LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESA
C. Tinjauan Umum tentang Ibadah 1.Pengertian Ibadah 1.Pengertian Ibadah
2. Macam-macam Ibadah
Dalam Ensiklopedia Islam, secara garis besar ibadah terbagi menjadi dua macam, yaitu :
a) Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti) yaitu ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah SWT, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
b) Ibadah ‘ammah (umum) yakni semua perbuatan mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, seperti makan, minum dan bekerja mencari nafkah. Dengan kata lain, semua bentuk amal kebaikan dapat dikatakan ibadah ‘ammah bila dilandasi dengan niat semata-mata karena Allah.48
47
Nurcholis Majid, Islam :Doktrin Dan Peradaban, (Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h.57
48
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 2, (Jakarta: Ihctar Baru Van Hoeve, 1994), Cet. 3, h. 144
Dalam bukunya Islam alternatif, Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa ibadah itu terbagi dua yaitu :
1. Ibadah yang merupakan upacara-upacara tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti shalat, zikir, shaum dan sebagainya.
2. Ibadah yang mencakup hubungan antar manusia dalam rangka mengabdi atau mendekatkan diri kepada Allah SWT.49
Ibadah jenis pertama bersifat ritual, yakni berhubungan langsung dengan Allah SWT karenanya para ulama menanamkannya dengan ibadah mahdah. Ibadah mahdah ini tidak banyak jumlahnya hanya terdiri dari delapan macam, yaitu “thaharah, shalat, shaum, zakat, haji, mengurus jenazah, udhiyah dan aqiqah, zikir dan do’a.50
Ibadah jenis ini bersifat ta’abbudi, artinya manusia tidak bisa merubah dan menambahkannya dengan hal-hal baru. Contoh ketika mengucapkan takbir ﺮ آا ﷲا sambil mengangkat tangan, ketika menyebut ﻜ م ا melirik ke kanan dan ke kiri ini tidak bisa ditanyakan mengapa ? wallahu ‘alam. Kita kerjakan saja karena meniru Nabi SAW. Sedang ibadah jenis kedua bersifat sosial, yakni hubungan diantara sesama manusia yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karenanya para ulama menamakannya dengan ibadah ghairu mahdah. Ibadah ini banyak sekali jumlahnya tidak bisa dibatasi, mencakup segala perbuatan apa saja yang tidak dilarang syara melakukannya yang diniatkan karena Allah menjadi ibadah.
49
Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung : Mizan, 1991) , Cet. 4, h. 46
50
Contoh, makan secara lahiriyah tidak ada hubungannnya dengan Allah tapi apabila diniatkan agar kuat melakukan ibadah kepada Allah, akan menjadi amal ibadah, dan sebagainya.
Untuk ibadah jenis kedua ini manusia diberi kelonggaran, artinya manusia boleh merubah dan menambahkannya dengan hal-hal yang baru sesuai dengan situasi dan kondisinya. Islam hanya memberi petunjuk umum dan pengarahan saja.
Dengan demikian bahwa pangkal semua amal perbuatan adalah niat. Artinya semua amal perbuatan di dunia, kalau niatnya baik, maka akan menjadi amal akhirat dan sebaliknya meski suatu perbuatan itu secara lahiriyah adalah perbuatan akhirat kalau niatnya jelek maka akan menjadi amal dunia. Sebagaimana hadits Nabi mengatakan :
لﺎ و ْ ﷲا ﺻ ا نأ ْ ﷲا ﺿر بﺎﻄ ْا ْ ﺮ ْ
:
ىﻮ ﺎ ئﺮْ ا ﻜ ﺎ إو تﺎ ﺎ لﺎ ْ ﻷْا ﺎ إ
)
(
Artinya : ”Dari Umar bin Khattab bahwa Nabi SAW bersabda : Sesungguhnya perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya (yang diperoleh) bagi setiap orang hanya sekadar apa yang diniatkannya”. (HR. Muttafaq ‘alaihi).51
Berdasarkan pembagian di atas, penulis akan membatasi kegiatan beribadah siswa yang berhubungan dengan ibadah mahdah yakni masalah shalat dan puasa seperti telah dijelaskan dalam pembatasan masalah. Berikut ini adalah uraian mengenai shalat dan puasa.
51
Muhammad Bin Ali Bin Muhammad Al Syaukani, Nail Al Authar Syarh Muntaqa Al Akhbar, (Kairo : Maktabah Wa Mathba’ah Mustofa Al Babi Al Halabi, Tt), Jilid 1, H. 131
a. Shalat
Salah satu bentuk ibadah dalam Islam sebagai taat dan patuh terhadap Allah SWT adalah shalat. Dalam shalat seseorang dituntut agar seluruh sikap dan perhatiannya ditujukan hanya kepada Allah semata. Menurut bahasa shalat berarti do’a, sedangkan menurut istilah berarti “sekumpulan bacaan dan tingkah laku yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam.52 Untuk melaksanakan shalat dengan baik perlu diketahui antara lain syarat sah shalat, rukun serta sunah-sunahnya
Syarat sah shalat yaitu “mengetahui tentang masuknya waktu shalat, suci dari hadats kecil dan besar, suci badan , pakaian dan tempat shalat dari najis, menutup aurat dan menghadap kiblat.53 Shalat juga mempunyai rukun-rukun. Jika ketinggalan salah satunya shalat dianggap tidak sah.
Rukun-rukun shalat : “niat, berdiri bagi yang kuasa, takbiratul ihram, membaca al-Fatihah, rukuk serta tumaninah, I’tidal dengan tumaninah, sujud dua kali serta tumaninah, duduk diantara dua sujud serta tumaninah, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, membaca shalawat atas nabi, memberi salam yang pertama dan menertibkan rukun.54
Ada beberapa sunah shalat yang diutamakan bagi orang yang mengerjakan shalat untuk memelihara agar tercapai pahalanya. Sunnah tersebut yaitu: Mengangkat kedua telapak tangan ketika takbiratul ihram, mengangkat
52
Nurcholis Majid, Op. Cit., h. 65
53
Sayyid Sabiq, Terjemah Fiqih Sunnah, ( Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1993), Cet 2, Jilid 1, h. 276
54
M. Rifai, Et,Al., Terjemah Khulasah Kifayatul Akhyar, (Semarang : CV, Toha Putra, 1978), h. 70
kedua telapak tangan ketika akan rukuk dan tatkala berdiri dan tasyahud akhir, meletakkan telapak tangan di atas tangan kiri, membaca do’a iftitah, membaca isti’adzah sebelum membaca bismillah, membaca amin setelah membaca al-Fatihah, membaca surat atau ayat al-Qur’an sesudah membaca fatihah pada dua rakaat yang pertama (ke satu dan ke dua) dalam tiap-tiap shalat, membaca takbir setiap bangkit dan turun, berdiri dan duduk kecuali setelah bangkit dari rukuk
(Samiallahhulimanhamidah), Samiallahhulimanhamidah sewaktu bangkit dari
rukuk. Membaca robbana walakalhamdu mil’us-samaawaati wa mil-ul-ardhi
wamil’u maa syi’ta min syai’in ba’du sewaktu I’tidal, membaca subhana
rabbiyal adzimi wabihamdihi 3 kali ketika sujud. Duduk iftirasy (bersimpuh) pada semua duduk dalam shalat kecuali duduk akhir atau tawarruk dan memberi salam kedua.55
Shalat merupakan salah satu materi yang harus diberikan perhatian, karena selain ibadah ritual juga memiliki nilai pendidikan yang berarti. Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam SMK, pengajaran shalat terdapat di kelas satu semester I selain itu dibahas pula mengenai kebiasaan melaksanakan kewajiban shalat baik shalat fardhu maupun shalat berjamaah.
b. Puasa
Puasa dalam Bahasa Arab disebut “al-Shaum” yang berarti: “menahan dari sesuatu”.56 Secara terminologis puasa diartikan sebagai suatu ibadah yang diperintahkan oleh Allah dengan cara “ menahan makan, minum, dan hubungan seksual sejak terbit fajar sampai terbenam matahari disertai niat “.57 Sementara Al-Kahlani mendefinisikan puasa dengan menahan diri dari makan minum, hubungan seksual menurut cara yang telah ditentukan oleh syara “.58
55
ibid., h. 31
56
Mahmud Yunus, Op.Cit., h. 224
57
Sayid Sabiq, Fiqih Al-Sunah (Beirut : Dar AL-Fikr, 1983), Jilid I, h. 364
58
Muhammad Bin Ismail Al-Kahlan, Subul Al Salam, (Bandung ; Maktabah Dahlan, tt) Jilid II, h. 150
Dengan demikian puasa merupakan suatu ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan, minum dan hubungan seksual pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Berpuasa pada dasarnya berfungsi mengendalikan hawa nafsu pada diri setiap orang sehingga dapat terkendali dan terarah pada hal-hal yang positif. Ibadah puasa termasuk ibadah khusus, karena itu tata caranya ditetapkan berdasarkan aturan syariat Islam.
Syarat wajib puasa adalah “Islam, baligh dan berakal, kuat berpuasa dan sedang menetap didaerah tempat tinggalnya (mukim)”.59 Sedangkan definisi puasa adalah “menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari serta niat berpuasa”.60
Sebelum terbit fajar seseorang yang akan berpuasa besok harinya, dianjurkan makan sahur agar kuat dalam menahan lapar dan haus di siang hari. Selain itu pada malam harinya diperintahkan untuk berniat melaksanakan puasa besok harinya. Setelah terbit fajar ia harus mulai menahan dari segala hal yang membatalkan hingga terbenam matahari, lalu dianjurkan segera berbuka puasa dengan buah kurma, tamar atau seteguk air.61 Selain itu dianjurkan pula untuk membaca doa ketika berbuka dan hendaknya memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa.
59
Sayid Sabiq, Op. Cit., h. 370
60
ibid., h. 369
61
Puasa merupakan ibadah ritual yang memiliki makna tinggi. Ia merupakan suatu proses pendidikan dan latihan intensif, menguji kekuatan iman dan sekaligus mengendalikan hawa nafsu. Ibadah ritual ini dapat melahirkan sikap-sikap positif yang ditampakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kepedulian terhadap fakir miskin.