari satu jenis (multispesies) . Pada stasiun dengan vegetasi lamun multispesies kepadatan makrozoobentos relatif lebih tinggi dibandingkan stasiun dengan vegetasi lamun monospesies.
4. Kepadatan makrozoobentos yang tinggi terkait struktur komunitas lamun yang multispesies, dan niai BOT sedimen yang tinggi.
64 B. Saran
Untuk mendapatkan informasi yang lebih luas mengenai makrozoobentos, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola asosiasi makrozoobentos kaitannya dengan komposisi jenis dan penutupan lamun.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdelrahman MA. 2003. Effect of eelgrass Zostera marina canopies on flow and
transport. Marine Ecology Progress Series 248: 67-83.
Azkab, M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di
rataan terumbu di Pari Pulau Seribu. Dalam: P3O-LIPI, Teluk Jakarta:
Biologi,Budidaya, Oseanografi,Geologi dan Perairan. Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Azkab, M.H. 2000. Struktur dan Fungsi Komunitas Lamun, Oseana, Volume XXV, Nomor 3, 2000 : 9-17. Balitbang Biologi Laut, Pustlibang Biologi Laut-LIPI, Jakarta.
Binzer T, Borum M, Pedersen O. 2005. Flow velocity affects internal oxygen
conditions in the seagrass Cymodocea nodosa. Aquatic Botany 83:
239-247.
Boyd, C. E., 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevies. Scientific Publishing. Co. New York
Brouns, J.J.W.M. and H.M.L. Heijs 1986. Production and biomass of the
seagrass, Enhnlus acoroicies (L.f.) Royle, and its epiphytes. Aquatic
Botany. 25: 21-45.
Buhaerah., 2000. Laju Dekomposisi Serasah Di Hutan Mangrove Pulau
Bauluang Kabupaten Takalar. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Unhas. Makassar.
Chester R. 1990.Marine geochemistry.Department of Earth Science University of Liverpool. London: Unwin Hyman.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Den Hartog, C. 1967. The structural aspects in the ecology of sea-grass
communities. Helgolander Wiss. Meeresunters 15:648-659.
Den Hartog, C. 1970. Seagrass of the world. North-Holland Publ.Co.,Amsterdam Hariyadi, S. 1992. Pencemaran daerah aliran sungai (DAS). Di dalam
Manajemen Bioregional Jabodetabek: Tantangan dan Harapan. Workshop Pengembangan Konsep Bioregional Sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan Secara Berkelanjutan. Bogor, 4-5 Nopember 1992. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor. pp. 165-172.
Hawkes HA. 1978. Invertebtrates as indicator of river water quality. Toronto: John Willey and Sons.
66 Hutabarat, S dan S. M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia. Press. Jakarta
Hutabarat, S dan S. M. Evans. 2000. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia. Press. Jakarta..
Hutomo , M. dan Azkab, M.H.1987. Peranan lamun di perairan laut dangkal,
Oseana, Volume XII, Nomor 1 : 13-23, 1987. Balitbang Biologi Laut,
PustlibangBiologi Laut-LIPI, Jakarta.
Ina, N., 1989. Komposisi Jenis dan Kelimpahan Makrozoobentos di Muara
SungaiJeneberang. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Ujung
Pandang.
Indrajaya, A.A. Taurusmasn, B. Wiryawan, I. Yulianto. 2011. Integrasi Horisontal Jejaring Kawasan Konservasi Perairan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap. Coral Triangle Support Partnership. Jakarta.
Kikuchi, 1977. Consumer ecology of seagrass beds, pp. 147-193. In P. McRoy and C.Helferich (eds). Seagrass ecosystem. A scientific perspective. Mar.Sci.Vol 4.Marcel Dekker Inc, New York
Koesoebiono, 1979. Dasar-Dasar Ekologi Umum. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Koesoebiono., 1981. Biologi Laut. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Krebs, T., 1978. Ecology, The Experimentals Analysis of Distribution
andAbusdance. Second Edition. Harper and Row Publication. New York.
Lind, L. T., 1979. Hand Book of Common Method in Limnologis. Second Edition. The C.V. Mosby Company St. Louis, Toronto. London.
Mason, C. F., 1981. Biology of Freshwater Pollution. Scientific and Technical. Longman Singapore Publisher Ptc. Ltd. Singapore.
Mudjiman, A., 1981. Budidaya Udang Windu. P.T. Penebar Swadaya. Jakarta. Nontji, A., 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nontji, A. 2002.Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. P.T. Gramedia. Jakarta.
Odum EP. 1993. Dasar-dasar ekologi. Ed: ke-3. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Phillips, R.C. and G. Menez 1988. Seagrasses. Smithsonian Inst. Press. Washington. 193 pp.
67 Santoso, A., 1988. Komposisi Hewan Makrozoobentos pada Kali Banjir Kanal
Timur, Kali Banjir Kanal Barat Hilir dan Kali Banjir Kanal Barat Hulu di
KotamadyaSemarang. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Short, f.t., l.j. Mckenzie, r.g. Coles and j.l. Gaeckle 2004. Seagrass Net manual
for scientific monitoring of seagrass habitat- Western Pasific edition.
University of New Hampshire, USA, QDPI, Northern Fisheries Centre, Australia: 71 pp.
Soedharma, D. 2007. Pertumbuhan, Produktivitas dan Biomassa, Fungsi dan
Peranan Lamun. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sukarno., 1988. Terumbu Karang Buatan Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan
Produktifitas Perikanan di Perairan Jepara. LON-LIPI. Jakarta.
Susetiono. 2004. Fauna Padang Lamun Tanjung Merah Selat Lembeh. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.
Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut; Pendekatan Ekologi,
Sosial Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional.
Makassar.
Wardoyo, S. T. H., 1974. Manajemen Kualitas Air. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.
Wicks EC, Koch EW, O’neil JM, Elliston K. 2009. Effects of sediment organic
content and hydrodynamic conditions on the growth and distribution of zostera marina. Marine Ecology Progress Series 378: 71-80.
Widyastuti, E., 1994. Efek Perambahan pada Ekosistem Mangrove terhadap
Produktifitas Pantai. Program Pasca Sarjana. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Zimmerman RC, Smith RD, Alberte RS. 1987. Is growth of the Eelgrass nitrogen limited? a numerical simulation of effect of light and nitrogen on the growth dynamics of Zostera marina. Marine Ecology Progress Series 41:167-176.
68
69
LAMPIRAN 1. Parameter Lingkungan di Lokasi Stasiun Pengamatan.
Stasiun Transek Garis
Suhu Salinitas Kedalaman
pH BOT Sedimen (°C ) (‰) (cm) (%) 1 1 29.6 24.0 150.0 6.9 1.6 2 29.7 24.0 148.0 6.0 1.3 3 30.0 24.0 155.0 6.4 Rata-rata 29.8 24.0 151.0 6.5 1.5 2 1 31.0 26.0 52.0 6.3 2.0 2 31.0 28.0 50.0 6.3 1.8 3 31.0 27.0 44.0 6.4 Rata-rata 31.0 27.0 48.7 6.3 1.9 3 1 30.6 20.0 70.0 6.3 3.7 2 30.8 21.0 85.0 6.2 3.7 3 30.8 21.0 65.0 6.4 Rata-rata 30.7 20.7 73.0 6.3 3.7 4 1 30.3 15.0 85.0 6.1 4.1 2 30.2 15.0 90.0 6.1 3.9 3 30.2 16.0 87.0 6.1 Rata-rata 30.2 15.3 87.3 6.1 4.0 5 1 31.3 28.0 74.0 6.2 3.8 2 31.3 28.0 60.0 6.3 3.9 3 31.3 30.0 83.0 6.3 Rata-rata 31.3 28.7 72.3 6.3 3.9
70
LAMPIRAN 2. Kecepatan Arus di Stasiun Pengamatan.
Titik Posisi Arus
(m/det) Arah S E TK1 268274 12061015 1.0 utara TK2 268475 12061028 1.1 utara TK3 268666 12061007 1.2 utara TK4 268788 12061067 1.0 utara TK5 268915 12061054 1.1 utara TK6 268391 12061489 1.0 utara TK7 268561 12061551 1.2 utara TK8 268646 12061571 1.0 utara TK9 268744 12061601 1.2 utara TK10 266875 12061629 1.1 utara TK11 267561 12064165 1.0 utara timur TK12 267704 12064269 0.6 utara timur TK13 267816 12064402 1.0 utara timur TK14 257919 12064587 1.0 utara timur TK15 268048 12064780 1.1 utara timur TK16 266778 12062720 0.6 utara TK17 267000 12065692 0.6 utara TK18 267137 12065715 1.0 utara TK19 267344 12065717 0.6 barat TK20 267446 12065681 1.0 barat
71
LAMPIRAN 3. Analisis jenis sedimen.
STASUIN 1