• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Masalah / Issue di Wilayah Perencanaan .1 Rumusan Gambaran Umum Wilayah Perencanaan .1 Rumusan Gambaran Umum Wilayah Perencanaan

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN WILAYAH PERENCANAAN

4.4 Identifikasi Masalah / Issue di Wilayah Perencanaan .1 Rumusan Gambaran Umum Wilayah Perencanaan .1 Rumusan Gambaran Umum Wilayah Perencanaan

a. Penjelasan kondisi wilayah perencanaan

Dewasa ini kondisi kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yang berarti bahwa tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi, sehingga menyebabkan pengelolaan ruang menjadi semakin berat. Data kependudukan menunjukkan perkembangan penduduk Indonesia terjadi cukup pesat. Pada tahun 1980 jumlah penduduk perkotaan Indonesia mencapai 32,8 juta jiwa atau sebesar 22,3% dari total penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk meningkat menjadi 55,4 juta jiwa atau sebesar 30,9% dan semenjak tahun 2002 meningkat cukup besar menjadi 90 juta jiwa atau sebesar 44%. Angka tersebut diperkirakan akan mencapai 150 juta jiwa atau sebesar 60% dari total penduduk nasional pada tahun 2015.

Judul Modul: Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

b. Rumusan pokok-pokok kondisi wilayah

Rumusan pokok-pokok kondisi kependudukan wilayah perkotaan di Indonesia, sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk perkotaan Indonesia akan terus meningkat dari waktu ke waktu

2. Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota

3. Penataan ruang kawasan perkotaan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah khususnya pada penyediaan ruang terbuka (RTH), penyedia hunian, fasilitas umum dan sosial, dan lainnya

c. Rumusan gambaran umum wilayah perencanaan

Rumusan gambaran umum wilayah perencanaan bermanfaat untuk mengetahui kondisi perencanaan secara umum, sehingga dapat menjabarkan secara lebih luas kondisi permasalahan wilayah perncanaan. Gambaran umum kondisi kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan Indonesia pada kurun waktu 30 tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kota-kota besar yang terkena dampak penurunan kualitas dan kuantitas RTH yaitu Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Penurunan tersebut terjadi dari 35%

menjadi 10%, hal ini mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan, bencana alam seperti banjir, tanah longsor, tingginya tingkat polusi udara, menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang terbuka. Fokus permasalaha RTH di Indonesia terjadi di perkotaan Bandung.

4.4.2 Identifikasi Masalah / Issue Wilayah Perencanaan Secara Umum a. Penjelasan masalah/issue wilayah perencanaan

Identifikasi masalah/issue perencanaan secara umum memiliki peranan penting dalam pembentukan ruang publik, terutama permasalahan RTH perkotaan. Perencanaan tata ruang wilayah dan kota secara umum dimulai dengan mengidentifikasi kawasan-kawasan untuk menjamin kelestarian lingkungan secara alami. Selanjutnya dilakukan dengan memasukkan komponen-komponen RTH dalam struktur tata ruang kota.

Issue wilayah perkotaan yang dihadapi Indonesia terkait dengan RTH yang secara umum berkaitan dengan beberapa permasalahan perkotaan antara lain yaitu:

1. Menurunnya kualitas lingkungan hidup yang berdampak pada perubahan perilaku sosial masyarakat

2. Dilihat dari aspek kondisi lingkungan hidup, rendahnya kualitas air tanah, tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan

3. Dilihat dari aspek perilaku sosial masyarakat penduduk perkotaan, tingginya tingkat kriminalitas dan konflik horizontal di antara kelompok masyarakat perkotaan secara tidak langsung juga disebabkan oleh berkurangnya ruang-ruang kota untuk melakukan interaksi sosial 4. Kurang optimalisasi penyediaan RTH secara kuantitatif maupun

kualitatif

5. Lemahnya kelembagaan dan SDM

6. Kurangnya keterlibatan stakeholder dalam penyediaan penyelenggaraan RTH

7. Terbatasnya ruang/lahan di perkotaan yang dapat digunakan sebagai RTH

b. Kategori permasalahan wilayah perencanaan

Kategori permasalahan RTH di Kota Bandung dilihat dari beberapa faktor yang dinilai penting untuk dipertimbangkan dalam perhitungan kebutuhan RTH, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Ekologi Kota

a. Peningkatan proporsi RTH Kota sebagai penyeimbang proporsi area terbangun

b. RTH sebagai produsen O2 c. RTH sebagai pereduksi CO2 d. RTH sebagai jalur angin

e. RTH sebagai area resapan air hujan f. RTH sebagai penjaga kestabilan tanah g. RTH yang saling terkoneksi

h. RTH yang terintegrasi dengan simtem drainase dan pengolahan limbah rumah tangga

2. Faktor Ruang Kota – Fisik

1. Terbentuknya tipologi RTH kota dalam hierarki, berdasarkan:

a. Skala lingkungan pelayanan b. Ukuran luas

Judul Modul: Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan c. Aktivitas yang diwadahi

2. RTH kota yang terintegrasi dengan jaringan sirkulasi kawasan 3. Faktor Ruang Kota – No Fisik

1. Tersedianya RTH pada skala lingkungan minimal dalam setiap radius tempuh pejalan kaki

2. Tersedianya RTH sebagai ruang interaksi masyarakat

c. Identifikasi permasalahan/isu wilayah perencanaan

Identifikasi permasalahan/isu wilayah perencanaan berguna untuk optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan RTH di wilayah perkotaan.

Misalnya untuk mengidentifikasi peranaan penggunaan RTH di perkotaan Bandung yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bandung Tahun 2010-2030. Kondisi kawasan ruang-ruang terbuka hijau pada perkotaan Bandung berupa petak (patch) dan koridor pembentuk struktur ekologi kota dengan kerangka dasar seluruh kawasan perkotaan Bandung. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1

Peta Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Pada RTRW Tahun 2010-2030

Dari gambar terlihat bahwa rencana ruang terbuka hijau Kota Bandung saat ini belum dapat dikatakan berperan sebagai pengendali pembangunan. proporsi ruang terbuka hijau dalam rencana tersebut diperkirakan belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan UU Nomor 26 Tahun 2007, bahwa minimum RTH di perkotaan sebesar 30%.

4.4.3 Rumusan Masalah / Issue Wilayah Perencanaan Secara Sistematis a. Pengelompokkan permasalahan sesuai dengan kategori yang sudah

ditentukan

Pengelompokkan permasalahan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan, berdasarkan pada karakteristik permasalahan, kesesuaian permasalahan dengan kebutuhan data di wilayah perencanaan. Misalnya untuk mengelompokkan permasalahan pada bidang tertentu yaitu bidang akademik, bidang kesehatan, bidang marketing, bidang kewilayahan dan lainnya.

Dasar-dasar pengelompokkan masalah yaitu:

1. Obyektif

Pengelompokkan masalah dilakukan sesuai dengan kenyataan dilapangan

2. Jujur

Pada saat pengelompokkan masalah tidak dibenarkan memasukkan hal-hal baru yang tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

3. Faktual

Pengelompokkan masalah berdasarkan pada data tersebut harus diperiksa benar-benar apakah sudah sesuai dengan kenyataan ataukah belum sesuai

4. Menampung aspirasi kebutuhan masyarakat, bukan perorangan maupun pribadi, yang berarti bahwa masalah tersebut benar-benar masalah yang terjadi di masyarakat, bukan atas dasar keinginan fantastis

5. Pengelompokkan masalah bukan untuk mencari atau menyusun masalah sendiri, melainkan menata, mengkaji, dan menetapkan kelompok-kelompok permasalahan yang telah dihimpun melalui kajian lebih lanjut

b. Penjelasan sistematis permasalahan yang telah dikelompokkan

Sistematika permasalahan yang dikelompokkan harus melakukan proses penyempitan masalah, dari permasalahan umum menjadi lebih khusus dan pada akhirnya masalah yang spesifik siap untuk diteliti.

c. Rumusan permasalahan/isu

Rumusan masalah merupakan tahapan yang harus ada ketika melakukan

Judul Modul: Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

identifikasi suatu permasalahan, terutama permasalahan di bidang perencanaan wilayah. Perumusan masalah memiliki kedudukan penting yang harus dipenuhi sebelum bertindak dalam melakukan penelitian.

Rumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian menjadi dilakukan

2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus pada penelitian.

perumusan masalah tidak menjadi harga mati, perumusan masalah dapat berkembang dan berubah selama penelitian

3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti

4. Adanya perumusan masalah, seorang peneliti akan dapat mempermudah di dalam menentukan sampel maupun populasi

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

Dokumen terkait