• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Hubungan Terpaan Media Televisi dengan Perilaku Belajar Kognitif

Efek kognitif komunikasi masa menurut Robert (2003) dalam Kurniasih (2006) yaitu komunikasi masa secara tidak langsung menimbulkan perilaku tertentu tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan dan citra. Inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku. Media massa bekerja

untuk menyampaikan informasi dan informasi itu dapat membentuk,

mempertahankan atau meredefinisikan citra. Media menampilkan realitas yang sudah diseleksi (realitas tangan kedua), misalnya televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh lain dan karena seseorang tidak dapat dan tidak sempat mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media sehingga cenderung menerima informasi itu hanya berdasarkan pada apa yang dilaporkan media. Akhirnya seseorang membentuk citra tentang lingkungan sosial seseorang berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa.

Isnaini (2006) menyatakan bahwa selama ini, usaha untuk menjadikan televisi sebagai media pembelajar, masih berporos pada bagaimana cara program televisi sebagai media penyampai pesan belajar melalui program-program pendidikan di

televisi, seperti ide awal munculnya Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan beberapa program Aku Cinta Indonesia (ACI), Cerdas-cermat dan Televisi-edukasi yang yang diluncurkan Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom) tahun 2004 dan direlai di seluruh kabupaten di Indonesia tahun 2006. Lebih lanjut Isnaini (2006) menyatakan bahwa semua program televisi sebenarnya memiliki nilai edukasi yang dapat digali dan diintegrasikan dalam rangka membangun karakter siswa ataupun individu. Dengan menggunakan teori belajar “penguatan positif” dan “penguatan negatif” dapat digunakan untuk membuat stategi pembelajaran yang diminati oleh siswa.

Isnaini (2006) menyatakan bahwa televisi dapat membawa dampak buruk pada anak-anak, salah satunya televisi dapat mengurangi semangat belajar. Bahasa televisi yang simpel, memikat dan membuat ketagihan sangat mungkin membuat anak menjadi malas belajar. Hal ini berikutnya akan membentuk pola pikir yang sederhana pada anak. Terlalu sering menonton televisi dan malas membaca menyebabkan anak memiliki pola pikir sederhana, tidak kritis, linier atau searah yang pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi intelektual, kreativitas dan perkembangan kognitifnya. Televisi juga dapat mengurangi konsentrasi anak, rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar tujuh menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan. Hal ini dapat membatasi daya konsentrasi anak.

Melihat realita di atas, maka guru dan orang tua harus berinisiatif untuk membangun karakter anak dengan memanfaatkan, dan menjadikan televisi sebagai mitra dalam pembelajaran. Guru dan orang tua harus secara aktif mendesain sistem dan strategi untuk menjadikan tayangan televisi sebagai pembelajaran bahkan mendesak untuk memasukan program ini dalam mata pelajaran yang berlaku secara nasional.

Sadiman (1984) menyatakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengajak pembelajar untuk mengemukakan pengalamannya menonton televisi misalnya: 1) Apa program/ tayangan yang ditonton? 2) Kesimpulan apa yang dapat diambil? 3) Hikmah apa yang dapat disarikan? 4) Apakah pernah mengalami hal yang sama/ mirip dengan yang ditayangkan? dan 5) Pendapat pembelajar terhadap

tayangan. Selanjutnya guru/ orang tua dapat mengajak pembelajar untuk berdiskusi mengenai tayangan yang ditontonnya dengan harapan diskusi dapat meningkatkan daya apresiasinya. Hal ini sangat efektif dilakukan jika dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu yang kental dengan nuansa nilai seperti PPKN dan Pendidikan Agama.

Menurut Sadiman (1984) kelebihan-kelebihan televisi sebagai media pendidikan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Televisi dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau membatasi semua bentuk media lain, menyesuaikan dengan tujuan.

2. Televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak karena mereka mengenalkannya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka.

3. Televisi dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton. Seperti halnya film, televisi menyajikan informasi visual dan lisan secara simultan.

4. Televisi memiliki realitas dari film, tapi juga memiliki kelebihan yang lain yaitu

immediancy (objek yang baru saja ditangkap kamera dapat segera

dipertontonkan).

5. Sifatnya langsung dan nyata. Dengan televisi anak dapat tahu kejadian-kejadian mutakhir, mereka dapat mengadakan kontak dengan orang-orang besar / tertentu dalam bidangnya, melihat dan mendengarkan mereka berbicara.

Kelebihan-kelebihan televisi tersebut akan membuat program yang

menyampaikan hal-hal mengenai pendidikan akan mudah diterima oleh anak-anak sehingga pada akhirnya akan menambah pengetahuan anak tersebut. Guru dan orang tua harus secara aktif mendesain sistem dan strategi untuk menjadikan tayangan televisi sebagai pembelajaran bahkan mendesak untuk memasukan program ini dalam mata pelajaran yang berlaku secara nasional. Salah satunya dengan mengajak pembelajar untuk mengemukakan pengalamannya menonton televisi

Televisi dapat pula membawa dampak buruk pada kegiatan belajar kognitif anak-anak, salah satunya televisi dapat mengurangi semangat belajar. Bahasa televisi yang simpel, memikat dan membuat ketagihan selain dapat mendukung perilaku

belajar kognitif anak ternyata juga sangat mungkin membuat anak menjadi malas belajar. Anak-anak menjadi malas membaca sehingga menyebabkan anak memiliki pola pikir sederhana, tidak kritis, linier atau searah yang pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi intelektual, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.

Selain itu banyaknya program yang tidak cocok dengan usia anak-anak menyebabkan tambahan pengetahuan yang diperoleh anak dapat dikatakan tidak baik/ tidak cocok untuk anak tersebut sehingga nanti akan berpengaruh pada kepercayaan/keyakinan anak tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikap anak.

Adapun keterkaitan antara variabel-variabel tersebut, tersaji dalam kerangka pemikiran di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Gambar 1 di atas menjelaskan bahwa karakteristik individu seperti usia, uang saku dan waktu luang mempengaruhi terpaan media televisi pada anak SD. Selain

Lingkungan Sosial: Sekolah (guru, teman sekolah) Tetangga dan teman sepermainan Keluarga Karakteristik individu: Usia Uang saku Waktu luang Terpaan Media Televisi: • frekuensi penggunaan • durasi penggunaan • pilihan pesan Belajar Kognitif: • penguasan materi • tambahan pengetahuan Faktor Psikologi: Sikap Bakat Minat • Motivasi

karakteristik individu, lingkungan sosial seperti sekolah (guru dan teman sekolah), tetangga dan teman sepermainan serta keluarga juga tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan terpaan media televisi pada anak SD.

Faktor psikologi dan lingkungan sosial juga ikut serta mempengaruhi perilaku belajar kognitif. Faktor psikologi yang mempengaruhi belajar kognitif adalah aspek yang meliputi sikap, bakat, minat dan motivasi. Dilihat dari lingkungan sosial, yang dapat digolongkan menjadi hal yang mempengaruhi perilaku belajar kognitif adalah lingkungan sekolah (guru dan teman sekolah), tetangga dan teman sepermainan, serta keluarga.

Terpaan media sendiri akan mempengaruhi perilaku belajar kognitif pada anak. Terpaan media pada anak dapat dilihat dari frekuensi dan durasi anak menggunakan televisi dalam sehari sedangkan pengaruh dengan perilaku belajar dapat dilihat dari aspek banyaknya materi yang didapat dan tambahan pengetahuan yang diperoleh. Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

H1= Terdapat hubungan signifikan antara karakteristik individu dan terpaan media

pada anak.

H2= Terdapat hubungan signifikan antara lingkungan sosial dan terpaan media pada

anak.

H3= Terdapat hubungan signifikan antara faktor psikologi dan perilaku belajar

kognitif pada anak.

H4= Terdapat hubungan signifikan antara lingkungan sosial dan perilaku belajar

kognitif pada anak.

H5= Terdapat hubungan signifikan antara terpaan media televisi dan perilaku belajar

Dokumen terkait