2.1.3 Pengeluaran Pemerintah
2.1.3.2 Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi Due (1968) mengemukakan bahwa pemerintah dapat mempengaruhi
tingkat PDB nyata dengan mengubah persediaan berbagai faktor yang dapat dipakai dalam produksi melalui program-program pengeluaran pemerintah seperti pendidikan.
Landau (1986) membuktikan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang militer dan pendidikan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara untuk pendidikan sendiri berkorelasi kuat dan investasi pemerintah berkorelasi positif tetapi tidak signifikan. Lin (1994) mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDB) dengan laju yang semakin mengecil. Lin juga menyatakan bahwa Hukum Wagner hanya berlaku untuk negara maju.
Pengeluaran Pemerintah dapat ikut mendorong pergerakan ekonomi melalui penyerapan tenaga kerja dan barang modal dalam bidang pembangunan infrastruktur sosial (kesehatan, pendidikan, dan fasilitas umum/publik) yang dianggarkan dalam belanja pembangunan. Melalui anggaran rutin, khusunya belanja rutin pegawai yang berupa gaji pegawai, pemerintah dapat mendorong perekonomian melalui konsumsi masyarakat.
2.1.4 Inflasi
Semua Negara dan daerah di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi. Tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu Negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya maslah ekonomi yang dihadapi suatu Negara.
Inflasi adalah presentasi kenaikan harga - harga barang dalam periode waktu tertentu (Sadono Sukirno, 2011). Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga karena musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi.
Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Dengan kata lain proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang dapat disediakan masyarakat sehingga proses perebutan ini
akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang yang tersedia (inflationary gap).
Menurut Gilarso (2008), inflasi adalah sebagai kenaikan harga umum, yang besumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang. Sedangkan menurut Asfia (2013), inflasi adalah kenaikan harga umum atau suatu fenomena ekonomi yang berkaitan dengan terjadinya penurunan nilai uang yang ditandai dengan kenaikan harga hampir semua barang dalam waktu yang lama.
Menurut Gilarso (2008), inflasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor dinataranya yaitu :
a. Segi Produksi atau arus barang (segi supply) b. Segi Permintaan (demand)
c. Segi Harga d. Segi Uang
Menurut Samuelson dan Nordous (1998) ada beberapa faktor penyebab terjadinya inflasi yaitu : (ii) Inflasi tarikan permintaan (Demand Pull Inflation) merupakan perubahan pada permintaan agregat. Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik hingga keatas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. Salah satu teori inflasi tarikan-permintaan yang berpengaruh menyatakan bahwa jumlah uang beredar adalah determinan utama inflasi.
Alasan dibalik pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan permintaan agregatif, yang pada gilirannya meningkatkan
tingkat harga. (ii) Inflasi Dorongan Biaya (Cost Push Inflation) yang diakibatkan oleh adanya kenaikan terhadap biaya produksi. Penambahan biaya produksi mendorong peningkatan harga walaupun menghadapi resiko pengurangan terhadap permintaan barang yang diproduksinya yang dapat menimbulkan adanya resesi.
Sedangkan faktor-faktor yang menyababkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh : (i) Domestic Inflation, yaitu tingkat inflasi yang terjadi kerena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri (ii)
Imported Inflation, yaitu tingkat infasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum.
Inflasi dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi di mana para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian. Di samping itu inflasi juga bias memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat akibat menurunnya daya beli masyarakat secara umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu distribusi pendapatan pun semakin buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian yang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bersemangat dalam bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi infalsi tak terkendali (hyper inflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, dan mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Inflasi dapat dikelompokan menjadi tiga kategori (Asfia, 2013), yaitu :
a. Moderat Inflation adalah inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat.
b. Galloping Inflation adalah inflasi yang ditimbulkan dari adanya gangguan - gangguan serius terhadap perekonomian dan timbulnya distorsi - distorsi besar dalam perekonomian.
c. Hyper Inflation adalah Inflasi yang sangat tinggi.
Menurut Boediono (1985) diukur tingkat keparahan, inflasi dibedakan menjadi Inflasi ringan (di bawah 10% setahun), Inflasi sedang (antara 10- 30% setahun), Inflasi berat (antara 30-100% setahun), Hiperinflasi (di atas 100% setahun). Menurut Boediono (1985) berdasarkan asal dari inflasi, dibedakan menjadi yaitu Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
timbul karena kenaikan harga-harga di negara-negara langganan berdagang negara kita.
Inflasi dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain sebagai berikut :
a. Inflasi mengubah distribusi pendapatan. Ketika terjadi inflasi, riil income masyarakat turun dan mereka terpaksa melakukan redatribusi pendapatan yang diterimanya. Inflasi juga mempengaruhi perubahan kekayaan yang dimiliki masyarakat secara individual.
b. Inflasi berpengaruh terhadap debitor dan kreditor. Debitor mendapat keuntungan atas penderitaan kreditor selama inflasi.
c. Inflasi mempengaruhi efisiensi dalam kegiatan ekonomi. Inflasi mengurangi efisiensi ekonomi karena menimbulkan distorsi harga yaitu suatu kondisi harga produk berada dibawah biaya produksi. Inflasi menyebabkan para pengusaha untuk mengalkulasikan harga dan mengubah ulang label-label harga yang tidak efisien.
d. Inflasi mengakibatkan turunnya pertumbuhan ekonomi. Ketidakstabilan harga disaat inflasi berdampak terhadap keengganan investor berinvestasi. Merosotnya jumlah inflasi dalam suatu kegiatan ekonomi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.