• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL

Lingkungan Internal Rumah Tempe Indonesia Manajemen

RTI dipimpin oleh Bpk. Sukhaeri, SP selaku pimpinan. Beliau selaku pimpinan memiliki wewenang tertinggi dalam mengelola manajemen bisnis dan merupakan penanggung jawab RTI. Beliau mambawahi bagian operasional, bagian produksi, bagian pemasaran dan bagian keuangan seperti pada Gambar 8. Aktivitas manajemen terdiri dari empat fungsi yaitu planning, organizing, leading, dan controlling dalam mencapai tujuan RTI.

Fungsi planning, diawali dengan menetapkan tujuan utama RTI yaitu (1) menjadi model pabrik tempe higienis dan ramah lingkungan (2) menciptakan kebanggaan dan mengangkat derajat profesi pengrajin tempe di Indonesia (3) mengenalkan tempe unggulan kepada konsumen dan mendorong pencitraan yang lebih baik terhadap tempe, dan (4) menjadi sarana pembelajaran dan penelitian tentang produksi tempe higienis dan ramah lingkungan. Berdasarkan tujuan tersebut RTI berusaha untuk meningkatkan omset penjualan produknya agar kegiatan usahanya terus berjalan dan dapat memenuhi keempat tujuan utama tersebut. Penetapan segmentasi pasar RTI adalah pasar premium yaitu konsumen menengah atas, konsumen yang peduli akan kesehatan, konsumen yang peduli akan kualitas produk, perusahan besar yang menggunakan tempe untuk diolah menjadi makanan bayi, rumah sakit, kedai vegetarian, dan restoran. Sasaran pasar produk RTI saat ini masih wilayah Bogor.

Fungsi organizing, dilakukan dengan mendesain struktur organisasi dalam kegiatan bisnis RTI seperti pada Gambar 8. Terdapat pimpinan yang membawahi bagian teknik, bagian produksi, bagian pemasaran dan bagian keuangan. Pimpinan bertugas sebagai pemimpin kegiatan usaha RTI, pemegang keputusan tertinggi, sekaligus sebagai penanggung jawab utama. Bagian operasional bertanggung jawab atas kerjasama dengan pihak-pihak terkait dan juga mengatur dan

Pimpinan Sukhaeri, SP Bagian Produksi Ribiyanto Bagian Pemasaran Endang Maulana, SE Bagian Teknik Rikamto Bagian Keuangan Yayah Juariah mengontrol seluruh kegiatan operasional RTI. Bagian produksi memimpin kegiatan produksi dengan tiga orang karyawan, bertanggung jawab atas kegiatan produksi di pabrik, dan mengontrol kualitas produk yang dihasilkan. Bagian pemasaran bertanggung jawab atas pemasaran produk agar sampai ke konsumen. Bagian keuangan bertanggung jawab dalam perhitungan pemasukan dan pengeluaran dari bisnis yang dilakukan.

Gambar 8 Struktur Organisasi Rumah Tempe Indonesia Sumber: Data Primer (2014)

Fungsi leading, dilakukan dengan penyeleksian karyawan dalam perekrutan, menetapkan SOP dalam kegiatan produksi bagi para karyawan, memberikan insentif sesuai hasil pekerjaannya untuk meningkatkan motivasi karyawan, mengikutsertakan para karyawan dalam Training Pengenalan HACCP, mengikutsertakan beberapa perwakilan RTI dalam beberapa seminar, dan mengadakan studi banding dengan beberapa pihak. Fungsi controlling, dilakukan dengan memantau seluruh kegiatan dan mengadakan rapat untuk mengevaluasi seluruh kegiatan.

Pemasaran

Kegiatan pemasaran yang dilakukan RTI diidentifikasi menggunakan bauran pemasaran (marketing mix) 4P (Product, Price, Promotion, Place) sebagai indikator. Product, produk yang diproduksi RTI adalah tempe segar berbahan baku kedelai. Produk terdiri dari tiga jenis berdasarkan jenis kedelai yang digunakan yaitu (1) Tempe Organik (2) Tempe Premium Lokal, dan (3) Tempe Premium Impor. Ukuran tempe yang dihasilkan yaitu dengan berat bersih sebelum fermentasi (1) 300 gram, (2) 450 gram, dan (3) 800 gram. Price, produk RTI yang dipasarkan berupa tempe segar dengan harga berbeda-beda sesuai jenis dan beratnya. Penetapan harga yang dilakukan RTI berdasarkan Cost Plus yaitu berdasarkan biaya atau penetapan harga lebih besar dari biaya. Menurut Downey dan Ericson dalam Asmarantaka (2012), penetapan harga berdasarkan cost plus ini secara sederhana menambahkan margin tetap terhadap biaya dasar (harga pembelian). Margin tetap yang ditetapkan RTI berkisar antara 20% sampai 30% pada harga jual setiap produk. Harga produk yang biasa dipesan konsumen berkisar antara Rp 5 000 sampai Rp 15 000. Promotion, upaya promosi RTI saat ini dilakukan dengan mengikuti beberapa pameran dan membangun kerjasama

dengan beberapa distributor. Place, daerah pemasaran RTI masih berfokus pada wilayah Bogor dan masih merintis untuk memasuki daerah Jadetabek.

Pemasaran yang dilakukan RTI adalah pemasaran langsung pada konsumen. Konsumen biasanya memesan langsung melalui telepon maupun datang langsung ke lokasi pabrik untuk membeli produk. Pengiriman untuk wilayah Bogor diantarkan langsung oleh karyawan dan apabila mendapat pesanan dari wilayah Jadetabek pengiriman produk akan dilakukan menggunakan jasa pengiriman seperti TIKI ataupun JNE. Kegiatan pemasaran yang dilakukan RTI belum memiliki manajemen yang baik dan belum optimal dilakukan. Belum ada perencanaan pemasaran yang matang dalam memasarkan produknya.

Keuangan/ Akuntansi

Investasi awal Rumah Tempe Indonesia diluar investasi lahan yaitu sebesar 510 juta Rupiah. Investasi awal ini berupa pabrik, reaktor pengolah limbah, peralatan dan mesin. Sebagian dari total investasi awal adalah bantuan dari luar RTI yaitu, 100 juta Rupiah bantuan dari perusahan importir kedelai (FKS Multiagro), 50 juta Rupiah bantuan dari perusahaan ANTAM, dan 40 juta Rupiah dari Mercy Corps Indonesia.

Fungsi akuntansi dapat menentukan kekuatan dan kelemahan keuangan dalam suatu bisnis dan berfungsi sebagai daya tarik bagi investor. Fungsi akuntansi pada tingkat ukm biasanya berupa keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Fungsi akuntansi ini sangat penting dilakukan untuk memonitor aktivitas bisnis. Akuntasi yang dilakukan Rumah Tempe Indonesia masih sederhana. Aktivitas akuntansi yang dilakukan hanya sebatas pada pencatatan penerimaan dan pengeluaran bisnis dan belum berupa sistem akuntansi mendalam mengenai keputusan investasi dan pembiayaan.

Produksi/ Operasi

Tempe yang diproduksi Rumah Tempe Indonesia (RTI) dilakukan secara

just in time dimana tempe akan diproduksi apabila ada pesanan dari konsumen. Pada saat ini RTI memproduksi tiga jenis tempe segar yang dapat dipesan oleh konsumen yaitu:

1. Tempe Organik, yaitu tempe yang diperoses menggunakan bahan baku kedelai organik.

2. Tempe Premium Lokal, yaitu tempe yang diperoses menggunakan bahan baku kedelai lokal terbaik yaitu varietas Grobogan.

3. Tempe Premium Impor, yaitu tempe yang diproses menggunakan bahan baku kedelai impor dengan klasifikasi IP Food Grade Non GMO dan GMO grade 1.

Pada saat ini rata- rata produksi RTI menghabiskan bahan baku kedelai 30- 75 kg per hari dan menghasilkan sekitar 150 bungkus setiap harinya.

Proses produksi RTI dilakukan di sebuah pabrik berbentuk rumah yang telah didesain agar efisien dan hemat energi. Desain tata letak pabrik/ ruang produksi dapat dilihat pada Gambar 9. Desain ruang dan bangunan dibuat dengan bagian berkaca yang cukup banyak sehingga cahaya bisa masuk dan mengurangi penggunaan lampu. Langit-langit didesain tinggi untuk membantu aerasi sehingga

pekerja dalam keadaan nyaman. Tata letak mesin dan peralatan di pabrik mengikuti alur kerja produksi tempe agar waktu produksi dan pembagian kerja antar pengrajin menjadi jelas. Proses produksi basah dan kering dipisahkan sehingga produk yang dihasilkan lebih higienis. Kewajiban berupa SOP didalam ruang produksi juga diberlakukan demi kualitas produk.

Gambar 9 Tata Letak Dalam Pabrik/ Ruang Produksi Sumber: Data Primer 2014

Produksi yang dilakukan dalam membuat tempe segar terdapat beberapa tahapan. Tahapan produksi di RTI dapat dilihat pada Gambar 10. Produksi diawali dengan tahap penyortiran kedelai. Kedelai yang diperoleh disortir dan dibersihkan dari kotoran seperti pasir dan benda lain yang terbawa di dalam karung berasama kedelai. Kemudian kedelai yang telah disortir, direndam dalam drum perendaman selama 15 hingga 30 menit untuk menghilangkan kembali kotoran seperti debu yang menempel pada kedelai. Kedelai yang telah bersih dari debu dan kotoran di rebus hingga mekar dan empuk selama 1.5- 2 jam.

Kedelai yang telah di rebus di rendam kembali selama 24 jam agar kadar asam pada kedelai turun dan optimal, hal ini dilakukan agar kualitas tempe yang dihasilkan sempurna dan tidak cepat busuk. Setelah itu kedelai digiling menggunakan mesin pengiling untuk memecah kulit kedelai dan dicuci kembali hingga bersih dari kulitnya dan lendir yang menempel. Setelah bersih dan bebas lendir kemudian kedelai di sterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan cara memasukkan kedelai ke dalam dandang dan menyiramnya dengan air mendidih ditutup dan didiamkan selama 15 menit. Setelah itu kedelai ditiriskan dan dibawa ke meja peragian. Pada meja peragian dilakukan proses pemberian ragi dan proses memasukkan kedelai ke dalam bungkus plastik yang sudah disiapkan. Plastik

Keterangan:

A : Ruang Produksi Basah B : Ruang Produksi Kering C : Ruang Fermentasi D : Ruang Produk jadi

A

C B

yang telah terisi kemudian di sealer dan disimpan dalam rak fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 24 jam dan tempe segar dapat dipasarkan ke konsumen.

Gambar 10 Tahapan Produksi Tempe Segar RTI Sumber: Data Primer (2014)

Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan penting dilakukan dalam hal inovasi produk. Inovasi yang dilakukan tentunya akan menambah nilai dari produk yang akan dijual. Selain itu aktivitas ini akan mengevaluasi produk yang dihasilkan. Penelitian dan pengembangan dalam usaha RTI dilakukan oleh bagian produksi dan bagian teknis. Aktivitas penelitian dan pengembangan dilakukan untuk peningkatan kualitas dan pengembangan produk. Aktivitas penelitian dan pengembangan pada produk RTI sampai saat ini dilakukan di pabrik secara langsung pada satu tahun pertama saja. Aktivitas penelitian dan pengembangan selanjutnya dilakukan dengan cara mengikuti berbagai pelatihan dan seminar berkaitan dengan bisnis yang dijalani. Melakukan pelayanan dan menjalin hubungan baik dengan konsumen pun dilakukan dalam upaya menunjang kegiatan penelitian dan pengembangan usaha Rumah Tempe Indonesia.

Sistem Informasi

Sistem informasi yang efektif sangat dibutuhkan dalam aktivitas yang berkaitan dengan bisnis dijalani. Sistem informasi akan meningkatkan kinerja dari suatu bisnis. Sebuah sistem informasi mendasar yang efektif digunakan dalam

Penyortiran Perebusan Pencucian Peragian Penirisan Perebusan Penggilingan Fermentasi Perendaman awal Perendaman awal

bisnis yaitu dengan penggunaan perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) komputer. Rumah Tempe Indonesia (RTI) dalam menjalani aktivitas bisnisnya menggunakan sistem informasi berupa beberapa seperangkat komputer dengan software seperti microsoft office excel, microsoft office word, dll. RTI juga telah memasang jaringan internet, memiliki email dan web. Sistem informasi yang tersedia di RTI digunakan dengan baik akan tetapi penggunaan internet seperti web dan email tidak aktif digunakan dalam aktivitas bisnis yang dijalani.

Lingkungan Eksternal Rumah Tempe Indonesia Kekuatan Ekonomi

Secara umum keadaan perekonomian Kota Bogor dapat dilihat dari nilai PDRB (Pendapatan Domestik regional Bruto) Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 menurut Lapangan Usaha. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah PDRB berdasarkan harga tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambahannya. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 adalah PDRB berdasarkan harga tahun 2000 sebagai tahun dasar, perubahan PDRB ini mencerminkan perubahan output yang tidak dipengaruhi perubahan harga yang biasanya cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Dapat dilihat pada Tabel 12, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp 10 089 943.96 juta di tahun 2008 meningkat menjadi Rp 17 323 335.99. PDRB Atas Dasar Harga Konstan pun mengalami peningkatan yaitu dari Rp 4 252 821.78 juta pada tahun 2008 menjadi Rp 5 394 161.34 juta di tahun 2012. Hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir telah tejadi peningkatan rill yang cukup signifikan sehingga peningkatan yang terjadi bukan hanya karena faktor kenaikan harga ataupun inflasi tetapi juga merupakan peningkatan kapasitas produksi sektoral.

Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial dari berbagai strategi (David 2004). Kondisi perekonomian yang ditunjukan PDRB Kota Bogor selama tahun 2008 sampai 2012 mengindikasi adanya peningkatan perekonomian secara rill yang cukup signifikan. Hal ini berpengaruh terhadap bisnis yang dijalani oleh RTI karena pangsa pasar yang utama saat ini adalah wilayah Kota Bogor.

Tabel 12 PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000) Tahun 2008- 2012 (Jutaan Rupiah)

No Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1 2008 10 089 943.96 4 252 821.78 2 2009 11 904 599.66 4 508 705.07 3 2010 13 908 899.57 4 785 434.36 4 2011 *) 15 487 253.96 5 081 482.69 5 2012 **) 17 323 335.99 5 394 161.34

Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat ditinjau melalui pendapatannyamaupun didekati dari sisi pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan hasil SUSENAS 2011, rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di Kota Bogor tahun 2011 adalah Rp 340 546 untuk kelompok makanan dan Rp 422 692 untuk kelompok barang non makanan. Jika dilihat dari tahun sebelumnya, pengeluaran pertkepita perbulan untuk kelompok makanan mengalami kenaikan sebesar 57.40% disbanding tahun 2010 dan 13.24% untuk kelompok barang non makanan (BPS 2013). Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat Kota Bogor mengalami kenaikan.

Isu lingkungan secara global mengenai limbah sampai saat ini masih gencar disosialisasikan demi memperbaiki kualitas lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem. Ditulis oleh Satyahadi dalam www.indonesiaprintmedia.com (2014), pada Juni 2013, Bank Dunia menerbitkan laporan berjudul What a Waste: A Global review of Solid Waste Management.dalam laporan tersebut dibahas mengenai masalah limbah di seluruh penjuru dunia yang menjadi tantangan serius untuk ditangani. Limbah menjadi sebuah keniscayaan dalam aktivitas sosial dan ekonomi manusia. Semakin banyak jumlah manusia dengan segala segala kompleksitas aktivitas sosial dan ekonominya, maka akan semakin banyak pula sampah atau limbah yang dihasilkan.

Peningkatan kesejahteraan dari masyarakat Kota Bogor dapat menjadi peluang maupun ancaman bagi Rumah Tempe Indonesia dan akan berpengaruh pada pengambilan keputusan strategi dalam menjalani bisnisnya. Disamping faktor kesejahteraan masyarakat, isu lingkungan pun sangat berpengaruh pada bisnis yang dijalani oleh RTI. Proses produksi tempe yang dilakukan oleh RTI didesain agar meminimalisasi cemaran lingkungan. Proses produksi RTI menggunakan LPG sebagai bahan bakar perebusan. LPG menggantikan kayu bakar dan serbuk gergaji yang menghasilkan asap dan debu yang biasa dihasilkan pada saat produksi. Cemaran (asap dan debu) tersebut biasanya menjadi sumber masalah bagi warga sekitar dengan pabrik tempe, untuk itulah RTI menggunakan bahan bakar LPG dalam produksinya. RTI juga memiliki pengolahan limbah berupa reaktor yang ditanam di dalam tanah. Reaktor tersebut akan mengubah limbah produksi tempe menjadi air terfilter yang akan masuk sumur resapan dan biogas. Reaktor ini membuat warga sekitar tidak terganggu oleh bau tak sedap maupun pencemaran air.

Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum

Aspek politik, pemerintahan dan hukum meliputi peraturan-peraturan, undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat daerah, provinsi maupun nasional yang menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Di negara berkembang seperti Indonesia, aspek politik, pemerintahan dan hukum memiliki pengaruh riil terhadap keberhasilan dan kegagalan suatu bisnis melalui peluang dan ancaman yang ditimbulkan. Industri tempe merupakan usaha yang dilindungi oleh undang-undang melalui Perpres No. 36 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa industri tempe merupakan usaha yang dicadangkan bagi usaha mikro kecil dan menengah. Dengan kata lain industri besar tidak diizinkan memproduksi tempe.

Undang- undang mengenai industri tempe pada Perpres No. 36 Tahun 2010 adalah kesempatan bagi Rumah Tempe Indonesia (RTI) sebagai unit usaha berbasis UKM dalam kegiatan bisnisnya. Saat ini RTI telah mendapat izin kecamatan setempat dalam pendirian usahanya. RTI juga telah memiliki perizinan dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Bogor sejak 28 Agustus 2012 dengan NPWP No. 45.528.133.7-404.000 atas kegiatan usaha pokok industri tempe kedelai, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Mikro dengan No. 517/ 251/ Mikro/ B/ BPPTPM/ VIII/ 2012, dan sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga No. HK. 03.1.23.04.12.2205.

Kekuatan Teknologi

Pada saat ini perkembangan teknologi semakin pesat seiring perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan. Kemajuan teknologi akan menciptakan keunggulan kompetitif pada suatu organisasi bisnis dan menjadi bagian terpenting dalam manajemen strategis dalam bisnis. Rumah Tempe Indonesia (RTI) menjadi pelopor bagi usaha tempe segar di Indonesia dalam hal adaptasi teknologi produksi. Teknologi produksi berupa beberapa dalam pembuatan tempe segar dan teknologi dalam pengolahan limbah pabrik telah dimiliki oleh RTI. Adaptasi teknologi ini sangat mempengaruhi kualitas produk maupun efisiensi waktu produksi dan biaya.

Teknologi pada media komunikasi dan informasi yang telah digunakan RTI adalah telepon, telepon seluler, perangkat komputer, mesin fax, dan jaringan internet. Penggunaan media tersebut dapat memperlancar aktivitas pemasaran produk. Biasanya pelanggan melakukan pemesanan terlebih dahulu dengan menghubungi perusahaan melalui telepon seluler. Media informasi dan teknologi yang digunakan RTI bisa ditingkatkan lagi dengan memaksimalkan penggunaan internet sebagai media iklan, dan komputer sebagai perangkat pengelolaan operasional RTI. Perkembangan teknologi dan pemaksimalan teknologi yang dimiliki tersebut dapat dijadikan peluang yang dapat menyokong kegiatan operasional perusahaan.

Kekuatan Persaingan

Intesitas dan kemampuan perusahaan dalam suatu industri ditentukan oleh kekuatan persaingan yang ada dalam industrinya. Kekuatan persaingan terdiri dari persaingan industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk subtitusi, daya tawar pemasok dan daya tawar pembeli (Porter 1991). RTI adalah unit usaha dari KOPTI Kab. Bogor yang berbentuk UKM. RTI menjalankan bisnisnya pada industri tempe segar dengan bahan baku kedelai. RTI adalah pelopor sebagai produsen tempe higienis kualitas premium di Indonesia. RTI didirikan dengan maksud menjadi percontohan bagi industri tempe yang ada di Indonesia. Untuk mendukung hal tersebut, bisnis yang dilakukan RTI haruslah berkelanjutan dengan upaya peningkatan pangsa pasarnya.

Dalam industri tempe, RTI memiliki keunggulan dalam kualitas dibandingkan pesaingnya. Akan tetapi dalam besarnya pangsa pasar, para pesaing RTI memiliki keunggulan yang lebih tinggi. Industri tempe adalah industri yang cukup rendah hambatannya bagi pendatang baru untuk memasukinya. Permintaan

tempe yang cenderung meningkat pun mendukung pendatang baru untuk memasuki bisnis dalam industri tempe ini. Bahan baku yang digunakan berupa biji kedelai yang dibeli langsung dari KOPTI Kab. Bogor. KOPTI Kab. Bogor memperoleh kedelai impor dari lima perusahan importir dan kedelai organik dari satu pemasok. Belum ada kerjasama tertulis dengan para pemasok bahan baku. Harga yang ditawarkan pada pembeli adalah harga tetap dan apabila pesanan dalam jumlah besar maka akan mendapat bonus berupa produk yang sama.

Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Berdasarkan analisis lingkungan internal yang dilakukan terhadap faktor (1) manajemen (2) pemasaran (3) keuangan/ akunting (4) produksi/ operasi (5) penelitian dan pengembangan dan (6) sistem informasi manajemen, didapatkan dua belas faktor kunci sukses internal. Faktor kunci sukses internal tersebut kemudian dibandingkan relatif dengan pesaing untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari Rumah Tempe Indonesia (RTI). Kekuatan dan kelemahan kemudian dibobotkan untuk mengurutkan faktor yang memiliki pengaruh paling tinggi hingga paling rendah terhadap RTI dan juga di beri peringkat oleh para responden. Perolehan bobot faktor kunci internal (kekuatan dan kelemahan) dari tiap responden dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan perolehan peringkat dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kekuatan- kekuatan yang dimiliki RTI berdasarkan pembobotan adalah: 1. Kualitas produk premium dengan perizinan yang lengkap

Kualitas dari produk (tempe segar) yang dihasilkan Rumah Tempe Indonesia merupakan kualitas premium. Produk yang dihasilkan menggunakan bahan baku kedelai grade 1 dan diolah secara higienis. Kualitas yang ditawarkan produk RTI ini telah mendapatkan perizinan yang lengkap yaitu dengan memenuhi persyaratan dan mendapat beberapa sertifikat pada produknya yaitu (1) sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) dari Lembaga Sertifikasi Laboratorioum Terpadu Institut Pertanian Bogor (2) telah memenuhi persyaratan mutu tempe sesuai SNI Nomor 3144 Tahun 2009 (3) sertifikat halal dari MUI Kota Bogor (4) izin Departemen Kesehatan dan (5) P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga)

2. Fasilitas produksi pribadi berupa peralatan dan mesin semi modern

Fasilitas produksi yang dimiliki unit usaha Rumah Tempe Indonesia (RTI) adalah milik pribadi di bawah naungan KOPTI Kab. Bogor. Fasilitas produksi berupa pabrik seperti rumah seluas 170 m2 dengan peralatan dan mesin semi modern di dalamnya. Peralatan utama yang dimiliki RTI terdiri dari satu buah mesin pemecah kulit, empat buah drum stainless 69-70, dua drum stainless 79-95, tiga buah rak steinless dan satu buah sealer. Seluruh peralatan di RTI seperti dandang perebusan, dandang pencucian, dandang penirisan, meja peragian, meja pengepakan serta rak fermentasi berbahan stainless. Semua fasilitas ini dimiliki pribadi dan diciptakan untuk mendukung produk premium yang dihasilkan.

3. Terdapat merek dagang sendiri

Produk yang dihasilkan Rumah Tempe Indonesia telah memiliki merek dagang sendiri yaitu dengan merek TEMPEKITA. Merek tersebut dicantumkan pada kemasannya yang terbuat dari plastik bening yang tertutup rapat. Merek TEMPEKITA yang dicantumkan adalah merek dagang resmi hasil produk Rumah

Tempe Indonesia. pencantuman merek pun disertai label halal MUI, nomor sertifikat Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP), dan berat saat dikemas. Warna tulisan merek dan informasi mengenai perizinan produk terdiri dari warna merah, hitam, kuning, dan hijau.

4. Terdapat SOP bagi para pekerja dalam proses produksi

Bagi Rumah Tempe Indonesia (RTI), Standard Operating Procedure (SOP) merupakan kewajiban bagi para pekerjanya sebelum memulai proses produksi. Hal ini dilakukan demi menjaga mutu produk yang akan dihasilkan.SOP pada pabrik RTI merupakan tata tertib yang harus diperhatikan dan diikuti pada ruang produksi. Beberapa SOP yang diberlakukan RTI dapat dilihat pada gambar di Lampiran 6.

5. Terdapat pengolahan limbah pribadi

Rumah Tempe Indonesia (RTI) dilengkapi fasilitas pengolahan limbah pribadi demi meminimalisir pencemaran lingkungan. Pengolahan limbah berupa reaktor biogas yang ditanam di dalam tanah. Limbah yang dihasilkan pabrik akan disalurkan kedalam reaktor kemudian disaring di bak filtrasi fisik menggunakan ijuk, arang aktif, zeolite, kerikil dan pasir sehingga dihasilkan air yang telah difilter kemudian masuk ke sumur resapan dan juga biogas. Reaktor biogas ini membuat warga tidak terganggu oleh bau tak sedap maupun pencemaran sungai

Dokumen terkait