• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

6.2 Identifikasi Pola Interaksi Asosiatif dalam Konteks

6.2.1 Identifikasi Tindakan Kooperatif dalam Konteks Kesehatan Sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk tindakan kooperatif atau kerja sama yang di lakukan di antara subjek penelitian yaitu dalam pelaksanaan kerja bakti, menjaga kebersihan kamar, memberikan bantuan kepada teman asuh, dan sebagainya. Tindakan kooperatif ini merupakan

salah satu jenis dari pola interaksi sosial asosiatif, yang mana interaksi ini bersifat positif terhadap lingkungan sosial di sekitar individu. Melalui tindakan kooperatif, subjek penelitian mampu belajar lebih dalam terkait perannya sebagai makhluk sosial yang saling memberikan bantuan. Sebagai makhluk sosial, tindakan kooperatif tidak dapat dikesampingkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan terhadap diri sendiri maupun orang lain yang mana tidak memungkinkan individu untuk hidup sendiri.

Menurut Asria (2013), mengajarkan anak untuk bekerjasama dapat meningkatkan interaksi sosial anak. Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, subjek penelitian yang mampu bekerjasama lebih memiliki mudah diterima bergaul dengan anak asuh lainnya ataupun dengan pembina, pendamping, serta staf lainnya. Subjek yang memiliki kemampuan untuk bekerjasama sering dilibatkan dalam berbagai hal, sehingga subjek tersebut memiliki hubungan sosial yang lebih luas dan berkualitas.

Tindakan kooperatif merupakan salah satu contoh dari perilaku prososial yang dapat bermanfaat besar dalam interaksi sosial remaja. Melalui kerja sama, hubungan sosial remaja dapat meningkat, selain itu keberadaan perilaku prososial dapat digunakan untuk mengantisipasi perilaku antisosial (Einsberg, 2006). Subjek penelitian yang memberikan bantuan terhadap anak asuh lain diketahui juga memperoleh bantuan dari anak asuh lainnya. Hal tersebut menunjukkan adanya timbal balik dari tindakan kooperatif yang dilakukan oleh subjek penelitian dengan reaksi

Kesehatan sosial manurut Notoadmodjo (2012) mampu terwujud apabila individu dapat menjalin interaksi yang baik dengan individu lain tanpa memperhatikan latar belakang orang lain atau kelompok tersebut. Tindakan kooperatif merupakan wujud dari terciptanya pola interaksi sosial yang baik. Semakin terciptanya pola interaksi sosial yang baik, maka semakin baik pula kondisi kesehatan sosial individu yang terlibat dalam mewujudkan pola interaksi sosial tersebut. Disebutkan di atas, bahwa tindakan kooperatif mampu memicu individu lain untuk bertindak serupa, sehingga individu terhindar dari perilaku antisosial yang cenderung menciptakan pola interaksi disosiatif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tindakan kooperatif mendukung terbentuknya pola interaksi sosial asosiatif yang berperan dalam menciptakan kondisi kesehatan sosial yang optimal.

6.2.2 Identifikasi Tindakan Akomodasi dalam Konteks Kesehatan Sosial

Hasil penelitian terkait tindakan akomodasi diketahui dengan upaya yang dilakukan oleh subjek penelitian untuk meredam emosi temannya dengan cara memberikan nasehat, melerai anak asuh yang berkelahi, menahan amarah dengan tidak membalas perbuatan yang dilakukan oleh anak asuh lain, serta memberikan usapan di dada atau pundak temannya yang sedang marah. Meski sebagian besar subjek penelitian menunjukkan tindakan akomodasi, namun terdapat subjek yang cenderung acuh dan tidak melakukan upaya untuk mengurangi terjadinya pertentangan, baik yang

kemungkinan melibatkan dirinya sendiri, maupun yang terjadi pada orang lain.

Tindakan akomodasi merupakan tindakan yang bertujuan untuk mengurangi pertentangan. Melalui akomodasi, individu dapat terhindar dari konflik ataupun pertentangan yang lebih besar. Tindakan yag ditunjukkan oleh MAP yang diam saat dipukul oleh DD merupakan upaya MAP agar terhindar dari amarah DD yang kemungkinan bisa lebih besar saat subjek tersebut melawannya. Sikap MZ yang cenderung mengalah saat ada anak asuh yang ingin meminjam mainannya mampu mengurangi kemungkinan terjadinya pertentangan di antara anak asuh. Ketika MZA meminjamkan mainan tersebut, maka subjek ini menerima ucapan terima kasih. Ketika MAP bertengkar dengan salah satu anak asuh, RK berusaha untuk melerai mereka. Beberapa hal tersebut di atas menunjukkan bahwa tindakan akomodasi dapat menciptakan pola interaksi sosial yang bersifat asosiatif.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa tindakan akomodasi yang dilakukan oleh subjek penelitian, baik dengan mengalah atau dengan melerai pertengkaran yang terjadi di antara anak asuh dapat meredam emosi yang muncul. Ketika emosi dapat kembali diredam, maka akan muncul kondisi yang lebih baik. Interaksi yang semula bersifat disosiatif dapat diperbaiki menuju arah asosiatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan akomodasi mampu mendukung terciptakan kondisi kesehatan sosial anak asuh.

Penggunaan bahasa merupakan tindakan asimilasi yang paling menonjol dilakukan oleh sebagian besar subjek penelitian. Keberadaan MZA sebagai satu-satunya subjek penelitian sekaligus satu-satunya anak asuh yang menyandang tuna rungu, menjadikan sunjek penelitian dan anak asuh lainnya belajar menggunakan bahasa isyarat secara otodidak agar dapat berkomunikasi dengan MZA.

Lingkungan sekitar yang kurang memberikannya kesempatan dan penghargaan bagi penyandang tuna rungu akan menjadikan kondisi sosial anak tuna rungu semakin parah. Hal tersebut dapat membuat anak tunarungu semakin menarik diri dari lingkungan luar dan enggan untuk berinteraksi (Sunardi dan Sunaryo, 2007). Oleh karena itu, tindakan asimilasi terkait penggunaan bahasa isyarat dilakukan guna MZA dapat lebih mudah berinteraksi dengan anak asuh lainnya. Ketika subjek penelitian lainnya tetap menggunakan bahasa lisan, MZA tidak mampu memahami maksud dari pesan tersebut dengan mudah, tetapi ketika menggunakan bahasa isyarat yang mampu dilakukan dengan baik, maka komunikasi dan kontak sosial dengan MZA dapat berjalan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa asimilasi mampu mendukung terciptanya interaksi sosial yang baik atau bersifat asosiatif. Saat tidak dilakukan asimilasi, hal yang mungkin timbul adalah pertentangan yang terus terjadi antara MZA dan anak asuh lainnya yang sama-sama tidak mampu memahami pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa asimilasi mampu mendukung terciptanya kondisi kesehatan sosial di antara anak asuh. Interaksi sosial asosiatif mampu

tercipta dengan adanya tindakan akomodasi, yang selanjutnya interaksi

Dokumen terkait