• Tidak ada hasil yang ditemukan

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen lapkir pendampingan padi 2016 (Halaman 30-34)

4.1. Sosialisasi dan Koordinasi dengan Dinas Terkait

Sebelum pelaksanaan kegiatan Pendampingan Penggembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Nasional (Komoditas Padi) di Kabupaten Bengkulu Utara terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan koordinasi dengan I nstitusi terkait. Koordinasi dilakukan dengan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara (Gunawan. R. MM), Kepala Bidang Tanaman Pangan (Tatang Syuryadie, H., SP., M.Si), Kasie Tanaman Pangan (Sri Susilowati, B.Sc) dan Kasie Statistik Pertanian (Esti H. Siregar, SP). Sosialisasi dan Koordinasi dilakukan untuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau menyepakati pelaksanaan kegiatan pendampingan sehingga dapat saling mendukung keberhasilan kegiatan (Gambar 1).

Gambar 1. Koordinasi dan Sosialisasi Kegiatan BPTP Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2016 pada tanggal 15 Februari 2016

Dari kegiatan ini diperoleh informasi pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Tahun 2016 Kabupaten Bengkulu Utara. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya, a). kegiatan Gerakan Tanam padi dengan Penerapan Jajar Legowo seluas 4.475 ha, b). Pengembangan Desa Pertanian Organik untuk Padi seluas 20 ha, dan c). Pengembangan Padi dengan Teknologi Hazton seluas 25 ha. Kegiatan ini masih dalam tahap persiapan di Dinas Pertanian dan Peternakan Bengkulu Utara dikarenakan belum selesainya revisi DI PA. Menurut Ka. Bid Tanaman Pangan saat ini CPCL kegiatan tersebut belum

dapat dipastikan, namun akan didistribusikan diseluruh kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara.

Untuk mendukung kegiatan dinas tersebut, BPTP akan melakukan pendampingan berupa; a). display teknologi budidaya padi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) , budidaya padi organik dengan pendekatan sistem of rice intensification (SRI ), dan teknologi budidaya Hazton, b) pelatihan dan narasumber, dan c). bahan informasi. Lokasi display berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara adalah Kecamatan Arma Jaya dan Marga sakti Sebelat. Pertimbangan pemilihan Kecamatan Arma Jaya karena akan dilaksanakan kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik untuk Padi dan sistem irigasi persawahan sudah baik serta terpisah dari areal persawahan disekitarnya. Sedangkan untuk lokasi Marga Sakti Sebelat, wilayah ini memiliki areal persawahan yang cukup luas namun jarang mendapat perhatian/ bimbingan untuk pengembangan sektor pertaniannya.

4.2. Mempercepat Penyebarluasan I novasi Teknologi PTT Padi Kepada Petani Dan Petugas Di Kaw asan Pertanian Nasional Tanaman Padi di Provinsi Bengkulu

Teknologi PTT Padi Saw ah

Penerapan inovasi budidaya padi sawah dengan pendekatan PTT di Kabupaten Bengkulu Utara masih rendah. Hasil identifikasi terhadap tiga komponen utama PTT padi sawah menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul baru mencapai 3,38% , sistem tanam jajar 2: 1 dan 4: 1 sebanyak 6,76% dan 42,02% , dan rekomendasi belum dilaksanakan sesuai dosis dan frekuensi pemupukan. Selain itu, untuk mendukung program pemerintah daerah berupa; gerakan tanam padi dengan penerapan jajar legowo, pengembangan desa pertanian organik untuk padi, dan pengembangan padi dengan teknologi Hazton.

Pada lokasi display, inovasi merupakan langkah yang efektif dalam mentransfer teknologi ke petani, karena petani sebagai pengguna bisa langsung menilai sifat-sifat unggul maupun kelemahan dari varietas yang diuji

.

Hasil identifikasi terhadap penerapan inovasi PTT, terdiri dari penggunaan varietas,

Tabel 3. Penerapan I novasi Budidaya Padi Sawah di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2016

No. Komponen teknologi Persentase

1. Penggunaan benih - varietas unggul baru - padi lokal

- varietas unggul

3,83 18,77 77,40 2. Rekomendasi pemupukan berdasarkan KATAM

- Sesuai - Tidak sesuai 3,53 96,47 3. Sistem tanam - Jajar legowo - Tegel 48,79 51,21

Sumber: Data primer (diolah) 2016

Berdasarkan tabel diatas, penggunaan benih di Kabupaten Bengkulu Utara didominasi oleh VU Mekongga, Ciherang, dan Cigeulis dengan penggunaan VUB I NPARI 13, 16, 22, 23, 26, 27, 28, 29, 30, dan 32. Dominasi distribusi varietas unggul dipengaruhi oleh kegiatan pengembangan yang dilaksanakan pemerintah daerah. Sedangkan penggunaan VUB tersebar pada lokasi-lokasi display dan pengkajian teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP Bengkulu.

Varietas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan/ atau ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik (Sembiring, 2008). Varietas padi juga merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi karena teknologinya murah dan penggunaannya sangat praktis (Badan Litbang Pertanian, 2007

).

Hasil penerapan berbagai varietas unggul baru (VUB) di Jawa Tengah dapat meningkatkan rata-rata produktivitas 1,0-2,4 t/ ha atau (16,26- 39,02% ) dibandingkan produktivitas varietas I R 64 (Suhargiantono, 2006).

Selain penggunaan VUB, komponen teknologi anjuran lainnya adalah pengaturan populasi tanaman dengan jajar legowo. Sistem tanam ini merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun maupun antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi di dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan. Pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi berada di barisan pinggir dari pertanaman. Akibatnya semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh pinggir (border effect).

Keuntungan penanaman padi dengan sistem jajar legowo 2: 1 diantaranya (i) semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir), (ii) pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah, (iii) penyediaan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas atau untuk mina padi, dan (iv) penggunaan pupuk lebih berdaya guna (Suhendrata et al, 2004: Badan Litbang Pertanian, 2007a; Suhendrata et al, 2008).

Berdasarkan hasil pengkajian menunjukkan bahwa tanam sistem jajar legowo dua baris dengan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm dapat meningkatkan produksi antara 560-1.550 kg/ ha dibandingkan dengan taman sistem tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm, dan R/ C meningkat dari 1,16 menjadi 1,43 dengan peningkatan keuntungan Rp1.352.000/ ha (Widarto dan Yulianto, 2001). Hasil pengkajian yang dilaksanakan di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo pada MT I 2 007/ 2008 (November 2007- Maret 2008) menunjukkan bahwa dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo 4: 1 (empat baris) dapat meningkatlkan produktivitas padi varietas Cisantana rata-rata ± 1,03 t/ ha atau 18,00% dibandingkan dengan sistem tanam t egel ( Tota Suhendrata, 2008).

Pelaksanaan display didahului dengan pengumpulan data/ informasi tingkat pengetahuan petani terhadap inovasi budidaya padi sawah. Data diinventarisasi dengan kuesioner terhadap 13 orang responden calon pelaksana display. Secara kelompok pemahaman responden terhadap inovasi PTT sebesar 3,55 pada skala 1-5, artinya responden sudah mengetahui inovasi PTT padi sawah (Tabel 4).

Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap I novasi Teknologi Pendekatan PTT Budidaya Padi Sawah

No Komponen inovasi Tingkat pengetahuan

1. Varietas unggul baru 3,096

2. Bibit muda 3,808

3. Jajar legowo 3,692

4. Pemupukan 3,436

5. PHT 3,369

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani secara individu terhadap inovasi PTT dilakukan pembobotan dengan menggunakan interval kelas. Tingkat pengetahuan petani berkisar antara 2,77-4,27 dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Secara keseluruhan tingkat pengetahuan responden berada dalam kategori rendah-sedang. Nilai pembobotan menggunakan tiga kelas interval seperti ditunjukkan Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap I novasi Budidaya Padi Sawah Berdasarkan I nterval Kelas

No. Kategori Kelas interval Frekuensi Persentase (% )

1. Rendah 2,7 3,2 5 38,46

2. Sedang 3,3 3,8 7 53,85

3. Tinggi 3,9 4,4 1 7,69

Sumber: Data primer (diolah) 2016

Berdasarkan data Tabel 4 dan 5, diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden masih rendah sampai sedang. Hal ini karena usahatani padi bukan merupakan usahatani utamanya. Usahatani utama petani di lokasi adalah kelapa sawit dan usahatani padi hanya sebagai usahatani tambahan, sehingga pengetahuan terhadap inovasi padi relatif lemah.

Dalam dokumen lapkir pendampingan padi 2016 (Halaman 30-34)

Dokumen terkait