• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUTANG BANK DAN CERUKAN

2000 1999

Rp Rp

Pinjaman Revolving

Dalam Dollar Amerika Serikat

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), eks Bank Pelita,

maksimum US$ 20.000.000 172.182.275.000 127.409.500.000 Bank Danamon (d/h Bank Tiara Asia),

maksimum US$ 4.000.000 38.380.000.000 28.400.000.000

Hongkong & Shanghai Bank Corp.,

maksimum US$ 5.000.000 35.851.020.227 26.528.634.039

Dalam Rupiah

BPPN, eks Bank Dagang Nasional Indonesia,

maksimum Rp 11.300.000.000 11.276.905.727 11.276.905.727 BPPN, eks Bank Umum Servitia,

maksimum Rp 3.650.000.000 2.684.819.583 2.684.819.583

Bank Danamon (d/h Bank Tiara Asia),

maksimum Rp 2.000.000.000 1.678.180.610 1.619.030.000

BPPN, eks Bank Putra Surya Perkasa,

maksimum Rp 4.000.000.000 - 4.000.000.000

Bank Lippo,

maksimum Rp 2.000.000.000 - 2.000.000.000

BPPN, eks Bank Modern,

maksimum Rp 3.000.000.000 - 1.040.000.000

Pinjaman tetap Dalam Rupiah

BPPN, eks Bank Umum Servitia 2.500.000.000 2.500.000.000

BPPN, eks Bank Modern 2.500.000.000 2.500.000.000

Bank Panin 6.500.000.000 7.500.000.000

Cerukan Dalam Rupiah

BPPN, eks Bank Dagang Nasional Indonesia 2.090.624.086 2.090.624.086

Utama International Bank 1.165.846.028

BPPN, eks Bank Umum Servitia 999.999.084 999.999.084

Bank Lippo - 1.946.126.519

Pinjaman modal kerja

BPPN, eks Bank Pelita 487.981.147 487.981.147

Jumlah 278.297.651.492 222.983.620.185

Tingkat bunga per tahun selama tahun berjalan

Rupiah 11,22% - 30% 8,5% - 55%

Anak perusahaan, PT Suryacipta Swadaya memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank Pelita yang dijamin dengan tanah seluas 731.500 m2 di Desa Kutamekar, Kabupaten Karawang atas nama PT Suryacipta Swadaya. Pinjaman ini juga dijaminkan secara pari pasu dengan pinjaman di Bank Universal. PT Suryacipta Swadaya menunda pembayaran pokok sebesar US$ 17.945.000 pada tahun 2000 dan 1999 dan menunda pembayaran bunga sebesar US$ 7.310.669,94 dan US$ 6.032.088,68 masing-masing pada tahun 2000 dan 1999. Sampai dengan tanggal Laporan auditor independen, karena Bank Pelita berada dalam status bank beku operasi (BBO), maka perjanjian kredit tersebut belum mendapat perpanjangan.

Anak perusahaan, PT Sitiagung Makmur memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank Danamon (d/h Bank Tiara Asia) berupa pinjaman tetap untuk pembiayaan Proyek Ungasan dengan jumlah maksimum US$ 4.000.000. Fasilitas ini dijamin dengan tanah di desa Ungasan, Bali dan jaminan perusahaan dari PT TCP Internusa.

Pada tanggal 25 Mei 2000, Bank Danamon (d/h Bank Tiara Asia) menyetujui restrukturisasi hutang anak perusahaan, PT Sitiagung Makmur untuk periode 11 April 2000 sampai dengan 10 April 2001. PT Sitiagung Makmur dikenakan bunga sebesar 8% per tahun dan mulai berlaku efektif sejak tanggal 11 April 2000 tetapi bila PT Sitiagung Makmur tidak memenuhi kewajiban selama 2 kali berturut-turut, maka akan diperhitungkan kembali tarif suku bunganya. Pada tanggal 4 April 2000, bunga tertunggak tahun 1999 sebesar US$ 394.246,69 dihapuskan karena PT Sitiagung Makmur tidak melanggar salah satu ketentuan dalam perjanjian restrukturisasi sebelumnya. Sisa bunga tertunggak pada tahun 2000 adalah sebesar US$ 27.555,56.

Anak perusahaan, PT TCP Internusa memperoleh fasilitas pinjaman rekening koran dari Bank Danamon dengan jumlah maksimum Rp 2.000.000.000 yang dijamin dengan deposito atas nama direksi. Fasilitas ini berjangka waktu satu tahun dan dibebani bunga sebesar suku bunga deposito ditambah 2,5%.

Anak perusahaan, PT Suryacipta Swadaya memperoleh pinjaman dari Hongkong & Shanghai Bank Corp., yang dijamin dengan deposito berjangka milik PT Suryacipta Swadaya pada bank yang sama.

Anak perusahaan, PT Pacific Prestress Indonesia memperoleh fasilitas pinjaman rekening koran dari Bank Dagang Nasional Indonesia dengan jumlah maksimum Rp 2.000.000.000 dan fasilitas pinjaman investasi dengan jumlah maksimum Rp 11.300.000.000. Pembayaran kembali atas pinjaman ini dilakukan secara cicilan setiap triwulan sampai dengan Juni 2001. Fasilitas pinjaman ini dijamin dengan jaminan tanah dan bangunan di Jatirejo, Sidoarjo, Jawa Timur dan di Karawang, piutang usaha, persediaan, mesin dan peralatan, ruang perkantoran di Wisma Mitra Sunter, dan jam inan perusahaan dari PT TCP Internusa dan PT Enercon Paradhya International. Fasilitas pinjaman investasi digunakan untuk mendanai pembangunan pabrik di Karawang dan pembelian mesin spun pile. Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, jumlah pinjaman pokok ditambah dengan bunga termasuk denda keterlambatan pembayaran yang tertunggak masing-masing sebesar Rp 25.991.779.044 dan Rp 23.545.521.090.

Anak perusahaan, PT Pacific Prestress Indonesia memperoleh fasilitas pinjaman kredit dari Bank Umum Servitia dengan jumlah maksimum Rp 6.150.000.000 dan pinjaman rekening koran dengan jumlah maksimum Rp 1.000.000.000. Fasilitas pinjaman ini dijamin dengan jaminan perusahaan dari Perusahaan, PT Enercon Paradhya International dan PT TCP Internusa. Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, jumlah pinjaman pokok ditambah bunga termasuk denda keterlambatan pembayaran yang tertunggak masing-masing adalah Rp 7.849.453.641 dan Rp 7.208.953.808.

PT Multi Plaza Properties (anak perusahaan yang bergabung dengan PT TCP Internusa) memperoleh pinjaman dari Bank Putra Surya Perkasa yang dijamin dengan surat aksep dan jaminan perusahaan dari Perusahaan.

Pada tanggal 2 Oktober 2000, PT Multi Plaza Properties mengikuti program pemberian diskon oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebesar 100% atas bunga dan 100% penghapusan atas denda, apabila PT Multi Plaza Properties melunasi pokok pinjaman sebesar Rp 4.000.000.000 secara tunai sekaligus.

Pada tanggal 23 Oktober 2000, PT Multi Plaza Properties melunasi pokok pinjamannya sehingga tunggakan bunga dan denda sebesar Rp 3.680.548.148 dihapuskan. Pada tanggal 31 Desember 2000 sudah tidak ada hutang bank dan tunggakan bunga ke Bank Putra Surya Perkasa (Catatan 41).

PT TCP Internusa, anak perusahaan memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank Lippo berupa pinjaman jangka pendek dan pinjaman rekening koran. Fasilitas ini dijamin dengan deposito berjangka milik salah satu komisaris yang didepositokan pada bank yang sama dan surat girik tanah Tanjung Barat dan letter of intent dari Perusahaan dan PT Enercon Paradhya International, anak perusahaan.

Pada tanggal 15 Maret 2000 Bank Lippo menyetujui adanya restrukturisasi pinjaman PT TCP Internusa, anak perusahaan, senilai Rp 2.200.000.000 yang telah diselesaikan dengan kondisi sebagai berikut :

1. Pembayaran tunai sebesar Rp 200.000.000 sejak tanggal disetujuinya restrukturisasi.

2. Sisanya sebesar Rp 2.000.000.000 dijadikan fasilitas pinjaman tetap dengan jangka waktu angsuran 48 bulan dan bunga sebesar 18% per tahun.

3. Tanggal 28 Maret 2000 telah dilunasi pinjaman jangka pendek sejumlah Rp 1.000.000.000 dan pinjaman rekening koran sejumlah Rp 1.000.000.000.

Pada tanggal 26 Juni 2000, Bank Lippo menyetujui untuk mengalihkan fasilitas pinjaman tersebut menjadi fasilitas pinjaman tetap angsuran (Catatan 23).

Anak perusahaan, PT Sitiagung Makmur, memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank Modern berupa pinjaman jangka pendek dengan jumlah maksimum Rp 3.000.000.000. Fasilitas pinjaman ini dijamin dengan jaminan dari PT TCP Internusa, anak perusahaan. Pada tanggal 2 Oktober 2000, PT Sitiagung Makmur mengikuti program pemberian diskon oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebesar 100% atas bunga dan 100% penghapusan atas denda, apabila melunasi pokok pinjaman sebesar Rp 1.040.000.000 secara tunai sekaligus. Pada tanggal 6 Oktober 2000, PT Sitiagung Makmur melunasi pokok pinjamannya, dan tunggakan bunga sebesar Rp 524.571.667 dihapuskan, sehingga pada tanggal 31 Desember 2000, PT Sitiagung Makmur tidak mempunyai hutang bank dan tunggakan bunga kepada Bank Modern (Catatan 41).

Anak perusahaan, PT Pacific Prestress Indonesia memperoleh fasilitas pinjaman tetap dari Bank Modern dengan jumlah maksimum Rp 2.500.000.000. Fasilitas ini dijamin dengan jaminan perusahaan dari PT Enercon Paradhya International. Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, jumlah pokok pinjaman ditambah bunga beserta denda keterlambatan pembayaran yang tertunggak masing-masing adalah Rp 4.810.461.806 dan Rp 4.352.961.806.

Anak perusahaan, PT Suryacipta Swadaya memperoleh pinjaman dari Bank Panin dijamin dengan tanah seluas minimal 12 ha di kawasan industri PT Suryacipta Swadaya di Karawang dan jaminan

pribadi dari Charles Jonan dan Rhonny Kumontoy. Perusahaan telah mendapat perpanjangan atas hutang bank ini sampai bulan Oktober 2000. Sampai dengan tanggal laporan auditor independen, pinjaman ini masih dalam proses perpanjangan.

Pada tanggal 5 Juli 2000 anak perusahaan, PT TCP Internusa memperoleh fasilitas pinjaman rekening koran dari Utama International Bank dengan jumlah maksimum Rp 2.750.000.000. Fasilitas ini dijamin dengan deposito berjangka atas nama direktur dan PT TCP Internusa masing-masing senilai Rp 2.200.000.000 dan Rp 700.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2000 jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang tertunggak adalah Rp 1.165.846.028. Fasilitas kredit ini dibebani bunga 2,5% di atas bunga deposito yang dijaminkan dan akan berakhir pada tanggal 5 Juli 2001.

Fasilitas pinjaman cerukan dijamin dengan piutang usaha, persediaan, mesin dan peralatan, hak atas tanah, bangunan, jaminan pribadi dari salah satu pemegang saham dan direktur dari anak perusahaan dan jaminan perusahaan dari Perusahaan.

Anak perusahaan, PT Pacific Prestress Indonesia memperoleh pinjaman modal kerja dalam bentuk fasilitas L/C dari Bank Pelita. Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, jumlah pinjaman pokok ditambah bunga yang tertunggak adalah sebesar Rp 974.384.200 dan Rp 885.083.649. Sehubungan dengan fasilitas pinjaman di atas, Perusahaan dan anak perusahaan diwajibkan memenuhi batasan-batasan tertentu yang tercantum dalam perjanjian.

Bank Pelita, Bank Dagang Nasional Indonesia dan Bank Modern merupakan bank-bank yang termasuk dalam Bank Beku Operasi (BBO) berdasarkan pengumuman pemerintah tanggal 4 April 1998 dan 21 Agustus 1998. Bank Umum Servitia merupakan bank yang masuk dalam Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) berdasarkan pengumuman pemerintah tanggal 13 Maret 1999. Sejak saat itu (tanggal pengumuman), bank-bank tersebut berada dalam pengawasan BPPN. Lihat Catatan 4, 5, 8, dan 13.

Dokumen terkait