• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Definisi

Hemoglobin adalah salah satu protein yang mengalami glikosilasi membentuk HbA1C. Kadar HbA1C merupakan petunjuk rerata kadar glukosa darah selama 2–3 bulan terakhir. Untuk mengetahui kepatuhan

penderita melakukan pengobatan yang telah ditetapkan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin sel darah merah (Nitin S, 2010).

HbA1C terbentuk pasca-translasi yang berlangsung lambat dan tidak dipengaruhi oleh enzim sepanjang masa hidup eritrosit. Karena itu pada eritrosit yang lebih tua kadarnya lebih tinggi daripada eritrosit yang lebih muda. Hemoglobin bercampur dengan larutan berkadar glukosa tinggi, rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara ireversibel, maka proses ini dinamakan glikosilasi. Glikosilasi terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadar glukosa dalam darah tinggi. Pada orang normal, sekitar 4―6% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi hemoglobin glikosilat atau HbA1C. Pada hiperglikemia yang berkepanjangan, kadar HbA1C dapat meningkat hingga 18―20%. Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen, tetapi kadar HbA1C yang tinggi mencerminkan kurangnya pengendalian diabetes. Setelah kadar normal glikemik menjadi stabil, kadar HbA1C kembali ke normal dalam waktu sekitar 3 minggu (Yulianti et al, 2010).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun Pedoman 2012, nilai HbA1C harus dikontrol di bawah 7% di semua penderita diabetes . Menurut pedoman yang sama, HbA1C sekarang disebut sebagai A1C. Lebih besar dari nilai 7% mengindikasikan kemungkinan

34

peningkatan perkembangan penyakit menjadi komplikasi diabetes, terutama mikrovaskular.

Hasil dari reaksi glikasi albumin yaitu advanced glycation end products

(AGEs) berperan untuk terjadinya komplikasi mikrovaskular dan

makrovaskular pada penderita diabetes melitus. AGEs adalah kelompok senyawa heterogen yang dibentuk dari reaksi nonenzimatik gula tereduksi dengan asam amino dari protein, lemak dan asam nukleat. Produk awal dari reaksi ini disebut Schiff base, yang mana secara spontan membentuk produk Amadori, yang dikenal sebagai hemoglobin A1C. Reaksi awal ini bersifat reversible tergantung dari konsentrasi reaktan. Kadar glukosa darah yang rendah akan melepaskan ikatan glukosa dengan asam amino, sebaliknya kadar glukosa yang tinggi akan menyebabkan efek yang berlawanan, jika menetap. Kecepatan pembentukan AGE tergantung dari konsentrasi gula darah, tingkat stres oksidatif dan waktu pemajanan (Yulianti et al, 2010).

Prinsip pemeriksaan HbA1C adalah mengukur persentasi hemoglobin sel darah merah yang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi nilainya berarti kontrol gula darah buruk dan kemungkinan komplikasi semakin tinggi. Pada orang yang tidak menderita diabetes, kadar HbA1C berkisar antara 4,5 sampai 6%. Jika kadarnya 6,5% atau lebih pada dua pemeriksaan terpisah, maka kemungkinan orang tersebut menderita diabetes. Nilai antara 6 sampai 6,5% menunjukkan keadaan pradiabetes. Penderita diabetes yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama biasanya memiliki

kadar HbA1C lebih dari 9% sedangkan target pengobatan adalah kadar HbA1C sebesar 7% atau kurang (Harefa, 2011).

2. Metode Pemeriksaan

Terdapat beberapa metode yang sering digunakan dalam pemeriksaan ka dar HbA1antara lain:

Metode Kromatografi Pertukaran Ion ( Ion Exchange Chromatography)

Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Metode Agar Gel Elektroforesis

Metode Immunoassay (EIA) Metode Affinity Chromatography

Metode Analisis Kimiawi dengan Kolorimetri Metode Spektrofotometri

3. Bahan atau spesimen

Bahan atau spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan HbA1C adalah sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan. Bagian dari lengan yang diambil darahnya biasanya dari bagian dalam siku atau bagian belakang tangan. Sebelum dilakukan pengambilan darah, tempat yang akan ditusuk harus dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan antiseptik, kemudian tenaga kesehatan membungkus daerah di sekitar lengan atas dengan sebuah band elastis (Bararah, 2011).

36

Selanjutnya, tenaga kesehatan memasukkan dengan perlahan jarum ke dalam vena. Darah dikumpulkan dalam tabung kedap udara yang melekat pada jarum kemudian band elastis dilepaskan agar peredaran darah di daerah lengan atas kembali lancar. Bekas tusukan jarum ditutup untuk menghentikan pendarahan. Darah yang diperoleh dikumpulkan ke dalamtabung gelas kecil yang disebut pipet atau ke strip slide atau strip tes (Bararah, 2011).

4. Penanganan khusus

Tidak terlalu banyak hal-hal khusus yang harus diperhatikan dalam penanganan pemeriksaan HbA1C karena pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja tanpa pasien diwajibkan melakukan puasa terlebih dahulu dan tidak dipengaruhi oleh makanan, obat-obatan serta emosi pasien. Hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pada saat pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan HbA1C, biasanya untuk mengetahui kadar gula seseorang dilakukan cek darah di jari, tetapi untuk melakukan diagnosis diabetes dengan pemeriksaan HbA1C, darah yang diambil berasal dari pembuluh darah di lengan bukan di jari (Bararah, 2011).

Selain itu proses penyimpanan sampel darah setelah diambil dari tubuh pasien harus disimpan dalam tabung atau tube yang steril dan diletakkan pada suhu kamar tidak boleh disimpan dalam lemari es serta tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Apabila baru dipergunakan setelah 24 jam maka perlu ditambahkan pengawet seperti EDTA dan heparin sebagai antikoagulan (Departemen Mikrobiologi, 2010).

5. Keunggulan

Pemeriksaan kadar HbA1C memiliki banyak keunggulan dibandingkan pemeriksaan glukosa darah yaitu antara lain (Harefa, 2011) :

Tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja

Memperkirakan keadaan glukosa darah dalam jangka waktu lebih lama (2-3 bulan) atau tidak dipengaruhi perubahan gaya hidup jangka pendek.

Metode telah terstandarisasi dengan baik dan keakuratannya dapat dipercaya

Variabilitas biologisnya dan instabilitas preanalitiknya lebih rendah dibanding glukosa plasma puasa.

Kesalahan yang disebabkan oleh faktor nonglikemik yang dapat mempengaruhi nilai HbA1C sangat jarang ditemukan dan dapat diminimalisasi dengan melakukan pemeriksaan konfirmasi diagnosis dengan glukosa plasma.

Pengambilan sampel lebih mudah dan pasien merasa lebih nyaman. Lebih stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa plasma puasa.

Memiliki keterulangan pemeriksaan yang jauh lebih baik dibanding glukosa puasa

Lebih direkomendasikan untuk pemantauan pengendalian glukosa Level HbA1C berkorelasi dengan komplikasi diabetes sehingga lebih baik dalam memprediksi komplikasi mikro dan makrokardiovaskular.

38

6. Kekurangan

Selain keunggulan, pemeriksaan kadar HbA1C juga memiliki beberapa keterbatasan antara lain (Harefa, 2011) :

Saat interpretasi HbA1C bermasalah, maka pemeriksaan glukosa puasa dan postprandial dianjurkan untuk tetap digunakan.

Meningkat seiring bertambahnya usia, akan tetapi seberapa besar perubahan dan pengaruh usia terhadap peningkatan HbA1C belum dapat dipastikan.

Harganya lebih mahal dibandingkan pemeriksaan glukosa.

Etnis yang berbeda memiliki sensitivitas dan spesifisitas HbA1C yang berbeda, diduga mungkin berkaitan dengan: perbedaan genetik dalam konsentrasi hemoglobin (Hb), tingkat kecepatan glikasi (perbedaan tingkat kecepatan glukosa masuk dalam eritrosit, kecepatan penambahan atau lepasnya glukosa dari hemoglobin) dan masa hidup/daya tahan serta jumlah sel darah merah.

III. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait