• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi faktor Internal dan Eksternal Agribisnis Belimbing Dewa

Identifikasi faktor eksternal dan internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor di luar dan di dalam agribisnis belimbing dewa di Kota Depok yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis belimbing dewa. Identifikasi faktor internal digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal yang tentunya akan berpengaruh pada pengembangan agribisnis belimbing dewa. Faktor-faktor internal tersebut dapat diidentifikasi sebagai kekuatan dan kelemahan bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa. Kekuatan dan kelemahan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan strategi pengembangan.

Identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan melihat faktor-faktor di luar agribisnis belimbing dewa. Indentifikasi ini terfokus untuk medapatkan faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa sehingga memudahkan untuk menentukan strategi- strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman.

1. Faktor Internal

Faktor-faktor internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan dari strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diperoleh faktor-faktor strategis

commit to user

internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok yaitu sebagai berikut:

a. Kekuatan

Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor tersebut dianggap sebagai kekuatan yang akan mempengaruhi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan harus digunakan semaksimal mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuan pengembangan agribisnis belimbing dewa, faktor-faktor itu terdiri dari: 1. Lokasi Kota Depok yang strategis karena dekat dengan daerah

pemasaran

Lokasi Kota Depok sangat strategis karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang merupakan pusat perekonomian dan juga dekat dengan Kota Bandung sebagai ibukota Jawa Barat. Hal ini merupakan suatu keuntungan karena sebagian besar buah belimbing dewa di pasarkan ke DKI Jakarta dan Bandung, sehingga dengan dekatnya daerah pemasaran dapat lebih efisien dalam hal waktu dan biaya tranportasi.

2. Akses transportasi yang mendukung

Secara umum, dengan pesatnya pembangunan di Kota Depok jalan transportasi di Kota Depok sudah sangat baik. Hal ini dapat mempermudah kegiatan mobilitas penduduk dan hasil produksi belimbing dewa. Demikian juga jalur transportasi antar daerah baik itu provinsi maupun kabupaten lain dengan Kota Depok telah memadai dan sangat baik untuk digunakan masyarakat dalam kegiatan perekonomiannya.

3. Ketersediaan sarana produksi yang mudah diakses

Sarana Produksi merupakan input dalam proses budidaya belimbing dewa. Kemudahan akses dalam memperoleh sarana produksi sangat diperlukan oleh petani. Kemudahan akses dalam memperoleh sarana produksi akan mempermudah dalam

commit to user

menjalankan budidaya belimbing dewa. Sebaliknya bila sarana produksi sulit untuk didapatkan maka petanipun akan mendapatkan kesulitan dalam menjalankan budidaya.

Bagi petani belimbing dewa di Kota Depok ketersediaan sarana produksi sudah mudah diakses. Sarana produksi tersedia di toko pertanian maupun gapoktan yang ada di Kota Depok. gapoktan juga menyediakan sarana produksi agar memudahkan para petani dalam memperoleh sarana produksi. Kemudahan akses terhadap sarana produksi dapat menjadi salah satu kekuatan pada agribisnis belimbing dewa di Kota depok.

4. Kualitas buah yang baik

Buah belimbing yang dibudidayakan di Kota Depok adalah varietas dewa. Varietas ini memiliki kualitas yang baik karena memiliki buah yang besar, berwarna kuning cerah, rasanya manis- manis segar, mempunyai serat dan kandungan air yang banyak. Kandungan air yang tinggi membuat kesegerannya dapat bertahan lebih lama yaitu sekitar satu minggu .

b. Kelemahan

Faktor kelemahan adalah bagian dari faktor internal. Faktor- faktor yang dianggap sebagai kelemahan akan menjadi kendala dalam upaya pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Kuantitas buah yang masih rendah

Produksi belimbing dewa di Kota Depok saat ini belum mampu memenuhi semua permintaan yang ada karena masih rendahnya kuantitas buah belimbing dewa. Rendahnya jumlah produksi belimbing dewa tidak lain dipengaruhi oleh semakin maraknya alih fungsi lahan sehingga lahan pertanian di Kota Depok juga semakin berkurang.

commit to user

2. SDM petani yang masih rendah

Rendahnya kualitas SDM merupakan kendala yang serius dalam pembangunan pertanian. Kualitas SDM pertanian sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah. Selain itu mentalitas petani yang berkecimpung dalam usahatani juga rendah. Kondisi tersebut juga terjadi pada petani di Kota Depok. Belum banyak kaum muda dan berpendidikan di Kota Depok tidak mau berkecimpung pada kegiatan pertanian, ini dapat dilihat pada jumlah pekerja di pertanian yang paling rendah yaitu pada tahun 2011 berjumlah 892 orang.

Rendahnya SDM juga dirasakan pada kegiatan sosialnya antar petani belimbing dewa, adapula yang tidak ingin berkelompok dan lebih memilih menjalankan usahanya seorang diri. Hal ini juga dapat menjadi suatu kendala bagi pemerintah dalam pengembangannya dan juga suatu kerugian bagi petani tersebut karena dengan tidak berkelompok dia tidak bisa mendapatkan pembinaan dan pelatihan yang dilakukan pemerintah serta mendapatkan bantuan dana modal.

3. Manajemen usaha petani yang kurang baik

Dalam menjalankan usahanya petani di Kota Depok banyak yang masih menganggap usahatani merupakan bagian dari kegiatan rumah tangganya. Hal ini akan berpengaruh pada pengelolaan keuangannya yang akan bercampur sehingga bisa saja uang yang seharusnya dijadikan modal terpakai untuk kegiatan rumah tangganya.

Berdasarkan penelitian di lapang rata-rata petani belum melakukan kegiatan usahataninya dengan baik. Semua pengeluaran dan pendapatan belum dicatat sehingga rata-rata petani tidak mengetahui pasti jumlah uang yang dikeluarkan dalam menjalankan usahataninya dan jumlah pendapatan yang di dapat dari usahataninya.

commit to user

4. Petani yang tidak aktif

Berdasarkan hasil wawancara di lapang masih ada petani yang belum mau berkelompok dalam menjalankan usahataninya. Padahal keberadaan organisasi sesungguhnya sangat diperlukan terutama sebagai media komunikasi antar petani maupun antara petani dan pihak luar. Selain itu dengan berkelompok apabila kita mengalami kendala dalam menjalankan usahatani kita dapat meminta bantuan antar sesama anggota.

PKPBDD (Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok) yang seharusnya menjadi tempat utama pemasaran belimbing dewa juga saat ini sedang tidak beroperasi padahal dengan adanya PKPBDD pemerintah berharap pemasaran belimbing dewa dapat dijalankan dari satu pintu sehingga akan lebih menguntungkan petani, karena semakin banyak rantai pemasaran maka biaya yang dikeluarkan untuk pemasaranpun semakin besar.

5. Modal petani yang terbatas

Dalam menjalankan usahataninya petani di Kota Depok juga mengalami masalah dalam kurangnya modal, karena kebanyakan petani hanya mengandalkan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Keinginan untuk mengembangkan usaha kerap terbentur keterbatasan modal. Dana bantuan pemerintah yaitu yang berasal dari program PUAP tidak diterima oleh seluruh gapoktan yang berada di Kota Depok. gapoktan yang mendapatkan bantuan dana PUAP harus melakukan seleksi yang dilakukan oleh dinas pertanian. PKPBDD (Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok) yang didirikan oleh pemerintah selain untuk membantu petani dalam hal pemasaran juga diarahkan untuk membantu petani dalam hal permodalan, namun saat ini PKPBDD tidak beroperasi sehingga semakin sedikit akses petani terhadap sumber-sumber modal.

commit to user

6. Kurang tersedianya tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu aspek penting dalam menjalankan usahatani. Bila tidak tersedia tenaga kerja akan menjadi suatu hambatan dalam menjalankan usahatani. Dalam usahatani belimbing dewa hampir seluruh kegiatan budidaya memerlukan tenaga kerja mulai dari pemupukan, pemangkasan, sanitasi kebun, penyemprotan pestisida, pembungkusan dan pemanenan. Kegiatan budidaya yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja adalah kegiatan pembungkusan dan pemanenan buah belimbing dewa.

Berdasarkan hasil wawancara saat ini semakin sulit memperoleh tenaga kerja di Kota Depok karena kebanyakan kaum muda lebih memilih bekerja di bidang non pertanian. Sulitnya memperoleh tenaga kerja merupakan suatu kelemahan tersendiri karena akan jadi suatu hambatan tersendiri. Apabila pembungkusan dengan menggunakan tenaga kerja lebih banyak akan lebih cepat selesai namun bila tenaga kerjanya hanya sedikit pekerjaan tersebut akan membutuhkan waktu yang lebih lama.

7. Adanya pembinaan dan pelatihan dari pemerintah

Perhatian pemerintah yang diwujudkan dalam peran serta Dinas Pertanian Kota Depok dalam penyusunan SOP (Standart

Operational Procedure). Selain itu pemerintah Kota Depok juga

melakukan pelatihan serta pembinaan kepada petani melalui penyuluh-penyuluh yang ditugaskan di masing-masing kecamatan yang ada di Kota Depok. Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan pemerintah yaitu pelatihan pengolahan hasil, SOP (Standart Operational Procedure), packaging, kunjungan lahan ke kebun,

dsb. Metode pembinaan yang dilakukan juga bercaman-macam seperti diskusi, tanya jawab, demonstrasi, praktek lapang serta kunjungan ke daerah lain.

commit to user

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor peluang dan ancaman dari strategi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diperoleh faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok yaitu :

a. Peluang

Faktor peluang adalah bagian dari faktor eksternal. Faktor- faktor tersebut dianggap sebagai suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Potensi tersebut harus dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, peluang tersebut terdiri dari :

1. Budaya masyarakat back to nature

Seiring tren back to nature berkembang di masyarakat

menyebabkan banyak masyarakat yang telah menyadari arti penting kesehatan, oleh karena itu masyarakat lebih memilih makanan alami yang menjamin kandungan-kandungan gizinya. Buah belimbing dewa dapat menjadi salah satu pilihan yang cukup diminati, karena mengandung banyak kandungan gizi yang baik untuk kesehatan. Sehingga saat ini, masyarakat tidak sekedar memilih buah yang segar, tetapi juga memiliki kandungan gizi yang tinggi serta memiliki khasiat untuk kesehatan. Keadaan inilah yang menjadi salah satu peluang dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota depok.

2. Potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya belimbing dewa Salah satu kunci keberhasilan usaha di bidang pertanian adalah pemilihan komoditas, selain itu penentuan lokasinya juga ikut menentukan perkembangan selanjutnya. Lokasi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok sangat sesuai dengan kebutuhan tanaman belimbing dewa untuk tumbuh.

commit to user

Kota Depok terletak di dataran rendah yang sangat cocok untuk ditanami belimbing.

Berdasarkan hasil wawancara belimbing varietas dewa yang di tanam di Kota Depok memiliki memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan buah belimbing dewa yang di tanam di daerah lain, padahal semua prosedur penanaman sudah sama dengan SOP (Standart Operational Procedure) yang sudah

diterapkan di Kota Depok namun rasanya tetap berbeda dengan buah belimbing dewa yang ditanam di Kota Depok. Hal ini menjadi salah satu peluang dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

3. Permintaan belimbing dewa yang semakin meningkat

Semakin berkembangnya zaman juga menyebabkan perubahan pola pikir masyarakat yang mulai sadar akan arti penting kesehatan. Buah belimbing dewa selain rasanya yang segar tetapi juga memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Khasiat belimbing dewa sendiri yaitu obat herbal penurun darah tinggi/hipertensi, kencing manis, nyeri lambung, dll.

Buah belimbing dewa dapat dijadikan alternatif sebagai pilihan buah yang diminati. Hal ini menyebabkan permintaan buah belimbing dewa semakin meningkat, permintaan yang datang baik dari pasar lokal maupun pasar internasional. Buah belimbing dewa sangat diminati di daerah timur tengah karena rasanya yang segar serta kandungan airnya yang banyak jadi sangat cocok untuk di konsumsi di daerah gurun yang sangat panas. Ini menjadi peluang yang baik bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa kedepannya.

4. Perkembangan teknologi

Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang. Teknologi bukan hanya mencakup penemuan-penemuan yang baru saja, tetapi juga

commit to user

meliputi cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Perkembangan teknologi juga berlangsung di bidang agribisnis. Kondisi ini menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong perkembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok.

Teknologi budidaya yang diterapkan di Kota Depok menurut Dinas Pertanian Kota Depok sama saja dari tahun ke tahun, mungkin yang dikembangkan selama ini adalah alat pembungkus buah yang digunakan. Penelitian mengenai alat pembungkus buah dilakukan karena karbon yang saat ini digunakan sebagai pembungkus mulai sulit untuk ditemukan di pasaran dan mengembangkan irigasi tetes yang saat ini baru diterapkan di Kecamatan Sawangan sebagai kecamatan terpilih dalam program primatani.

Teknologi pengolahan hasil yang digunakan untuk pengolahan sudah baik, karena pemeintah pun juga memberikan bantuan perlatan pengolahan, serta pemerintah juga ikut serta membangun pabrik pengolahan yang peralatannya sudah modern, namun sampai saat ini pabrik tersebut belum beroperasi.

5. Pasar yang masih terbuka

Konsumen buah belimbing dewa segar lebih banyak berada di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Hal ini disebabkan karena harga belimbing ini sendiri yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan buah lain dan juga belimbing dewa dalam perkilo hanya berjumlah sedikit serta buah belimbing juga tidak termasuk buah meja seperti pisang, jeruk, dan buah-buah yang lain. Permintaan buah belimbing dewa yang tinggi di kota-kota besar tidak lepas dari tingkat pendapatan yang relatif tinggi di banding penduduk di kota-kota kecil dan gaya hidup yang sehat. Selain permintaan dari daerah-daerah di Indonesia, buah belimbing dewa juga mempunyai permintaan dari luar Indonesia yaitu dari

commit to user

Singapura dan Timur Tengah. Permintaan terbesar dari Timur Tengah yaitu dari Abu Dhabi. Permintaan dari luar negeri sampai sekarang belum dapat terpenuhi karena produksi buah belimbing yang masih belum mencukupi untuk melakukan eksport ke negara lain dan juga karena permintaan pasar lokal yang tinggi serta maraknya alif fungsi lahan di Kota Depok yang sangat berpengaruh berkurangnya lahan pertanian.

Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, belimbing dewa juga menjadi bahan baku untuk diolah menjadi berbagai jenis makanan dan minuman. Berkembagnya industri pengolahan belimbing dewa ternyata membuka peluang bagi pemasaran belimbing dewa yang cukup menjajikan.

b. Ancaman

Faktor ini merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor tersebut dianggap sebagai ancaman yang bisa menjadi hambatan dalam pengembangan agribisnis belimbing dewa di kota Depok. Faktor- faktor tersebut harus dihindari dan diusahakan upaya penanggulangannya secara baik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ancaman tersebut terdiri dari :

1. Faktor Perubahan Iklim

Faktor perubahan iklim sangat berpengaruh nyata dalam budidaya belimbing dewa. Saat ini dimana karena dampak dari pemanasan global dimana musim hujan dan musim kemarau menjadi tidak menentu. Pengaruh itu sangat berpengaruh apabila yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau namun hujan masih saja turun dan menyebabkan tanaman belimbing yang sedang berbunga menjadi rontok karena terkena hujan, jika bunganya banyak yang rontok maka buah belimbing yang dihasilkan juga sedikit jumlahnya.

commit to user

2. Persaingan dengan buah lain

Pada saat panen raya yaitu bulan Desember sampai Januari selain buah belimbing dewa buah lain juga panen sehingga ini berdampak juga terhadap penjualan belimbing dewa. Harga buah belimbing dewa yang relatif lebih mahal di banding buah lain seperti mangga, duku, pepaya, pisang, dll menjadikan konsumen lebih memilih buah yang lain yang memiliki harga lebih murah dan jumlah perkilogramnya juga lebih banyak sehingga dapat dinikmati oleh seluruh keluarga. Hal ini menjadi ancaman tersendiri bagi pemasaran belimbing dewa.

3. Semakin berkurangnya lahan pertanian

Pesatnya pembangunan yang terjadi di Kota Depok ternyata memiliki dampak yang kurang baik terhadap pertanian disana. Semakin maraknya pembanguan baik untuk perumahan, pusat pembelanjaan dan lain hal ternyata berdampak pada keberadaan lahan pertanian, akibatnya banyak lahan pertanian yang beralih fungsi ke non pertanian. Hal ini jelas sangat mengancam keberadaan pertanian di Kota Depok.

C. Perumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota

Dokumen terkait