• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PANDANGAN IBNU TAIMIYAH TERHADAP TINDAK PIDANA

E. Hudud menurut Ibnu Taimiyah

39

syariat tentang keharaman khamr yang berasal dari lima bahan: anggur, kurma, madu, gandum, dan jerawut. Dan apa yang di sebut khamr adalah sesuatu yang merusak akal.‛

Ibnu Taimiyah dalam kitab As-Siyasah As-Syar’iyah mengatakan bahwa hashisah adalah haram, dan orang yang mengonsumsinya dikenai hukuman had, sama seperti orang yang meminum minuman keras.35 Menurut Ibnu Taimiyah hashisah lebih buruk dari minuman keras, berdasarkan pertimbangan bahwa hashisah merusak akal dan tabiat, hingga membuat seorang laki-laki bisa bertingkah kebanci-bancian dan berbagai dampak kerusakan lainya, hashisah juga dapat menghalang-halangi dari mengingat Allah dan dari mengerjakan shalat. Oleh karena itu, hashisah masuk dalam kategori apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya berupa khamr dan segala yang memabukan.

E. Hudud menurut Ibnu Taimiyah

Secara etimologis hudud merupakan bentuk jamak dari kata had yang berarti عنمنا (larangan,pencegahan). Adapun secara terminologis, Al-Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan dan yang wajib dilaksanakan secara hak karena Allah.

35

Wahbah az-Zuhaili, Fiqi Islam Wa Adillatuhu, ter.Abdul Hayyie al-Kattani,dkk.,(Depok:Gema Insani&Darul fikir,2007)455

40

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan secara syara'.36

Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa hudud secara bahasa berarti pencegahan. Sanksi-sanksi kemaksiatan disebut dengan hudud karena pada umumnya dapat mencegah pelaku dari tindakan mengulang pelanggaran.

Lebih lanjut Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa hudud secara terminologis ialah sanksi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan hak Allah. Sementara itu, dalam kamus Al mu'jam Al wasith, tim perumusnya mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan dan wajib dibebankan kepada pelaku tindak pidana.

Dalam kamus Mu'jam Lughowi Mutawwal, Abdullah Al Bustami mengemukakan bahwa arti kata had yaitu pelajaran (hukuman) bagi pelaku perbuatan dosa dengan sesuatu yang dapat mencegahnya dari kebiasaan buruk dan juga berfungsi mencegah pihak lain agar tidak melakukan perbuatan dosa.

Ditinjau dari segi dominasi hak, terdapat dua jenis hudud, yaitu hudud yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia. Menurut Abu Ya’la, hudud jenis pertama adalah semua jenis sanksi yang wajib diberlakukan kepada pelaku karena meninggalkan semua hal yang diperintahkan. Adapun hudud dalam kategori kedua adalah semua jenis hukuman yang diberlakukan kepada seseorang karena ia melanggar larangan Allah, seperti berzina, mencuri dan meminum khamr.

36Nurul Irfan, Masyarofah...,14.

41

Jenis kedua ini terbagi menjadi dua. Pertama, hudud yang merupakan hak Allah seperti hudud atas dari jarimah zina, meminum minuman keras, pencurian dan pemberontakan. Kedua, hudud yang merupakan hak manusia seperti hak qadzf dan qisash.

BAB III

PANDANGAN WAHBAH AZ-ZUHAILI TERHADAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA

A. Biografi intelektual Wahbah Az-Zuhaili

Wahbah Az-Zuhaili yang merupakan seorang ulama fiqh kontemporer yang hidup diabad ke dua puluh, lahir di Desa Dair 'Athiya, yang terletak di Damaskus, Syiriah pada tanggal 6 Maret 1932 M. Nama lengkap Wahbah Az-Zuhaili yaitu Wahbah bin al-Syeikh Muṣṭafa az-Zuhaily.

Beliau terlahir dari pasangan Syaikh Musthofa Az Zuhaili dan Fatimah binti Musthofa Sa'adah, ayahnya merupakan seorang ulama yang hafal Alquran dan ahli ibadah. Di bawah bimbingan ayahnya, Wahbah Az-Zuhaili menerima pendidikan dasar-dasar agama Islam. Setelah itu, ia sekolah di Madrasah Ibtidaiyah di kampungnya, ia menamatkan pendidikan Ibtidaiyah di Damaskus pada tahun 1946M dan al-Tsanawiyah al-'ammah pada tahun 1954M, kemudian Wahbah Az-Zuhaili melanjutkan studi ke fakultas Syariah Universitas Al Azhar. Selama belajar di al-Azhar, Wahbah Az-Zuḥaili juga belajar di Universitas Ain Syams pada Fakultas Hukum (al-Huquqi).1

Wahbah Az-Zuhaili memperoleh ijazah Takhasus pengajaran

Bahasa Arab di al-Azhar pada tahun 1956, kemudian beliau memperoleh

1Muhammad Khoirudin, Kumpulan Biografi Ulama Kontemporer, (Bandung: Pustaka ‘Ilmi,2003) 102

43

ijazah Licence (Lc) bidang Hukum di Universitas Ain Syams pada tahun 1957. Pada tahun 1959, beliau memperoleh gelar Magister Syariah dari Fakultas Hukum Universitas Kairo, sedangkan gelar Doktor beliau peroleh pada tahun 1963.

Setelah memperoleh ijazah Doktor, pekerjaan pertama beliau adalah staf pengajar pada Fakultas Syariah Universitas Damaskus pada tahun 1963, kemudian menjadi asisten dosen pada tahun 1969 dan menjadi Profesor pada tahun 1975. Sebagai guru besar, beliau menjadi dosen tamu di sejumlah Universitas di Negara-negara Arab, seperti pada fakultas Adab Pascasarjana Universitas Umum Darman dan Universitas Afrika, yang berada di Sudan.

Wahbah Az-Zuhaili juga memberikan khutbah jum’at sejak tahun 1950 di masjid Uthman, Damshiq dan masjid al-Imam, Dair Athia. Selain menyampaikan ceramah di masjid, beliau juga menyampaikanya di radio dan televisi serta seminar dalam bidang keilmuan Islam.2

Kepribadian Wahbah Az-Zuhaili sangat terpuji di kalangan masyarakat Syiria, baik itu dalam amal-amal ibadahnya maupun ketawadhu’annya. Beliau juga memiliki pembawaan yang sederhana. Meskipun memiliki mazhab Hanafi, dalam pengembangan dakwanya beliau tidak mengedepankan mazhab atau aliran yang dianutnya. Dengan begitu, beliau tetap bersikap netral dan proporsional. Wahbah Az-Zuhaili

2 Ardiansyah, pengantar penerjemah, dalam Badi al-Sayyid al-Lahham, Sheikh Prof.Dr.Wahbah al-Zuhaili: Ulama Karismatik Kontemporer – sebuah Biografi,(Bandung: Cipta Karya media Perintis,2010)15

44

merupakan orang yang sangat produktif dalam menulis, mulai dari artikel dan makalah, sampai kitab besar. Antara lain:3

1. Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, 11 jilid, (Damshiq: Dar al-Fikr, 1984) 2. Usul al-Fiqh al-Islam, 2 jilid, (Damshiq: Dar al-Fikr, 1986)

3. Al-Mujaddid Jamal al-Din al-Afghani, ((Damshiq: Dar al-Maktabah, 1986)

4. Al-Taqlid fi al-Madhahib al-Islamiyah ‘Inda al-Sunnah wa al-Shi’ah (Damshiq: Dar al-Maktabah, 1996)

Perhatian beliau diberbagai ilmu pengetahuan tidak hanya menjadikan beliau aktif dalam menimba ilmu, akan tetapi menjadikan beliau juga sebagai tempat merujuk bagi generasi-generasi setelahnya, dengaan berbagai metode dan kesempatan yang beliau lakukan, yakni melalui berbagai pertemuan majlis ilmu seperti perkuliahan, majlis ta’lim, diskusi, ceramah, dan melalui media massa. Hal ini menjadikan beliau banyak memiliki muid-murid, diantaranya adalah Muhammad Faruq Hamdan, Muhammad Na’im Yasin, Abdullah al-Satar Abu Ghadah, Abdul Latif Farfur, Muhammad Abu Lail, dan termasuk putra beliau sendiri yakni Muhammad Zuhaili.

3 Badi’ as-Sayyid al-Lahlam, Wahbah Az-Zuhaili al-‘Alim, al-Faqih, al-Mufassir, (Beirut: Darl Fiqr, 2004)123

45

B. Tindak pidana narkotika menurut Wahbah Az-Zuhaili

Narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya) tidak dijelaskan secara gamblang dalam Islam. Alquran hanya menyebutkan istilah khamr. Meskipun demikian, jika suatu hukum belum ditentukan statusnya, dapat diselesaikan melalui metode qiyas (menggabungkan atau menyamakan hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama).4

Secara etimologis, narkoba diterjemahkan kedalam bahasa Arab dengan kata ُُتاَرِّدَخُمنا yang berasal dari akar kata ُُرْيِد ْخَتُ-ُُرِّدَخُيُ-َُرَّدَخ yang berarti hilang rasa, bingung, membius, tidak sadar, menutup, gelap, atau mabuk.

Sementara itu secara termonilogis narkoba adalah setiap zat yang apabila dikonsumsi akan merusak fisik dan akal, juga membuat orang menjadi mabuk atau gila. Hal yang demikian dilarang oleh undang-undang positif maupun dalam hukum Islam.

Narkoba adalah apa yang menutup akal pikiran dan mengakibatkan

penggunnya malas, lemas dan loyo, mencakup hyoscyamus niger

(marijuana), opium dan cannabis (ganja). Narkoba tetap haram dengan cara apapun penggunaanya, berdasarkan hadist Aisyah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda,5

ٌماَرَحَوُهَ فَرَكْسَأ ٍباَرَش ُّلُك

4 Nurul Irfan, Masyarofah., Fiqih Jinayah,(Jakarta:AMZAH,2013)172.

5 Abdul Aziz Mabruk Al-Ahmadi, et al., fikih Muyassar, Panduan Praktis Fikih dan Hkum Islam Lengkap Berdasarkan Alquran dan Assunnah, Izzudin Karimi(Jakarta: Darul Haq)595.

46

Artinya.Semua minuman yang memabukan adalah haram. Dan berdasarkan hadist Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda,

ُّلُك

ٌماَرَحٍرِكْسُم ُّلُكَو,ٌرَْخٍَرِكْسُم

Artinya.Setiap yang memabukan adalah khamr, dan setiap yang memabukan adalah haram.

Narkoba memang termasuk kategori khamr (minuman keras), tetapi bahayanya lebih berat dibanding zat itu sendiri.Hal ini sesuai dengan pendapat Al-Sayyid Sabiq ‚sesungguhnya ganja itu haram. Diberikan sanksi had terhadap orang yang menyalahgunakanya, sebagimana diberikan sanksi had kepada peminum khamr. Ditinjau dari sifatnya, ganja dapat merusak akal sehingga dapat menjadikan lelaki seperti banci dan memberikan pengaruh buruk lainya. Disamping itu, ganja termasuk kategori khamr yang secara lafal dan maknawi telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-nya‛.6

Bedanya narkotika dengan khamr yaitu, bahwa khamr dapat menimbulkan suatu reaksi pertentangan dan permusuhan. Tetapi narkotika dapat menimbulkan suatu krisis dan kelemahan. Karena itu dia dapat merusak pikiran dan membuka pintu syahwat serta hilangnya semangat. Oleh karena itu, narkotika dapat lebih berbahaya daripada minuman keras.7

Narkoba pertama kali digunakan untuk kepentingan pengobatan dan menolong orang sakit. Sejak zaman prasejarah, manusia sudah mengenal zat psikoaktif berupa dedaunan, buah-buahan, akar-akaran dan bunga dari

6 Nurul Irfan, Masyarofah., Fiqh Jinayah...,173.

47

berbagai jenis tanaman yang sudah lama diketahui manusia purba akan efek farmatologinya. Sejarah mencatat, ganja sudah digunakan orang sejak tahun 2700SM. Opium juga telah digunakan bangsa Mesir kuno untuk menenangkan orang yang sedang menangis. Meskipun demikian, disamping zat-zat tersebut digunakan untuk pengobatan, tidak jarang pula digunakan untuk kenikmatan. Dalam kehidupan Arab jahiliah, tradisi minum minuman keras sangat kental sehingga tidak bisa dipisahkan. Budaya itu dianggap sebagai kenikmatan tertinggi dan merupakan prestasi tersendiri ketika seseorang sedang mabuk.8

Narkoba dan minuman keras sangat beragam macam dan jenisnya. Para pemakainya begitu kreatif menciptakan berbagai jenis dan nama-nama minuman keras dan narkoba. Bahkan ada sebagian dari mereka meracik sendiri bahan-bahan tertentu yang bisa memberikan efek yang sama dengan yang di dapat dari minuman keras dan narkoba. Semua itu memiliki hukum yang sama, yaitu haram, disebabkan oleh dampak bahaya pasti yang terkandung didalamnya.

Diantara jenis-jenis narkoba yang paling dikenal adalah opium, ganja, kokain, morfin, al-banju (tumbuhan beracun yang digunakan untuk bius dalam dunia medis), buah pala, bursy (racikan kombinasi anatara al-banju dan opium), al-qaat (jenis tumbuhan yang dikonsumsi dengan cara dikunyah jika sedikit bisa menjadikan orang giat dan bersemangat akan tetapi jika dikonsumsi terlalu banyak akan menimbulkan efek lemah, malas

48

dan enggan melakukan aktifitas) baik dikonsumsi dengan cara disuntikan, dikunyah, dihirup, dan sebagainya.9

Hukum narkoba dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang adalah haram selain untuk tujuan medis dalam kondisi terpaksa atau butuh. Keharaman narkoba dan penyalahgunaan obat-obat terlarang sama seperti keharaman minuman keras yang diharamkan berdasarkan nash-nash Alquran dan hadist yang bersifat qat’i (pasti). Imam Ahmad dalam musnad-nya dan Abu Dawud dalam sunan-nya meriwayatkan dari Ummu Salamah r.a. ia berkata,10

َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر ىَهَ ن

ٍِّتَّفُم َو ٍرِكْسُم ِّلُك ْنَع

Artinya. Rasulullah melarang setiap sesuatu yang memabukan dan melemahkan (mufattir).

Al-mufattir adalah setiap sesuatu yang memiliki efek melemahkan, melesukan, dan membius. Ibnu Hajar mengatakan, hadist ini secara khusus mengandung dalil diharamkanya hasyiisy (ganja, marijuana), karena hasyiisy memiliki efek memabukan, membius, dan melemahkan. Dalam sebuah hadist lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abdullah Ibnu Abbas r.a, disebutkan, ‚setiap mukhammir (setiap sesuatu yang menutupi dan menghilangkan kesadaran akal) dan setiap sesuatu yang memabukan adalah haram‛.

9 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Waadilatuhu,ter.Abdul Hayyie al-Kattani,dkk.,jilid 7,(Jakarta: Gema Insani,2011)454

49

Keharaman narkoba tidak hanya sebatas mengonsumsinya saja tetapi bisnis narkoba dan obat obatan terlarang, baik membeli, menjual, menyelundupkan, mengedarkan, dan memasarkannya adalah haram, sama seperti keharaman mengonsumsi itu sendiri. Karena berdagang narkoba, berarti ia membantu mempermudah penyebaran dan pemakaiannya. Oleh karena itu, hasil dari memperdagangkan narkoba adalah haram, tindakan memperdagangkannya adalah sebuah tindakan sesat, berbisnis narkoba berarti membantu tindakan kemaksiatan, dan transaksi jual beli yang dilakukan adalah batal dan tidak sah. Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 2.11  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ ُ  ُ  ُ  ُ ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُُ  ُ  ُ  ُ  ُُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُُ  ُ  ُُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُُُ ُ

Artinya. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

11 Ibid., 457

50

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.12

Dengan begitu, larangan memperjualbelikan khamr dan menghukumi batal transaksi jual beli tersebut, mencakup jual beli narkoba dan obat-obatan terlarang. Karena semua itu masuk kedalam kategori membantu kemaksiatan, berkonspirasi dalam usaha merusak generasi muda dan umat, menghancurkan akhlak, moral dan nilai-nilai umat, merusak ekonomi umat dan menjadikan lemah di hadapan umat-umat lain. Keuntungan bisnis narkoba yang memang sangat menggiurkan merupakan sebuah sebab dan faktor yang nyata dalam konspirasi menghancurkan eksistensi umat, meluluhlantakan usaha dan kerja keras putra-putra umat, penghianatan terhadap umat, serta memiliki kontribusi besar dalam menyebabkan keterbelakangan dan ketertinggalan umat serta dalam menjadikan bangunan umat tidak bisa kokoh dan stabil.

Dalam buku fiqih islam wa adillatuhu karangan Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwasanya setiap sesuatu yang bisa membawa kepada keharaman, hukumnya juga haram. Setiap sesuatu yang memberikan kontribusi kepada kemaksiatan, itu juga disebut kemaksiatan. Oleh karena itu, menanam tanaman hasyiisy dan yang lainnya, memproduksi bahan-bahan narkoba, ikut memberikan kontribusi dalam proses penjagaan, perawatan, pengepakan, penyelundupan, pendistribusian, semua itu adalah haram menurut syara’, aturan dan agama Allah SWT.13

12 Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahnya, (Kudus: Menara Kudus,1997)106.

51

Abu Dawud dan hakim meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar r.a Rasulullah Saw. Bersabda,

اَسَو اَهَ بِر اَشَو َرْمَغْلا ُهَّللا َنَعَل

اَهَلِماَحَو اَه َرِصَتْعُمَو اَهَرِص اَعَو اَهَع اَتْبُمَو اَهَعِئ اَبَو اَهَ يِق

اَهِنََثَ َلِكآَو ِهْيَلِإ َةَل وُمْحَمْلاَو

Artinya. Allah melaknat khamr itu sendiri, peminumnya, peluangnya, penjualnya, pembelinya, orang yang membuat perasaannya, orang yang meminta dibuatkan perasaannya, orang yang membawanya, orang yang dibawakan dan orang yang memakan dari hasil bisnis khamr.

Berdasarkan hal ini, pengedar, pedagang, penyelundup, dan setiap pihak yang memiliki peran dalam pemakaian narkoba, mereka semua juga termasuk orang yang melakukan perbuatan dosa besar, orang yang melakukan keharaman dan kemungkaran berat.

Keuntungan yang didapatkan oleh setiap pihak yang ikut berbisnis dan melakukan transaksi narkoba, semuanya adalah harta yang haram berdasarkan hal-hal berikut:14

1. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah 188

 ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُ  ُُُ ُ ُ Artinya. Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.15

14Ibid.,459

52

Memakan harta orang lain dengan cara yang bathil mencakup kejahatan pencurian, penghianatan (korupsi), kezaliman, peng ghasab-an, taruhan, judi, segala bentuk transaksi yang diharamkan seperti jual beli yang diharamkan dan bentuk-bentuk perniagaan yang diharamkan lainnya, setiap bentuk pelayanan yang diberikan dalam tindakan kemaksiatan dan kemungkaran serta segala hal yang diharamkan oleh syara', sekalipun pemiliknya setuju.

2. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abbas r.a., bahwasanya Rasulullah Saw bersabda,

َمَّرَح اًئْيَش َمَّرَح اَذِإ َّلَجَو َهّللا َّنِإ

ُهَنََثَ

Artinya ‚Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sesuatu, dia juga mengharamkan harga hasil dari bisnis sesuatu itu.‛

Setiap hal yang Allah Swt mengharamkan pemanfaatannya dia juga mengharamkan pemanfaatan sesuatu yang menjadi penukar atau harganya.

C. Hukuman tindak pidana narkotika menurut Wahbah Az-Zuhaili

Fuqaha sepakat bahwa mengkonsumsi narkoba tanpa ada udzur dan alasan yang dibenarkan seperti untuk kepentingan pengobatan medis maka ia dikenai sanksi hukuman ta'zir. Hukuman ta'zir tersebut bisa dengan kecaman, dipukul, dipenjara, dipublikasikan, dikenai sanksi denda berupa harta dan bentuk-bentuk hukuman ta'zir lainnya sesuai dengan kebijakan

53

hakim, yang menurutnya bisa memberi efek jera baik bagi pelaku dan orang lain supaya tidak berani melakukan kejahatan dan kemungkaran.16

FuqahaHanafia dan Malikiah memperbolehkan hukuman ta'zir itu sampai berupa hukuman bunuh.Mereka menyebutnya dengan istilah hukuman bunuh sebagai bentuk kebijakan yang pas dan tepat.Artinya, jika memang hakim melihat adanya kemaslahatan di dalamnya dan jenis kejahatan yang dilakukan memang ancaman hukumannya adalah hukuman bunuh, seperti dalam kasus pelaku berulang kali melakukannya atau meminum minuman keras dan narkoba, biasa dan selalu melakukan tindak kriminal atau perilaku menyimpang.

Wahbah Az-Zuhaili berpendapat bahwa pelaku penyalahgunaan narkoba diberikan sanksi ta'zir,17karena Alquran dan Sunnah tidak menjelaskan tentang hukuman bagi produsen dan pengedar narkoba. Oleh karena itu, hukuman bagi produsen dan pengedar narkoba adalah ta'zir. Hukuman ta'zir bisa berat atau ringan tergantung kepada proses pengadilan (otoritas hakim).

Pernyataan Wahbah Az-Zuhaily tentang hukuman bagi pelaku tindak pidana narkotika sama dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia mengatakan bahwa sanksi bagi pelaku penyalahgunaan narkoba adalah ta'zir. Karena penyalahgunaan narkoba mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan tindakan berikut:18

16 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam...,460

17 Nurul Irfan, Masyrofah., Fiqh Jinayah...,178.

54

1. Menjatuhkan hukuman yang berat terhadap penjual, pengedar dan penyelundup bahan-bahan narkoba sampai kepada hukuman mati.

2. Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang melindungi produsen atau pengedar narkoba

3. Mengeluarkan peraturan-peraturan yang lebih keras dan sanksi yang lebih berat terhadap mereka yang mempunyai legalitas untuk penjualan narkotika agar tidak sidalah gunakan.

Ini bisa dijadikan dalil atau landasan bagi apa yang difatwakan oleh sebagian Mufti pada masa sekarang berupa usulan rancangan undang-undang yang menetapkan hukuman mati bagi para pelaku kejahatan narkoba. Hal ini bisa menjadi dukungan bagi pemerintah dalam memerangi narkoba dan memberikan efek takut dan jera bagi setiap orang yang memperdagangkan, mengedarkan atau menyelundupkan narkoba.

D. Alasan penetapan hukuman ta’zir terhadap pelaku tindak pidana narkotika Wahbah Az-Zuhaily menyatakan bahwa hukuman bagi pelaku tindak pidana narkotika adalah ta’zir disebabkan karena beberapa alasan, yaitu:

1. Narkoba tidak ada pada masa Rasulullah

2. Narkoba lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr 3. Narkoba tidak diminum seperti halnya khamr

Menurut Wahbah Az-Zuhaily narkoba mengandung bahaya yang nyata dan pasti. Akan tetapi, tidak ada hukuman had bagi pemakainya,

55

karena narkoba tidak enak dan tidak memberikan rasa seperti yang diberikan oleh minuman keras, dan sedikit dari pemakaian narkoba tidak menimbulkan dorongan untuk mengonsimsinya dalam jumlah banyak. Pemakai narkoba hanya dikenai hukuman ta’zir, karena narkoba itu membahayakan. Hal ini berdasarkan pada hadist riwayat Abu Dawud dari Ummu Salamah r.a., ia berkata,

َُصُِاللهُُلىُسَرُىَهَن ٍُرِّتَفُمَوٍُرِكْسُمُِّمُكُ ْنَعُمهَسَوُِهْيَهَعُُاللهُىه

ُ

Yang artinya. Rasulullah melarang dari setiap yang memabukan dan membius.

Narkoba, apabila digunakan sedikit dan bermanfaat untuk tujuan medis dan sebaginya, maka halal hukumnya. Karena keharaman narkoba bukan karena bendanya itu sendiri, melainkan karena bahaya dan kemudharatanya.

Dalam bukunya Fiqh Islam Waadilatuh, Wahbah Az-Zuhaily juga menyatakan pandanganya tentang perlunya kesepakatan dan perjanjian internasional untuk mencegah perdagangan, pengedaran, dan penyelundupan narkoba, menghukum para penjual, pengedar, dan perantaranya. Perlu juga adanya sebuah Undang-Undang bersama diantara negara-negara Arab dan Islam yang menyatakan pemberlakuan hukuman yang berat bagi semua pihak yang melakukan kejahatan narkoba, baik para penjual, pengedar, perantara, pemakai, dan penyelundupnya.19

19Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam...,461.

56

E. Ta’zir menurut Wahbah Az-Zuhaili

Setiap kejahatan yang ditentukan hukumannya oleh Alquran maupun oleh hadis disebut sebagai jarimah hudud. Adapun tindak pidana yang tidak ditentukan hukumanya oleh Alquran maupun oleh hadis disebut sebagai jarimahta’zir. Tetapi jarimah hudud bisa berpindah menjadi jarimah ta’zir Apabila ada syubhat dan ketika jarimah hudud tidak memenuhi syarat.20

Ta’zir secara bahasa artinya adalah al-man'u (mencegah melarang menghalangi).Kata ta'zir lebih populer digunakan untuk menunjukkan arti memberi pelajaran dan sanksi hukuman selain hukuman hadd. Karena hukuman ta'zir mencegah pelaku kejahatan dari mengulangi kembali kejahatannya.21

Sedangkan secara syara’, ta'zir adalah hukuman yang diberlakukan terhadap suatu bentuk kemaksiatan atau kejahatan yang tidak diancam dengan hukuman hadd dan tidak pula kafarat, baik itu kejahatan terhadap hak Allah Swt. Di antara bentuk kejahatan dengan ancaman hukuman ta'zir adalah kejahatan yang tidak sampai diancam dengan hukuman qishas.

Hukuman ta'zir yaitu hukuman yang bentuk dan ukurannya tidak

Dokumen terkait