• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam Hukum Pertanahan Adat

3.3 Pengolahan Data

3.3.2 Identifikasi Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam Hukum Pertanahan Adat

Kasepuhan Ciptagelar

Dalam hukum pertanahan adat Kasepuhan Ciptagelar, prinsip kepemilikan atas tanah mengacu kepada kepentingan adat dengan tujuan menjaga keharmonisan masyarakat adat dengan alam sehingga kelestarian alam tetap terjaga. Berdasarkan hukum adat keseluruhan lahan di wilayah Kasepuhan Ciptagelar merupakan lahan milik adat. Siapapun dapat tinggal dan mendirikan rumah di dalam wilayah Kasepuhan Ciptagelar asalkan mampu mengikuti aturan serta tradisi adat di Kasepuhan Ciptagelar. Masyarakat adat juga dapat memanfaatkan tanah untuk lahan pertanian setelah diberikan izin oleh pemimpin adat dan mengikuti aturan adat dalam melakukan kegiatan pertanian, seperti ketentuan masa panen, teknologi pertanian yang digunakan, dan larangan menjual hasil panen berupa padi.

Jenis kepemilikan tanah adat di Kasepuhan Ciptagelar dapat dibagi menjadi tiga jenis hak atas tanah yang sepadan dengan hak atas tanah dalam hukum pertanahan nasional. Ketiga jenis hak atas tanah yang ada di hukum adat Kasepuhan Ciptagelar yaitu: Hak ulayat, Hak perseorangan, dan Hak menggarap tanah.

a. Hak Persekutuan, merupakan hak yang dimiliki oleh adat secara komunal hak ini meliputi seluruh lahan di wilayah Kasepuhan Ciptagelar. Hak ini merupakan hak terkuat dan hak paling dasar dari sistem hukum pertanahan adat di Kasepuhan Ciptagelar.

b. Hak Perseorangan, merupakan hak yang dimiliki oleh masyarakat adat untuk mendirikan tempat tinggal di wilayah Kasepuhan Ciptagelar

c. Hak Menggarap Tanah, hak ini diberikan oleh pemimpin adat kepada masyarakat adat untuk memanfaatkan tanah sebagai lahan pertanian.

Kampung Naga

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masyarakat Kampung Naga jika dilihat dari sisi tempat dimana mereka tinggal terbagi menjadi dua kelompok, yaitu masyarakat Naga dan Sanaga. Kedua kelompok masyarakat Kampung Naga tersebut terikat kepada aturan dan adat istiadat yang sama, oleh karena itu mereka disebut sebagai persekutuan masyarakat adat. Persekutuan masyarakat Kampung Naga berhak atas tanah tempat dimana mereka hidup, mempunyai hak-hak tertentu atas tanah tersebut, dan melaksanakan hak tersebut baik keluar maupun ke dalam persekutuan masyarakat adat. Dalam aturan pertanahan di Kampung Naga dapat diidentifikasi tiga jenis hak dalam pemanfaatan lahan, yaitu: hak persekutuan, hak pengelolaan lahan pertanian dan hak pemanfaatan lahan pemukiman.

a. Hak Persekutuan

Hak persekutuan atas tanah tercermin dalam hukum pertanahan adat yang berlaku di Kampung Naga, hal tersebut dapat dilihat dari arti tanah bagi masyarakat Kampung Naga dan juga hubungan antara manusia dengan tanah yang ada di Kampung Naga. Masyarakat adat di Kampung Naga memiliki hubungan yang sangat erat dengan tanah tempat mereka tinggal, tanah yang merupakan warisan dari leluhur mereka dianggap sakral dan suci. Masyarakat Kampung Naga memiliki kewajiban moral dalam menjaga tanah di wilayah mereka.

b. Hak Menggarap Tanah

Lahan pertanian di Kampung Naga terletak di luar wilayah pemukiman, jenis hak yang dimiliki oleh masyarakat adat atas lahan pertaniannya merupakan hak milik yang diberikan oleh pemerintah Indonesia dengan tanda bukti berupa sertifikat

kepemilikan atas lahan pertanian. Luas total lahan pertanian di Kampung Naga adalah sekitar 6 Ha, dengan total 120 kepala keluarga, maka rata-rata kepemilikan lahan pertanian adalah 297 m2 per kepala keluarga. Masyarakat Kampung Naga mengolah lahan pertaniannya dengan menerapkan aturan-aturan adat dalam bidang pertanian, misalnya dengan tidak menggunakan traktor untuk membajak sawah, tetapi cukup dengan menggunakan cangkul. Sedangkan tenaga kerja yang dilibatkan dalam kegiatan pertanian berasal dari keluarga sendiri atau berdasarkan pada upaya saling bantu dengan anggota masyarakat lainnya tanpa memperhitungkan upah sebagai imbalannya.

Masyarakat adat yang memiliki lahan pertanian dapat melakukan jual beli atas lahan pertanian miliknya. Kegiatan jual beli lahan pertanian tidak diatur secara khusus dalam hukum pertanahan adat di Kampung Naga, warga yang memiliki lahan pertanian dapat dengan bebas melakukan proses jual beli dan sewa menyewa lahan pertanian.

c. Hak Perseorangan

Lahan pemukiman di Kampung Naga yang memiliki luas 1,5 Ha merupakan lahan milik adat. Dalam hukum pertanahan adat di Kampung Naga, persekutuan masyarakat adat memiliki hak penuh atas tanah yang menjadi lahan pemukiman mereka. Dalam perspektif masyarakat adat Kampung Naga, objek kepemilikan hak atas tempat tinggal dibagi menjadi dua yaitu, objek lahan dimana bangunan tempat tinggal tersebut berdiri, dan objek bangunan yang merupakan tempat tinggal itu sendiri. Objek lahan merupakan milik adat dan dikuasai oleh adat, pemberian dan pengaturan hak atas penggunaan lahan pemukiman kepada masyarakat diatur oleh adat. Siapapun dapat memiliki hak untuk membangun rumah dan tinggal di dalam wilayah pemukiman Kampung Naga setelah mendapatkan izin dari kuncen dan mampu mengikuti aturan serta adat istiadat yang berlaku di Kampung Naga. Pada awal berdirinya Kampung Naga leluhur mereka telah mengkapling-kapling lahan yang dipersiapkan untuk pemukiman warganya dengan menggunakan batu kali. Luas tiap kapling rata-rata adalah 6 x 8 meter . Bentuk, jumlah, dan kapling tanah tersebut

tidak berubah sampai saat ini. Hal ini merupakan salah satu dari aturan adat dimana masyarakat tidak boleh memperluas lahan Kampung Naga, dengan mnambah jumlah atau memperluas kapling untuk membangun rumah. (Risman, pers. com. 20086).

Masyarakat Naga yang tinggal di dalam wilayah pemukiman Kampung Naga hanya berhak atas bangunan rumah di atas lahan tersebut. Bangunan rumah penduduk yang ada di wilayah pemukiman Kampung Naga dapat diperjualbelikan secara bebas baik antar masyarakat Kampung Naga sendiri maupun dengan masayarakat diluar Kampung Naga, sedangkan lahan dimana tempat bangunan rumah itu berdiri merupakan milik adat dan tidak dapat diperjualbelikan maupun disewakan.

Bentuk dan arah muka rumah di dalam wilayah pemukiman Kampung naga harus dibangun dengan mengikuti aturan adat. Letak rumah dibangun membujur dari Utara ke Selatan, masing-masing rumah tidak boleh saling membelakangi namun harus saling berhadapan satu sama lainnya dan rumah dibangun dengan bentuk rumah panggung.

3.3.3 Parameter Identifikasi Karakteristik Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam

Dokumen terkait