• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan penyidik dengan pengadilan negeri

MODUL 05 SISTEM DAN HUBUNGAN ANTAR PENEGAK HUKUM DI

3. Hubungan penyidik dengan pengadilan negeri

KUHAP 82 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI (PERBATASAN) 4. Hubungan penyidik Polri dengan penyidik PNS;

5. Hubungan penyidik Polri dengan penasihat hukum.

Metode Pembelajaran

1. Metode ceramah.

Metode ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang sistem dan hubungan anter penegak hukum di Indonesia .

2. Metode Brainstorming (curah pendapat).

Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat peserta didik tentang materi yang akan disampaikan.

3. Metode diskusi.

Metode ini digunakan untuk mendiskusikan materi yang di berikan oleh pendidik ke dalam sebuah kelompok.

4. Metode tanya jawab.

Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan.

5. Metode penugasan.

Metode ini digunakan untuk menugaskan peserta didik meresume materi yang telah diberikan.

Alat/Media, Bahan Dan Sumber Belajar

1. Alat/media:

a. Whiteboard;

b. Papan Flipchart;

c. LCD/proyektor;

d. Laptop.

2. Bahan:

a. Alat tulis;

b. Kertas.

3. Sumber belajar:

a. Undang-Undang Dasar tahun 1945;

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1981

KUHAP 83 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI (PERBATASAN) tentang KUHAP;

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2001 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2003 tentang advokat;

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman;

f. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan;

g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2009 tentang Mahkamah Agung;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2010 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit

Pendidik melaksanakan apersepsi dengan kegiatan:

a. Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi materi sebelumnya;

b. Pendidik mengaitkan materi yang sudah disampaikan dengan materi yang akan disampaikan;

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada modul ini.

2. Tahap inti : 70 menit

a. Pendidik menyampaikan materi tentang sistem dan hubungan antar penegak hukum di Indonesia;

b. Peserta didik menyimak, mencatat hal-hal yang dianggap penting;

c. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya materi yang belum dipahami;

d. Peserta didik bertanya kepada pendidik tentang materi yang belum dimengerti;

e. Pendidik menjawab pertanyaan peserta didik;

f. Pendidik membagi kelas menjadi 3 kelompok untuk mendiskusikan materi yaitu:

1) Kelompok 1 mendiskusikan tentang hubungan penyidik

KUHAP 84 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI (PERBATASAN)

dengan penuntut umum;

2) Kelompok 2 mendiskusikan tentang hubungan penyidik dengan pengadilan;

3) Kelompok 3 mendiskusikan tentang hubungan penyidik Polri dengan penyidik PPNS.

g. Peserta didik melaksanakan diskusi sesuai instruksi pendidik;

h. Pendidik menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan kepada peserta didik.

3. Tahap akhir : 10 menit a. Cek penguatan materi

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum.

b. Cek penguasaan materi

Pendidik mengecek penguasaan materi dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.

c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas

Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari materi yang disampaikan.

d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk meresume materi yang telah disampaikan.

4. Tahap ujian (tes sumatif): 90 menit

KUHAP 85 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI (PERBATASAN)

Tagihan / Tugas

1. Peserta didik mengumpulkan hasil diskusi;

2. Peserta didik mengumpulkan resume materi yang telah disampaikan.

Lembar Kegiatan

1. Pendidik membagi kelas ke dalam beberapa kelompok untuk untuk mendiskusikan materi yang telah ditentukan;

a. Kelompok 1: hubungan penyidik dengan penuntut umum;

b. Kelompok 2: hubungan penyidik dengan pengadilan;

c. Kelompok 3: hubungan penyidik Polri dengan penyidik PPNS;

2. Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk meresume materi yang telah disampaikan.

KUHAP 86 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI (PERBATASAN)

Bahan bacaan

SISTEM DAN HUBUNGAN

ANTAR PENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA

1. Sistem penegakan hukum di Indonesia

Sistem Penegakan Hukum di Indonesia telah diatur secara tegas dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1981), dimana Sistem Penegakan Hukum tersebut dikenal dengan Criminal Justice System yang fungsi dan peran pada masing-masing Penegak Hukum tersebut telah diatur secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tersebut.

Adapun Lembaga Penegakan Hukum tersebut, antara lain adalah Polri/PNS selaku Penyidik, Jaksa selaku Penuntut Umum dan Hakim selaku Pemeriksa dan yang memutus perkara di Sidang Pengadilan, yang memainkan peran masing-masing sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam Ketentuan Perundang-undangan.

Contoh :

a. Cara bagaimana Penyidik (Polri) melakukan Penyidikan.

b. Cara bagaimana Penuntut Umum (Jaksa) melakukan Penuntutan.

c. Cara bagaimana Hakim; menerima, memeriksa dan memutus suatu Perkara.

d. Cara bagaimana Penuntut Umum (Jaksa) dalam melaksanakan Putusan Hakim.

Penasihat Hukum dalam penegakan Hukum juga berperan sesuai dengan hak dan kewajibannya yang diatur secara tegas didalam Hukum Acara Pidana. Dengan demikian Penasihat Hukum juga dapat digabungkan dalam Criminal Justice System, walaupun secara formal Penasihat Hukum bukanlah sebagai Alat Negara Penegak Hukum sebagaimana kedudukan dari Polri/PNS selaku Penyidik, Jaksa selaku Penuntut Umum dan Hakim selaku Pemeriksa dan Pemutus Perkara di Sidang Pengadilan.

2. Hubungan penyidik dengan penuntut umum a. Pasal 109 ayat (1) KUHAP

Dalam hal Penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu

KUHAP 87 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI (PERBATASAN)

peristiwa yang merupakan tindak pidana, Penyidik memberitahukan hal itu kepada Penuntut Umum.

b. Pasal 109 ayat (2) KUHAP

Dalam hal Penyidik menghentikan penyidikan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi Hukum, maka Penyidik memberitahukan hal itu kepada Jaksa Penuntut Umum, dan tersangka atau keluarganya.

c. Pasal 24 ayat (2) KUHAP

Apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, jangka waktu penahanan yang telah ditetapkan oleh Penyidik selama (20 hari), dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum yang berwenang untuk paling lama 40 hari.

d. Pasal 110 ayat (1) KUHAP

Dalam hal Penyidik telah selesai melakukan penyidikan, Penyidik wajib segera menyerahkan Berkas Perkara itu kepada Penuntut Umum.

e. Pasal 110 ayat (2) KUHAP

Dalam hal Penuntut Umum berpendapat, bahwa hasil penyidikan tersebut ternyata masih kurang lengkap, Penuntut Umum segera mengembalikan Berkas Perkara itu kepada Penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi.

Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Penegakan Hukum Pidana di Indonesia dilaksanakan dalam suatu sistem yang dikenal dengan

“CRIMINAL JUSTICE SYSTEM”. Hal ini menggambarkan hubungan koordinasi antar sesama Penegak Hukum, baik dalam Lembaga Ketatanegaraan maupun Lembaga Formal yang bukan Struktural Ketatanegaraan.

3. Hubungan penyidik dengan pengadilan negeri a. Pasal 33 ayat (1) KUHAP

Dengan Surat Izin Ketua Pengadilan Negeri setempat, Penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan penggeledahan rumah yang diperlukan.

b. Pasal 38 ayat (1) KUHAP

Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh Penyidik dengan Surat Izin Ketua Pengadilan Negeri setempat.

c. Pasal 47 ayat (1) KUHAP

KUHAP 88 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI (PERBATASAN)

Penyidik berhak membuka, memeriksa dan menyita surat lain yang dikirim melalui kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan lainnya, jika benda tersebut dicurigai dengan alasan yang kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang sedang diperiksa dengan Izin Khusus yang diberikan dari Ketua Pengadilan Negeri.

d. Pasal 205 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP

yang diperiksa menurut Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan, ialah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penginaan ringan keuali yang ditentukan dalam paragraf 2 bagian ini. Ayat (1)

dalam perkara sebagimana dimaksud dalam ayat (1), penyidik atas kuasa penuntu umum, dalam waktu 3 hari sejak berita acara pemeriksaan selesai dibuat, menghadapkan terdakwa beserta barang bukti, saksi, ahli dan atau juru bahasa ke sidang pengadilan. Ayat (2)

e. Pasal 211 - 216 KUHAP

1) Pasal 211. Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan pada paragraf ini ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan.

2) Pasal 212. Untuk perkara pelanggaran lalu lintas jalan tidak diperlukan berita acara pemeriksaan, oleh karena itu catatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 207 ayat (1) huruf a segera diserahkan kepada pengadilan selambat-lambatnya pada kesempatan hari sidang pertama berikutnya.

3) Pasal 213. Terdakwa dapat menunjuk seorang dengan surat untuk mewakilinnya di sidang.

4) Pasal 214.

(a) Ayat (1) jika terdakwa atau wakilnya tidak hadir di sidang, pemeriksaan perkara dilanjutkan

(b) Ayat (2) dalam hal putusan diucapkan di luar hadirnya terdakwa, surat amar putusan segera disampaikan kepada terpidana

(c) Ayat (3) bukti bahwa surat amar putusan telah disampaikan oleh penyidik kepada terpidana, diserahkan kepada panitera untuk dicatat dalam buku register.

KUHAP 89 PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BINTARA POLRI (PERBATASAN)

(d) Ayat (4) dalam hal putusan dijatuhkan di luar hadirnya terdakwa dan putusan itu berupa pidana perampasan kemerdekaan, terdakwa dapat mengajukan perlawanan.

(e) Ayat (5) dalam waktu tujuh hari sesudah putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa, ia dapat mengajukan perlawanan kepada pengadilan yang menjatuhkan putusan itu.

(f) Ayat (6) dengan perlawanan itu putusan di luar hadirnya terdakwa menjadi gugur.

(g) Ayat (7) setelah panitera memberitahukan kepada penyidik tentang perlawanan itu hakaim menetapkan hari sidang untuk memeriksa kembali perkara itu.

(h) Ayat (8) jika putusan setelah diajukan perlawanan tetap berupa pidana sebagimana dimaksud dalam ayat (4), terhadap putusan tersebut terdakwa dapat mengajukan banding

5) Pasal 215. Pengembalian benda sitaan dilakukan tanpa syarat kepada yang paling berhak, segera setelah putusan dijatuhkan jika terpidana telah memenuhi isi amar putusan.

6) Pasal 216. Ketentuan dalam pasal 210 tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan paragraf ini.

Dokumen terkait