• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM

D. Hubungan Republika dengan Pemerintah

Dalam buku “Republika: 17 Tahun Melintasi Zaman” karya Anif Punto Utomo, disebutkan bahwa sebelum diakuisisi oleh Mahaka Media, Republika memiliki sikap membela pemerintahan atau partai politik tertentu. Pada era kepemimpinan Soeharto, Republika menjadi oposisi. Berbeda ketika masa pemerintahan B.J Habibie, Republika tampil menjadi pendukung utama. Hal ini terjadi karena adanya kedekatan khusus antara Republika dengan B.J Habibie. Ketika Gus Dur menjadi orang nomor satu di Indonesia, Republika awalnya mendukung, kemudian akhirnya menjadi oposisi. Terakhir pada awal-awal pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dukungan Republika terhadap pemerintahan dapat dilihat dari penganugerahan penghargaan Tokoh Perubahan 2005 ke SBY.6 Republika tidak selalu bersikap netral, tapi memberikan dukungan pada pihak-pihak yang dianggap menguntungkan umat Islam Indonesia.

Pada akhir tahun 2000, pasca krisis moneter, daya beli masyarakat menurun dan berimbas pada iklan. Republika sebagai harian politik Islam mengalami penurunan jumlah pengiklan karena sebagian besar

5

Berdasarkan wawacara penulis dengan Redaktur Rubrik Pesta Demokrasi, Muhammad Fakhruddin pada 30 Januari 2015.

6

Anif Punto Utomo,Republika 17 Tahun Melintas Zaman (Jakarta: Harian Umum Republika,2010) h. 52-53

pengiklan memiliki kepentingan politik yang berbeda.7 Saat itulah Republika menjual saham mayoritasnya ke Mahaka Media karena hampir bangkrut dan membutuhkan investasi hingga miliaran. Mahaka Media mengambil alih kepemilikan Republika dari PT Abdi Bangsa dan menjadi pemegang saham mayoritas, yaitu 39,91 persen. Republika yang awalnya berstatus koran politik diganti dengan idiom organisasi bisnis profesional. Pemberitaan yang dimuat Republika pun mengurangi porsi politik dan menambah feature-feature Islami.

Mahaka Media sebagai pemilik baru Republika sangat berbeda dengan ICMI. Sebagaimana tertuang dalam skripsi karya Fajriannoor, Fanani dengan judul “Analisis Kebijakan Redaksional Harian Republika pada Pemberitaan Religio Politik Masa Kampanye Presiden Tahun 2009”, Universitas Diponegoro halaman 27, hasil wawancara dengan Wakil Pimpinan Redaksi Republika Arys Hilman yang menyatakan:

“Mahaka Media ini perusahaan yang bergerak di bidang media massa dengan spesifikasi tertentu, misalnya Republika yang untuk komunitas muslimnya, tapi juga ada misalnya Mahaka itu punya majalah golf, punya koran berbahasa mandarin, semuanya komunitas ya, punya radio yang ditujukan untuk anak muda, namanya Gun FM”8

Mahaka Media adalah perusahaan bisnis media yang orientasinya pada pasar-pasar tertentu, berbeda dengan ICMI yang merupakan organisasi muslim yang melahirkan usaha-usaha bernafas islami seperti Republika dan Bank Muamalat. Mahaka Media didirikan pada 1993

7Ibid.,

h. 53. 8

FananiFajriannoor, skripsi dengan judul “Analisis Kebijakan Redaksional Harian Republika pada Pemberitaan Religio Politik Masa Kampanye Presiden Tahun

oleh empat pengusaha muda yaitu Erick Thohir, Wisnu Wardhana, Muhammad Lutfi, dan Harry Zulnardy. Awal mulanya, perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan dan pertambangan. Kemudian pada 1999 mulai masuk ke dunia bisnis media dengan mendirikan Radion One dan pada tahun 2000 mengakuisisi Republika. Erick Thohir, pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengembangan sayap media dari PT Mahaka menyatakan dalam suatu wawancara dengan Rindi, Kam, dan Aloysius Rebong:

“Grup Mahaka sekarang bergerak di sektor industri dan perkebunan. Itu semua sifatnya alam kan? Mungkin nggak suatu hari nanti alam itu habis? Mungkin dong. Makanya, kita musti memiliki bisnis lain yang market oriented. Lalu, terpikirlah

untuk masuk ke bisnis media”9

Wawancara tersebut memperlihatkan visi dan misi Erick Thohir dan Mahaka Media terhadap Republika. Republika adalah harian yang memiliki market komunitas tertentu dalam masyarakat, yaitu umat Islam. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Mahaka Media, karena sudah memiliki pasar tersendiri.

Meski demikian, visi Republika sebagaimana dijelaskan di awal, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat, mengkritisi tanpa menyakiti, mencerdaskan, mendidik, dan mencerahkan, serta berwawasan kebangsaan. Visi tersebut tidak berubah meski kepemilikan Republika sudah berpindah tangan. Mahaka Media melihat Republika memiliki pasar pembaca yang mumpuni sehingga perubahan terhadap visi media tersebut tidaklah perlu.

9

Rindi/Kam/Aloysius Rebong (2011) Obsesi Erick Thohir di bisnis media dalam http://www.erickthohir.com diunduh pada tanggal 2 Januari 2015 pukul 23.44 WIB

50

TEMUAN DAN ANALISIS

Penelitian ini menggunakan teknik analisis wacana Teun van Dijk. Sebuah wacana terbentuk berdasarkan hasil elaborasi dari teks, kognisi sosial, dan konteks sosial, sebagaimana dijelaskan oleh van Dijk.1

Penulis memaparkan hasil temuan data dari pemberitaan tentang partai politik Islam dalam Ruprik “Pesta Demokrasi” di Harian Republika dengan judul Koalisi Parpol Islam Butuh Tokoh Pengikat (terbit 11 Februari 2014), Parpol Islam Perlu Figur (terbit 13 Februari 2014), Parpol Islam Berminat dengan PDIP (terbit 12 Maret 2014), Elektabilitas Parpol Islam Mampu Usung Capres (terbit 15 Maret 2014), dan Saatnya Tetapkan Capres Islam (terbit 20 Maret 2014).

Penulis melakukan tiga langkah dalam melakukan penelitian ini. Pertama, penulis melakukan bedah teks mulai dari struktur makro, superstruktur, hingga struktur mikro. Kedua, penulis mewawancarai wartawan dan redaktur yang bertanggung jawab terhadap kelima berita tersebut untuk meneliti lebih dalam terkait kognisi sosial pembuat berita. Ketiga, penulis menganalisis konteks sosial yang berkembang di masyarakat yang melatarbelakangi Republika mengangakat wacana tentang parpol

Islam dalam Rubrik “Pesta Demokrasi”.

1

A. Analisis Teks

Analisis Teks Berita Koalisi Parpol Islam Butuh Tokoh Pengikat (terbit 11 Februari 2014)

a. Struktur Makro

Elemen tematik mengarah pada gambaran umum dari suatu teks atau bisa disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dalam teks. Tema juga sering disebut dengan topik karena sama-sama menggambarkan apa yang ingin diungkapkan wartawan dalam pemberitaannya. Ketika meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah, wartawan pasti memiliki sikap mental atau pikiran tertentu. Topik di sini dipahami sebagai mental atau kognisi wartawan dalam membuat sebuah pemberitaan.2

Berita ini mengangkat topik pembahasan mengenai peluang parpol Islam untuk menguasai kursi pemerintahan jika bersatu dalam koalisi. Oleh karena itu, dibutuhkan tokoh pengikat yang mampu menyatukan seluruh parpol Islam. Subtopik yang mendukung berita ini antara lain;

a) Kesamaan Parpol Islam

Era demokrasi membuat masyarakat ramai-ramai membentuk partai politik sebagai sarana partisipasi politik. Pada era ini, lahir banyak partai politik, terutama partai politik dengan ideologi tertentu seperti Islam. Ideologi dan platform yang dianut partai tersebut sama,

2Ibid.

namun partainya berbeda-beda. Dalam berita ini, dijelaskan bahwa parpol Islam memiliki potensi untuk menguasai kursi pemerintahan setelah Pemilu 2014 jika bersatu dalam koalisi. Sayangnya, faktor pemersatu tersebut belum ditemukan, seperti tokoh pemersatu. Belum ada yang dapat menyatukan parpol-parpol tersebut menjadi satu kesatuan dalam koalisi.

b) Sejarah koalisi parpol Islam

Koalisi parpol Islam bukanlah hal baru. Di berita ini sedikit disinggung sejarah pemilu di Indonesia yang menerangkan bahwa perjalanan koalisi parpol Islam selalu melemah di tengah perjalanan sampai akhirnya bubar karena tidak adanya kesatuan visi misi yang jelas. Koalisi parpol Islam terakhir terjadi saat terbentuk koalisi poros tengah yang diusung Amien Rais pada 1999 lalu.

c) Koalisi Poros Tengah Jilid Dua

Pada berita ini dijelaskan saran-saran dari beberapa narasumber agar parpol Islam mewujudkan koalisi poros tengah jilid dua agar dapat memenangkan Pemilu 2014. Cara-cara yang dapat ditempuh juga dijabarkan, antara lain menyusun program bersama, menyamakan kepentingan politis, dan menciptakan saingan bersama.

b. Struktur Superstruktur

Dalam sebuah teks atau wacana, umumnya terdapat skema atau alur yang menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun hingga menjadi satu kesatuan arti. Demikian pula dengan berita,

umumnya skema yang terkandung dalam sebuah berita tidak disusun dengan kerangka linier.

Alur berita dimulai dari paragraf 1,2,3,4 yang berisi pernyataan dari pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris. Ia berpendapat, parpol Islam dapat menguasai kursi pemerintahan jika berkoalisi. Namun, koalisi dirasa sulit terjadi karena tidak ada tokoh pengikat yang menyatukan parpol Islam di Indonesia saat ini. Komentar verbal untuk memperkuat pernyataan tersebut dikutip wartawan pada paragraf dua, “Mereka ini (parpol Islam) tidak punya tokoh. Ada beberapa, tapi didelegitimasi oleh parpol Islam lainnya.” juga

menilai bahwa parpol Islam tidak terlalu diminati karena tidak pernah menunjukkan elektabilitas yang tinggi.

Paragraf 5 dan 6 pernyataan dari Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Ahmad Norma Pertama. Menurutnya, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan poros tengah jilid dua seperti dengan menyusun program bersama, menyamakan kepentingan politis, dan menciptakan saingan bersama. Akan tetapi, ia juga beranggapan koalisi parpol Islam akan sulit terbentuk karena masing-masing dari mereka hanya memikirkan kepentingannya sendiri.

Paragraf 7 dan 8 menutup berita dengan pendapat positif dari Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali yang meyakini koalisi poros tengah bisa terbentuk kembali pada Pemilu 2014.

Sebagaimana dikatakan van Dijk, bahwa skematik merupakan strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Wartawan dapat memilih bagian mana yang dianggap perlu ditonjolkan dalam berita dan mana yang diletakkan di akhir. Pada berita ini, wartawan lebih mengedepankan pernyataan-pernyataan dari tokoh yang menilai koalisi di antara parpol Islam dapat terbentuk. Wartawan mewacanakan ke pembaca, parpol Islam memiliki kesempatan menguasai kursi pemerintahan seusai Pemilu 2014, meskipun koalisi tersebut sulit terwujud karena tidak adanya keberadaan tokoh pengikat.

c. Struktur Mikro

Menurut van Dijk, makna wacana dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar yang digunakan pada suatu teks. Pemakaian kata, kalimat, dan gaya tertentu tidak hanya dipandang sebagai cara berkomunikasi, tapi dipandang sebagai politik komunikasi, suatu cara untuk memengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang.3 Pada analisis struktur mikro, yang harus diperhatikan adalah semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.

3Ibid.

Semantik

Mengamati semantik sebuah berita harus memperhatikan empat elemen utama, yaitu latar, detil, maksud, dan praanggapan.

a) Elemen latar secara umum terdapat pada paragraf 1,2,3, dan 4. Dalam penulisan ini, wartawan menjelaskan pandangan dari pengamat politik yang melihat bahwa parpol Islam tidak terlalu diminati berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei.

b) Elemen detil tidak terdapat dalam berita ini. Tidak ada bagian yang diterangkan lebih dalam oleh wartawan.

c) Elemen maksud terdapat pada paragraf 1,5, dan 7. Wartawan terlihat menekankan pernyataan-pernyataan yang menganggap koalisi poros tengah dapat terbentuk kembali. Berita ini memiliki maksud mengajak pembaca untuk meyakini bahwa parpol Islam dapat menang jika berkoalisi. Meskipun koalisi sulit terbentuk, terdapat cara-cara tertentu yang dapat ditempuh seperti dijelaskan pada paragraf 5 dan 6. Koalisi poros tengah mampu terwujud jika di kalangan parpol Islam terdapat tokoh pengikat seperti dijelaskan di paragraf 2.

d) Elemen praanggapan dapat dilihat pada paragraf 1 di kalimat

“Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI), Syamsuddin Haris, menilai, itu hanya bisa terwujud

apabila parpol Islam peserta pemilu tahun ini bersatu dalam

koalisi.” Kata apabila menjelaskan bahwa koalisi di antara parpol

sebagai praanggapan yang logis atau masuk akal. Meski kenyataannya belum terjadi, koalisi parpol Islam tersebut dapat diterima pembaca.

Sintaksis

Unsur lain yang perlu diamati adalah sintaksis, bagaimana pemilihan kalimat pada suatu teks dilihat dari segi bentuk bahasa dan susunan. Sintaksis dibagi menjadi tiga elemen, yaitu koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti.4

a) Elemen koherensi

Elemen ini dapat dilihat dari kata hubung “meski begitu”di paragraf 1. Wartawan menghubungkan kalimat “Partai Politik

(parpol) Islam sebenarnya berpotensi menguasai kursi pemerintahan seusai Pemilu 2014” dengan kalimat “Pengamat

Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menilai, itu hanya bisa terwujud apabila parpol

Islam peserta pemilu tahun ini bersatu dalam koalisi.”

Pada paragraf 2, kata hubung yang digunakan adalah

“lantaran.” Wartawan melihat adanya hubungan sebab-akibat

pada kalimat “koalisi sulit terealisasi” dengan kalimat “tidak ada tokoh pengikat.” Selain itu, terdapat juga konjungsi “namun” yang menghubungkan kalimat “Menurut Syamsuddin, platform politik parpol Islam punya kesamaan pada satu titik” dengan

4

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h.81-82.

kalimat “koalisi sulit terealisasi lantaran tidak ada tokoh pengikat.”

Di paragraf 5, ditemukan kata hubung “dan” untuk

menghubungkan kalimat yang setara seperti kalimat “menyusun

program bersama”, “menyamakan kepentingan politis”, dan “menciSptakan saingan bersama.”

Pada paragraf 6, wartawan kembali menggunakan konjungsi

meski begitu” untuk menghubungkan kalimat “menciptakan

musuh bersama juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan kondisi parpol lawan yang bukan parpol Islam” dengan “norma berpendapat cara-cara seperti itu belum akan dilirik parpol Islam

sekarang ini”. Di paragraf ini juga ditemukan kata hubung sebab

-akibat “sebab” yang menghubungkan kalimat “norma berpendapat cara-cara seperti itu belum akan dilirik parpol Islam

sekarang ini” dengan “kebanyakan dari mereka hanya

memikirkan perut sendiri.”

Paragraf 7 wartawan kembali menuliskan kata hubung sebab

akibat “alasannya” untuk menghubungkan kalimat “Ketua

Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali yakin koalisi poros tengah bisa kembali terbentuk pada Pemilu

2014” dengan “komunikasi antara pimpinan parpol Islam yang ada di Indonesia saat ini berjalan baik.”

Dalam paragraf terakhir, wartawan menggunakan konjungsi

pada pemerintah saat ini juga sudah terbentuk” dengan “koalisi saat ini dengan nama koalisi poros tengah plus.”

b) Elemen bentuk kalimat

Dilihat secara keseluruhan, berita ini menggunakan kalimat aktif untuk menjabarkan pernyataan-pernyataan dari narasumber yang diwawancarai. Kalimat aktif dapat dilihat pada

kalimat-kalimat berikut: “partai politik (parpol) Islam sebenarnya berpotensi menguasai kursi pemerintahan seusai Pemilu 2014” (paragraf 1); “sebagai entitas suara yang terang, parpol Islam bisa mendominasi peta politik di Indonesia” (paragraf 4); dan “parpol Islam harus mewujudkan poros tengah jilid dua melalui tiga cara, yakni menyusun program bersama, menyamakan kepentingan politis, dan menciptakan saingan bersama” (paragraf 5). Pada tulisan ini, parpol dinyatakan sebagai subyek dari pernyataan atau yang dianggap penting untuk menjelaskan predikat setelahnya. c) Elemen kata ganti

Paragraf 2: kutipan langsung dari pernyataan Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris,

merekaini (parpol Islam) tidak punya tokoh...”

Paragraf 6: kutipan langsung dari pernyataan Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Ahmad Norma Permata, “mereka bisa gunakan kepentingan yang sama, misalnya karena sama-sama tidak ingin tergusur.” Selain

itu juga terdapat pada kalimat “Sebab, kebanyakan dari mereka hanya memikirkan perut sendiri”

Paragraf 8: kutipan langsung dari pernyataan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali, “Kedua, kami,

ketua umum partai Islam, pada saat ini berada di kabinet....”

Kata ganti mereka digunakan pada tulisan ini untuk menjelaskan partai politik Islam. Kata ganti ini menunjukkan di mana posisi narasumber yang diwawancarai, yaitu di luar dari parpol Islam. Sedangkan kata ganti kami yang menjelaskan bahwa tokoh yang diwawancari termasuk dari golongan parpol Islam.

Tabel Analisis Teks Berita Koalisi Parpol Islam Butuh Tokoh Pengikat

(terbit 11 Februari 2014) Struktur Wacana Elemen Temuan Struktur Makro Topik/Tema

Topik pembahasan dalam tulisan ini adalah besarnya peluang parpol Islam untuk menguasai kursi pemerintahan jika bersatu dalam koalisi. Hal ini dapat terwujud dengan hadirnya tokoh pengikat yang mampu menyatukan seluruh parpol Islam.

Struktur Wacana Elemen Temuan Super struktur (Skematik) Skema/Alur

Awal : Pernyataan pengamat politik dari LIPI, Syamsuddin Haris, bahwa parpol Islam berpotensi menguasai kursi pemerintahan

Tengah : Penjelasan pengamat politik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Norma Permata mengenai cara yang dapat ditempuh parpol Islam untuk

mewujudukan Poros Tengah jilid dua Akhir : Pendapat Ketua Umum PPP Suryadharma Ali yang meyakini

kemungkinan terbentuknya koalisi Poros Tengah pada Pemilu 2014

Struktur Mikro (Semantik)

Latar

Elemen latar dapat dilihat pada paragraf 1,2,3, dan 4. wartawan menjelaskan pandangan dari pengamat politik yang melihat bahwa parpol Islam tidak terlalu diminati berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei.

Struktur Wacana

Elemen Temuan

Maksud

Elemen maksud terdapat pada paragraf 1,5, dan 7. Wartawan terlihat menekankan pernyataan-pernyataan yang menganggap koalisi poros tengah dapat terbentuk kembali.

Praanggapan

Praanggapan dapat ditemukan pada paragraf pertama dengan kalimat

pengandaian "apabila”

Struktur Mikro (Sintaksis)

Koherensi

Elemen koherensi dapat dilihat pada berbagai kata hubung yang terdapat dalam berita, seperti kata hubung meski begitu, dan, sebab, alasannya, lantaran, namun.

Bentuk kalimat

Kalimat yang terdapat pada berita ini banyak menggunakan kalimat aktif, dapat dilihat dari penggunaan kata-kata

"menguasai", "mendominasi", "menyusun", "menyamakan", dan "menciptakan"

Kata Ganti

Pengamat politik dalam berita ini menyebut "mereka" untuk menerangkan parpol Islam. Sedangkan Ketua Umum PPP menyebutkan "kami" yang

Struktur Wacana

Elemen Temuan

menandakan dirinya bagian dari parpol Islam

Struktur Mikro (Stilistik)

Leksikon

Pada paragraf 4, wartawan memilih menulis kata "tidak terlalu diminati" untuk menjelaskan pendapat mengenai parpol Islam

Pada analisis teks berita ini, jika ditinjau dari struktur makro, Harian Republika telihat ingin menunjukkan pada pembacanya bahwa parpol Islam masih memiliki peluang untuk berada di kursi pemerintahan dengan cara berkoalisi. Kemungkinan terjadinya koalisi parpol Islam apabila ada tokoh pengikat yang mampu menyatukan seluruh parpol Islam. Republika menunjukkan pada pembaca, bahwa parpol Islam

belum “kalah” dan masih bisa berjuang di kancah perpolitikan Indonesia

dengan cara-cara tertentu.

Pada tingkatan superstruktur, Republika menyajikan pendapat-pendapat dari narasumber yang kompeten di bidangnya seperti Pengamat Politik dan Ketua Umum PPP. Pendapat yang menjadi sorotan penting diletakkan di awal kalimat, sedangkan pendapat-pendapat yang mendukung topik dibiarkan mengalir membentuk sebuah berita yang mengangkat citra parpol Islam.

Tingkatan selanjutnya adalah struktur mikro, dapat dilihat dari latar belakang terbentuknya berita, yakni hasil survei yang menunjukkan tingkat keterpilihan parpol Islam rendah. Maksud dari penulisan berita ini adalah peluang terbentuknya koalisi poros tengah dengan cara-cara tertentu.

Republika sepertinya menyadari bahwa sulit untuk parpol Islam dapat memenangkan suara mayoritas pada Pemilu 2014, satu-satunya cara yang memungkinkan adalah dengan koalisi seluruh parpol Islam. Wacana koalisi parpol Islam dibentuk dalam berita ini agar menjadi pertimbangan bagi parpol Islam. Kenyataannya, hasil Pemilu 2014 lalu menunjukkan apa yang diwacanakan oleh Republika tidak terjadi. Tidak ada tokoh pengikat yang muncul untuk menyatukan parpol Islam dalam sebuah koalisi. Parpol Islam terpecah masing-masing dan gagal memperoleh suara yang signifikan.

Analisis Teks Berita Parpol Islam Perlu Figur (terbit 13 Februari 2014)

a. Struktur Makro

Tema umum dari tulisan ini adalah elektabilitas parpol Islam yang berpotensi naik apabila memiliki figur. Subtopik yang mendukung topik utama berita ini yaitu;

a) Figur yang populer

Elektabilitas parpol Islam diprediksi akan naik tergantung dengan figur sentral di dalamnya. Figur yang populer dibutuhkan ada dalam parpol Islam. Figur tersebut menjadi citra bagi parpol Islam. Jika

figur tersebut berperilaku baik, bersih dari korupsi, maka parpol tersebut diyakini mampu mendulang suara yang tinggi.

b) Usaha-usaha untuk meningkatkan elektabilitas parpol Islam

Konsentrasi setiap parpol menjelang Pemilu adalah meningkatkan elektabilitas, termasuk parpol Islam. Bersaing dengan parpol nasionalis yang perolehan suaranya cukup bersar, Parpol Islam harus memiliki strategi-strategi khusus untuk melaju di Pemilu 2014. Sejumlah upaya yang dapat dilakukan parpol Islam, seperti dijelaskan salah seorang narasumber di berita ini, menonjolkan isu publik dan merebut suara pemilih dari berbagai kalangan dan non-muslim.

b. Struktur Superstruktur (Skematik)

Berita kedua berjudul Parpol Islam Perlu Figur (terbit 13 Februari 2014) dibuka dengan lead “Yang lebih penting, figur parpol Islam harus bersih dari korupsi.” Lead ini menggambarkan isi dari keseluruhan berita, yaitu mengenai figur parpol Islam yang menjadi kunci dalam peningkatan elektabilitas.

Paragraf 1,2, dan 3 berisi pernyataan dari Peneliti Utama Lembaga Survei Jakarta (LSJ) Saiful Syam yang berpendapat, elektabilitas parpol Islam berpotensi naik asal kadernya tidak terlibat korupsi. Komentar verbal dikutip oleh wartawan pada paragraf pertama,

“Peran figur cukup sentral.” Komentar ini menerangkan apa yang ingin

dikedepankan oleh wartawan, yakni figur sangat penting untuk parpol Islam.

Paragraf 4 dan 5 berisi paparan hasil survei LSJ yang menunjukkan bahwa perolehan suara parpol di luar Islam cukup besar. PDI Perjuangan di urutan pertama, diikuti Golkar, Nasdem, Hanura, dan Demokrat.

Paragraf 6,7,8 dan 9 menerangkan pernyataan dari Ketua DPP PKB M Hanif Dhakiri yang meyakini potensi perolehan suara untuk parpol Islam akan tinggi. Ia menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan parpol Islam untuk memaksimalkan perolehan suara, antara lain dengan tidak lagi memainkan isu agama dalam berkampanye, menggaet pemilih dari kalangan muslim dan non-muslim, serta pemilih pemula. Berita ditutup dengan keyakinan parpol Islam mampu meraih suara hingga dua digit.

Pada berita ini, wartawan berusaha mewacanakan kemungkinan

Dokumen terkait