LANDASAN TEORI
D. Teori Pendapatan Asli Daerah
4. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Sektor Pertanian dan Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan
Dalam penelitian Santosa dan Rahayu (2005) Mengatakan
Hubungan antara PAD dengan PDRB merupakan hubungan
fungsional, karena PDRB merupakan fungsi dari PAD. Dengan
meningkatnya PDRB maka akan menambah penerimaan pemerintah
daerah untuk membiayai program-program pembangunan. Selanjutnya
akan mendorong peningkatan pelayanan pemerintah daerah kepada
masyarakat yang diharapkan akan dapat meningkatkan
produktivitasnya.
Dalam PDRB (Pendapatan Daerah Regional Bruto) terdapat
beberapa sektor yang menjadi potensi dalam meningkatan Pendapatan
Asli Daerah yang mana masing-masing potensi dapat menjadi sektor
yang unggul pada setiap daerah dan juga di setiap daerah memiliki
sektor potensi yang menjadi sektor unggulan berbeda dengan daerah
lainnya79.
Ketika sektor unggulan dari suatu daerah mengalami
peningkatan yang signifikan selain dapat meningkatkan Pedapatan
Asli Daerah juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
ada di daerah karena melihat sektor yang ada di PDRB (Pendapatan
Daerah Regional Bruto) merupakan sektor yang masuk kedalam
bagian dari lahan usaha.
Dari analisis total PDRB selama beberapa tahun maka dapat
disipulkan bahwa sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten
Pringsewu. ada sektor pertanian dan sektor industri pengolahan yang
juga akan membantu meningkatkan realisasi pendpatan asli daerah
selain menjadi lahan usaha dalam PDRB.
5. Potensi Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian potensi asli daerah
Potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk
lebih berkembang. Potensi daerah adalah kemampuan daerah
untuk lebih berkembang.80 Potensi daerah berkaitan erat dengan
kemampuan baik kemampuan intelektual maupun kemampuan
fisik. Kemampuan intelektual (intellectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai ktifitas
mental berfikir, menalar dan memecahkan masalah. Baik
berkenaan dengan kemampuan masyarakat aupun pemerintah
daerah.
80Raharjo adisasmita, pengembangan wilayah: konsep dan teori ,(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2008), h. 28
80
Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina,
keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa. Baik
karakteristik dari sisi geografis, indeks pembangunan manusia,
sosial budaya dan keamanan. Kegiatan ekonomi suatu tempat
berkaitan erat dengan potensi suatu daerah. Segla sesuatu yang
ada di suatu daerah yang dapat dimanfaatkan lebih jauh
dinamakan potensi daerah. Tanah yang subur, pemandangan
alam yang indah, laut yang kaya akan ikan merupakan contoh
potensi yang ada di suatu daerah. Selain itu keindahan kesenian
dan aneka budaya yang ada di suatu daerah juga merupakan
potensi daerah.
b. Sumber Potensi pendapatan asli daerah
1) Potensi Alam
Potensi alam merupakan kenampakan alam beserta sumber
daya alam yang terdapat di suatu daerah.
Di Indonesia potensi alam dapat dibedakan menjadi tiga:
a) Potensi alam wilayah daratan, pada umumnya
wilayah daratan di Indonesia sangatlah subur.
Didalamnya terdapat kekayaan alam seperti minyak
bumi, gas alam, emas, tembaga dan bahan mineral
b) Dataran rendah, dalam hal ini dataran rendah
merupakan daratan yang memiliki 0-200 meter di
atas permukaan laut. Daratan rendah biasanya
terletak dekat laut. Dataran rendah sering di
manfaatkan untuk pemukiman penduduk, pertanian,
pertambangan dan perdagangan. Tanaman yanga
cocok tumbuh di dataran rendah antara lain padi dan
palawija. Dataraan rendah di Indonesia banyak
didirikan tempat perkotaan dan pusat industri, selain
karena letaknya strategis dekat dengan laut,
jalan-jalan di dataran rendah juga lebih mudah tidak naik
turun seperti di pegunungan.
c) Dataran tinggi, hal ini merupakan daratan luas yang
ketinggiannya mencapai 200 meter di atas
permukaan air laut. Dataran ini di manfaatkan untuk
usaha perkebunan dan tempat wisata. Tanaman yang
cocok untuk usaha perkebunan di dataran tinggi
antara lain teh, kopi, cengkeh dan sayuran.
d) Potensi alam wilayah perairan, yang terdiri dari laut
dan perairan darat.
e) Potensi alam wilayah udara, wilayah udara
merupakan wilayah yang berada di atas suatu
82
udaranya untuk kebutuhan negaranya. Negara lain
tidak boleh sembarang masuk ke wilayah udara lain
suatu Negara.
Jika hendak mengambil manfaat harus dengan seizing
Negara yang bersangkutan. Indonesia memiliki wilayah
udara yang cukup luas. Dengan wilayah udara ini kita dapat
memanfaatkan untuk lalulintas udara, sebagai sarana
komunikasi dan olahraga udara. Pada wilayah udara ini juga
terdapat matahari yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
b. Potensi sosial budaya
Potensi sosial budaya merupakan potensi yang
terdapat di kehidupan masyarakat. Berbagai jenis kesenian
dan adat istiadat merupakan contoh potensi sosial budaya.
a) Kesenian daerah, bentuk-bentuk kesenian yang ada
di suatu daerah, antara lain seni tari tradisional, seni
pertunjukan, seni musik tradisional dan seni rupa.
b) Tradisi atau adat istiadat, dalam hal ini tradisi atau
adat istiadat merupakan kebiasaan yang dilakukan
secara turun temurun oleh suatu masyarakat.
c. Potensi sumber daya manusia
Selain sumber daya alam, sumber daya manusia
potensi daerah. Sumber daya manusia adalah seseorang
yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap
tujuan pencapaian tujuan yang ditetapkan dan harus
tercapai di dalam suatu organisasi.
Jumlah manusia yang banyak dan berkwalitas sangat
bermanfaat dalam kegiatan ekonomi. Berkualiatas artinya
memiliki keterampilan, terdidik dan terlatih. Salah satu
sumber daya organisasi yang memiliki peran penting
dalam mencapai tujuannya adalah sumber daya manusia.
Oleh karena itu pentingnya peran manusia dalam
kompetisi baik dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang dalam agenda bisnis, suatu organisasi
harus memiliki nilai lebih.
Pemanfaatan potensi daerah dalam kegiatan
ekonomi berdasarkan beberapa potensi daerah yang telah
dijelaskan, baik dari potensi sumber daya alam, sosial
budaya dan sumber daya manusia. Semua potensi tersebut
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia
84 BAB III