BAB II LANDASAN TEORI
E. Hukum Ekonomi Syariah
Semua transaksi dan perbuatan di bidang muamalah diperbolehkan selama belum adanya dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menyebutkan
pengharamannya. Adapun mengenai masalah-masalah yang baru muncul masih perlu adanya suatu kajian yang membahas mengenai masalah baru tersebut.
Menurut Yusuf Qardhowi sebagaimana dikutip oleh Andi Iswandi menyatakan bahwa:
Sistem ekonomi Islam adalah sistem hukum dan etika ekonomi yang memang dibentuk dan dirumuskan langsung oleh Tuhan. Sehingga beliau merumuskan ekonomi Islam adalah ekonomi Ilahiyah (ekonomi yang dirumuskan oleh Tuhan) yang pada tataran aplikasinya dicontohkan langsung oleh Rasulullah saw, dimana Beliau memberikan contoh apik bagaimana bermuamalah, berniaga dan bertransaksi dengan landasan etika yang termaktub di dalam al-Qur’an.87
Dunia Islami yang pada awalnya memang berawal dari peradaban Arab, adalah suatu zaman yang telah maju apabila dibandingkan dengan peradaban yang lain, terutama dalam dunia perdagangan.88 Ketetapan hukum semisal, ketetapan perihal kegiatan halal dan haram, ketetapan pelarangan memakan harta batil, ketetapan hukum waris, ketetapan hukum zakat, dan lain sebagainya; dalam hukum Islam (Islamic Jurisprudence) hal ini lebih dikenal sebagai Azimah. Sedangkan ketentuan fleksibel yang diketengahkan al-Qur’an adalah ketentuan umum yang diperbolehkan di mana tidak melanggar prinsip dasar syariah islamiyah; dan ketentuan ini di dalam Islamic Jurisprudence dikenal sebagai Rukhsoh.89
Hukum Ekonomi syariah adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau
87 Andi Iswandi, Peran Etika Qur’ani Terhadap Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Jurnal Al-Iqtishad Fakultas Syariah Institut PTIQ Jakarta, Vol. VI, No. 1, 2014), h. 144
88 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta; Rajawali Pers, 2014), h. 13
tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah.90
Ilmu ekonomi Islami adalah sebuah sistem ekonomi yang menjelaskan segala fenomena tentang perilaku pilihan dan pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi dengan memasukkan tata aturan syariah sebagai variable independen (ikut memengaruhi segala pengambilam keputusan ekonomi).91
Hukum ekonomi Islam adalah sekumpulan perintah atau larangan-norma dan aturan Islam dalam segala kegiatan ekonomi sesuai dengan tujuan dan prinsip syari’ah.92 Selanjutnya Muhammad dan Alimin menambahkan antara perbedaan Hukum ekonomi positif dengan hukum ekonomi Islam sebagai berikut:
Hukum ekonomi positif kita adalah (1) Perundang-undangan yang meliputi UUD 1945, TAP MPR, UU, PP, Keppres sampai dengan Surat Keputusan bersama dan Surat Edaran tertentu, (2) perjanjian (kontrak), (3) Traktat, (4) Jurisprudensi, (5) Kebiasaan. Sedangkan sumber hukum ekonomi Islam secara berurutan adalah Al-Qur’an, al-Hadits, Ijma’ ulama dan Ijtihad atau Qias. Ijtihad yang selalu berdandar pada
maqashid syari’ah mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dalam
mekanisme penalaran hukum Islam.93
Abid mengatakan bahwa sumber hukum Islam ada empat macam yaitu, Al-Qur’an, Sunnah/Hadis, Ijma’ dan Qiyas/Ijtihad. Dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan mencari rezeki setelah beribadah kepada-Nya, sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah ayat 10 sebagai berikut:
90 Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah., h. 3
91 Ibid., h. 5
92 Muhammad, Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2005), h. 20-21
ِإاف
ااو ِضْراْلْا ِفِ اوُرِشاتنااف ُة الاَّصلا ِتايِضُق ااذ
ا تْ ب
اوُغ
ِم
ا ِلْضاف ن
ا اوُرُكْذااو َِّللّ
ْمُكَّلاعَّل ًايِْثاك اَّللّ
﴿ انوُحِلْفُ ت
١٠
﴾
Artinya: Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.94 (Q.S. Al-Jumu’ah: 10)
Erina Pane berpendapat bahwa sumber hukum ekonomi lslam secara berurutan adalah al-Qur’an, al-Hadist, ijma' Ulama dan Ijtihad atau Qias. Ijtihad yang selalu bersandar pada maqashid syari'ah mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dalam mekanisme penalaran hukum Islam.95
Berdasakan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari prilaku ekonomi manusia yang prilakunya diatur berdasarkan peraturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Jika dikaitkan dengan hukum ekonomi syari’ah, terdapat prinsip-prinsip utama yang perlu diaplikasikan oleh sang pelaku bisnis, di antaranya:
1. Memuliakan pelanggan atau mitra bisnis sebagai saudara 2. Menawarkan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
3. Menawarkan barang atau jasa yang mendorong produktivitas. 4. Menawarkan cara bersaing sehat dengan pelaku bisnis lainnya. 5. Menawarkan barang dan jasa yang halal.
6. Menawarkan barang dan jasa yang berkualitas
7. Menawarkan barang dan jasa yang tidak merusak lingkungan. 8. Menawarkan barang dan jasa yang bermanfaat sosial, bukan hanya
menguntungkan secara pribadi.
94 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2008), h. 518
95 Erina Pane, Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dan Hukum Islam, (Bandar Lampung: Jurnal Pranata Hukum IAIN Bandar Lampung,
9. Menawarkan produk dan cara kerja yang menghemat sumber daya dan tidak menimbulkan maksiat.96
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa jika hal tersebut dilaksanakan dengan benar oleh pihak penjual dan pembeli, berarti proses jual beli yang mereka laksanakan sudah sesuai dengan hukum syari’ah.
Hidayat menyatakan, seperti yang dikutip oleh Buchari Alma dan Donni Juni Priansa bahwa prinsip-prinsip yang mendasari ekonomi syari’ah adalah:
1. Keadilan
Kegiatan ekonomi yang dijalankan harus secara transparan dan jujur serta tidak ada eksploitasi terhadap lawan transaksi atas dasar kontrak yang adil.
2. Menghindari kegiatan yang merusak
Larangan untuk melakukan transaksi atas barang-barang yang dapat merugikan dan membahayakan manusia dimana termasuk proses pembuatan produk tersebut.
3. Kemaslahatan Umat
Berarti tidak diperkenankannya spekulasi dan adanya pemerataan dalam hal kepemilikan akses yang sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk memperoleh sumberdaya.97
Berdasarkan uraian di atas, apabila dalam praktek perdagangan mengikuti ketiga prinsip di atas yaitu keadilan, menghindari kegiatan yang merusak dan demi kemaslahatan umat, maka hal tersebut telah sesuai dengan pandangan hukum ekonomi syari’ah yang benar.
Buchari Alma dan Donni mengatakan bahwa prinsip-prinsip dasar ekonomi syari’ah ada lima yaitu:
96 Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 72-79
97 Buchari Alma & Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Menanamkan Nilai dan
1. Kebebasan individu
Kebebasan manusia dalam syariah didasarkan atas nilai-nilai tauhid, yaitu suatu nilai yang membebaskan dari segala sesuatu, kecuali Allah.
2. Hak terhadap harta
Syari’ah mengatur kepemilikan harta didasarkan atas kemaslahatan bersama, sehingga keberadaan harta akan menimbulkan sikap saling menghargai dan menghormatinya. Hal ini terjadi karena bagi seorang muslim harta hanya merupakan titipan Allah.
3. Jaminan sosial
Pengaruh sosial dari zakat tampak dari dua segi, yaitu segi pengambilannya dari orang-orang kaya dan segi pemberiannya kepada orang-orang fakir (membutuhkan).
4. Larangan menumpuk kekayaan dan pentingnya mendistribusikan kekayaan
Sistem ekonomi syariah membatasi, bahkan melarang setiap individu dengan alasan apapun menumpuk kekayaan dan tidak mendistribusikannya kepada orang lain. Sehingga seorang muslim sejati mempunyai keharusan untuk mencegah dirinya supaya tidak berlebihan dalam segala hal atau melampaui batas, karena sifat menumpuk kekayaan merupakan sifat yang rakus dan merugikan orang lain.
5. Kesejahteraan individu dan masyarakat.
Pengakuan akan hak individu dan masyarakat sangat diperhatikan dalam syariah. Masyarakat akan menjadi faktor yang dominan dalam pembentukan sikap individu sehingga karakter individu banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat. Demikian pula sebaliknya, masyarakat akan ada ketika individu-individu itu eksistensinya ada.98
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa apabila dalam melaksanakan jual beli berpatok pada prinsip-prinsip tersebut yakni kebebasan individu, hak terhadap harta, jaminan sosial, larangan menumpuk harta dan kesejahteraan masyarakat, maka sudah pasti pelaksanaan jual beli yang dilaksanakan sudah sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.