BAB II LANDASAN TEORI
B. Identitas dan Pengungkapan Diri
Identitas adalah konsep atas keberadaan seseorang untuk dapat
dipandang sebagai human being. Bagaimana dia memandang dirinya,
bagaimana dia ingin dipandang dan bagaimana dia memandang orang
lain adalah bagian dari penentuan sesuatu yang disebut jati diri
seseorang.3
3
Sih Natalia Sukmi, “Konstruksi Identitas Pengguna Media Dunia Media yang Konvergen” Jakarta, 13-14 November 2013 (FISIP) Universitas Indonesia, 2013), h. 456.
Bagi Erving Goffman, bahwa setiap individu pada kenyataannya
melakukan konstruksi atas diri mereka dengan cara menampilkan diri
(self performance). Namum penampilan diri ini pada dasarnya
dibentuk atau untuk memenuhi keinginan audiensi atau lingkungan
sosial, bukan berasal dari diri dan bukan pula diciptakan oleh individu
itu sendiri. Sehingga identitas yang muncul yakni ilustrasi apa yang
sebenarnya menjadi keinginan dan guna memenuhi kebutuhan
pengakuan sosial, meski dalam banyak hal ekspektasi yang dating dari
lingkungan sosial sering kali berlawanan dengan kehendak pribadi.4
Komunikasi dijadikan sebagai alat untuk membentuk identitas.
Identitas baik dalam pandangan diri anda maupun orang lain, dibentuk
ketika secara sosial berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan.
Mendapatkan serta reaksi orang lain dalam interaksi sosial dan
sebaliknya, memperlihatkan rasa identitas dengan cara
mengekspresikan diri dan merespons orang lain. Identitas adalah kode
yang mendefinisikan keanggotaan dalam komunitas yang beragam atau
kode yang terdiri dari simbol-simbol.5
Hecht menguraikan identitas melebihi pengertian sederhana akan
dimensi diri dan dimensi yang digambarkan. Kedua dimensi tersebut
berinteraksi dalam rangkaian empat tingkatan atau lapisan.6 Tingkatan
pertama adalah personal layer, yang terdiri dari rasa akan keberadaan
diri dalam situasi sosial. Identitas tersebut terdiri dari berbagai
4
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana Media Group, 2014) , h. 142
5
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Sibe, h. 142.
6
Stephen W. Littlejohn and Karen A.Foss. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h.131
perasaan serta ide tentang diri sendiri, siapa dan seperti apa yang
sebenarnya. Tingkatan kedua adalah enactment layer atau pengetahuan
orang lain tentang diri seseorang berdasarkan pada apa yang dilakukan,
apa yang dimiliki dan bagaimana akan bertindak. Tingkatan ketiga
dalam identitas adalah relational atau siapa diri anda dalam kaitannya
dengan individu lain. Identitas dibentuk dengan adanya interaksi yang
terjadi. Dan yang keempat adalah tingkatan communal, tingkat
identitas ini sangat kuat dalam banyak budaya. Ketika identitas
seseorang dibentuk terutama oleh komunitas yang lebih besar daripada
oleh perbedaan individu di antara manusia dalam komunikasi. Kapan
pun anda memperhatikan apa yang dipikirkan dan dilaksanakan oleh
komunitas tersebut, maka anda akan menyesuaikan diri pada tingkatan
identitas tersebut.7
Wood and Smith menyatakan bahwa identitas yang berlaku di
internet merupakan konstruksi komplek bagi diri, dan secara sosial
terkait bagaimana kita berangapan terhadap diri kita sendiri dan
bagaimana pula kita mengharapkan diri pandangan dan stigma orang
lain terhadap kita dan bagaimana orang lain itu mempersepsikannya.
Bahkan penggambaran diri atau self-performance merupakan upaya
individu untuk mengkonstruk dirinya dalam konteks online melalui
foto atau tulisan, sehingga lingkungan sosial mau menerima
keberadaan dan memiliki persepsi yang sama dengan individu ini. Di
internet pada dasarnya komunikasi dan interaksi yang terjadi memakai
7
medium teks, secara langsung hal ini akan memengaruhi bagaimana
seseorang mengkomunikasikan identitas dirinya di kehidupan virtual
(virtual life) dan setiap teks menjadi semacam perwakilan dari setiap
ikon diri dalam penampilan diri.8
Dalam komunikasi tatap muka seseorang akan memahami dengan
gambaran identitas diri orang lain melalui gender, ras, pakaian, dan
karakteristik nonverbal lainnya. Namun untuk berinteraksi lewat dunia
maya hal ini sulit untuk dilakukan, teknologi internet menwarkan
fasilitas untuk menyembunyikan beberapa petunjuk atau karakteristik
tertentu yang tidak ingin ditampilkan dan diketahui oleh publik.
Sementara menurut Tim Jordan, ada dua kondisi yang bisa
menggambarkan bagaimana keberadaan individu dan
konsekuensinydalam berinteraksi di internet, yaitu pertama: untuk
melakukan koneksitas di cyberspace setiap orang harus melakukan
loggingin atau melakukan prosedur tertentu seperti menulis username
dan password untuk membuka akses ke email, situs jaringan sosial
seperti facebook, atau laman web lainnya. Ketika prosedur ini dilalui,
maka individu mendapatkan semacam ruang pribadi di mana setiap
individu mendapatkan laman khusus yang hanya bisa diakses oleh
individu itu, yang biasa disebut dengan istilah akun (account).9
Kedua, memasuki dunia virtual kadang kala juga melibatkan
keterbukaan dalam identitas diri sekaligus juga mengarahkan
bagaimana individu itu mengidentifikasikan atau mengkonstruk
8
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber , h. 143.
9
dirinya di dunia virtual. Pengguna facebook, sebagai contoh, harus
memasukkan informasi tentang dirinya seperti nama, tempat tanggal
lahir, pendidikan, hobi dan sebagainya. Setiap individu di media siber
memiliki kemampuan tanpa batas untuk mengkreasikan siapa diri kita
di dunia virtual, dan hasil kreasi itulah yang nantinya akan mewakili
individu dalam memainkan perannya serta berinteraksi di internet.
Pilihan untuk membuka identitasnya secara jujur dengan pilihan untuk
membuka identitas palsu merupakan pilihan yang bisa diambil.10
Sementara Shirkley Turkle dalam bukunya Second Self: Computers
and the human spirit dan life on the screen: identity in the age of the
internet menyatakan, bahwa internet menghubungkan miliaran
individu dari belahan bumi mana pun dalam ruang baru yang
berimplikasikan pada cara khalayak berfikir selama ini tentang
seksualitas, bentuk dari komunitas, dan bahkan identitas diri. Di ruang
siber sangat berbeda kenyataan di mana individu akan menemukan
dunia baru termasuk identitas, baik yang esensial maupun
non-esesnsial.11
Wood and smith menyodorkan tiga tipe identitas dalam
berinteraksi di internet, yakni real-life identity, pseudonymity, dan
anonymity.12 Identitas pertama menunjukan siapa sebenarnya individu
itu. Pada pseudominity, identitas asli mulai kabur dan bahkan menjadi
palsu, meski dalam beberapa hal ada representasi yang bisa
10
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Cyber , (Jakarta: Kencana, 2012), h.126-130.
11
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, h. 144-145.
12
menunjukkan identitas asli seseorang. Terakhir, anonymity atau
anonym merupakan bentuk baru identitas yang benar-benar terpisah
dan tidak bisa dirujuk kepada siapa identitas itu dimiliki.13 Dalam
banyak ruang virtual, anonimitas itu bisa terjadi sepenuhnya. Peserta
dapat mengubah nama atas kehendak mereka sendiri dan tidak ada
catatan yang disimpan untuk menghubungkan nama-nama dengan
identitas di dunia nyata.14
2. Teori Pengungkapan Diri (Self Disclosure)
Joseph A. DeVito mendefinisikan self-disclosure sebagai suatu
bentuk komunikasi antarpribadi dimana informasi tentang diri yang
biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang
lain. Self-disclosure merupakan perilaku komunikasi di mana
pembicara secara sengaja menjadikan dirinya diketahui oleh pihak
lain.15
Menurut DeVito pengungkapan diri berupa informasi, perilaku,
sikap, keinginan, motivasi, dan ide yang ada pada orang yang
bersangkutan. Kedalaman pengungkapan diri yang dilakukan
tergantung seberapa besar ia nyaman dalam keadaan, jika kenyamanan
tersebut besar maka informasi yang akan diberikan juga akan banyak.
13
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, h. 145
14
Rulli Nasrullah, Berwacana Di Ruang Publik Virtual, Prosiding Seminar Besar Nasional Komunikasi Padang 26-27 November 2013, “komunikasi @2014 Komunikasi dan pemilihan umum 2014: persiapan, pelaksanaan dan masa depan” (ISKI, 2013), h. 350.
15
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 1994), h. 163.
Namun sebaliknya jika orang yang bersangkutan tidak nyaman ia akan
cenderung menutup diri.16
Wrightsman mengungkapkan pengungkapan diri adalah proses
menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan
dan informasi dengan orang lain. Sedangkan menurut Morton,
pengungkapan diri merupakan diri merupakan kegiatan membagi
perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.17
Pengungkapan diri atau self-disclosure ini dapat terjadi jika
seseorang sengaja memberikan informasi seputar dirinya kepada orang
lain, dan orang tersebut lebih menyukai informasi langsung yang
diberikan orang yang bersangkutan dibandingkan harus mendengarkan
dari sumber lainnya.18
Self disclosure dapat dibedakan antara satu dengan lainnya
karena terbagi dimensinya. DeVito mengungkapkan ada lima dimensi
self-disclosure:19
1) Ukuran (Amount)
Ukuran pengungkapan diri dapat dilihat dari frekuensi
seseorang melakukan self-disclosure dan durasi pesan-pesan yang
bersifat pengungkapan diri, yakni waktu yang diperlukan untuk
menyatakan pengungkapan diri tersebut.20
16
Muhammad Budyatna dan Leila Mona, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta: Kencana, 2011), h. 158
17
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 106
18
Muhammad Budyatna dan Leila Mona, Teori Komunikasi Antarpribadi, h. 158 19
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar Manusia, (Tangerang: Kharisma Publishing, 2011), h. 61
20
2) Valensi
Valensi self-disclosure adalah kualitas positif dan negatif dari
self-disclosure. Jika mengungkapkan diri dengan baik dan
menyenangkan disebut dengan self disclosure positif, atau dengan
tidak baik dan tidak menyenangkan berarti disebut dengan self
disclosure negatif. Kualitas ini akan menimbulkan dampak yang
berbeda.21
3) Kecermatan dan kejujuran
Kecermatan atau ketepatan dari self-disclosure kita akan
dibatas oleh sejauh mana pengenalan diri sendiri. Selanjutnnya,
self disclosure juga akan berbeda tergantung pada kejujuran. Kita
dapat secara total jujur atau kita dapat melebih-lebihkan, membuat
detail-detail yang penting, atau malah berbohong.22 4) Tujuan atau maksud
Kita akan menyingkapkan apa yang kita tujukan untuk
disingkapkan. Dengan
demikian kita akan secara sadar mengontrol self disclosure
yang kita lakukan.23
5) Keakraban
Kita dapat menyingkapkan hal-hal yang paling akrab dalam
hidup kita atau hal yang kita anggap sebagai impersonal atau ada
yang berbohong.24
21
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribad, h. 164
22
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar Manusia, h. 62
23
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribad, h. 164
24
Pengungkapan diri juga mempunnyai faktor-faktor yang
mempengaruhi. Menurut DeVito ada enam faktor yang mempengaruhi
pengungkapan diri, sebagai berikut:
1) Efek dyadik
Dyadic effect dalam pengungkapan diri menyatakan secara
tidak langsung bahwa dalam proses ini terdapat efek spiral (saling
berhubungan), dimana setiap pengungkapan diri individu diterima
sebagai stimulus untuk penambahan pengungkapan diri dari yang
lain. Dalam hal ini, pengungkapan diri antar kedua individu akan
semakin baik jika pendengar bersikap positif dan menguatkan.
Secara umum, individu cenderung menyukai orang lain yang
mengungkapkan cerita rahasianya pada jumlah yang kira-kira
sama.25
2) Ukuran Audiens
Pengungkapan diri lebih sering terjadi dalam kelompok yang
kecil daripada kelompok yang besar. Dengan pendengar lebih dari
satu seperti controling sangatlah tidak mungkin karena respon
yang nantinya bervariasi antara pendengar. Alasan lain adalah jika
kelompoknya lebih besar dari dua, pengungkapan diri akan
dianggap dipamerkan dan terjadinya pemberitaan publik.26
3) Topik
Topik mempengaruhi ukuran dan tipe pengungkapan diri.
Sejumlah topik lebik memungkinkan orang untuk membuka
25
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 164
26
dirinya daripada topik lainnya. Pengungkapan diri mengenai uang,
kepribadian dan fisik lebih jarang dibicarakan daripada berbicara
tentang rasa dan minat, sikap dan opini, dan juga pekerjaan.27
4) Valensi
Valensi (kualitas positif atau negatif) dari self disclosure juga
penting. Pengungkapan diri yang positif lebih diminati daripada
pengungkapan diri yang negatif. Pendengar akan lebih tertarik jika pengungkapan diri orang lain yang didengarnya bersifat positif.28
5) Jenis Kelamin (Sex)
Banyak riset yang membuktikan bahwa wanita lebih sering
membuka dirinya daripada laki-laki. Namun keduanya membuat
pengungkapan diri negatif yang hampir sama dari segi jumlah dan tingkatannya.29
6) Ras, Kebangsaan dan Usia
Ras, Kebangsaan dan Usia juga mempengaruhi Self
Disclosure. Murid kulit hitam lebih jarang mengungkapkan diri
mereka dibandingkan murid kulit putih. Murid di Amerika lebih
sering mengungkapkan diri daripada kelompok yang sama di
Jerman dan di Timur Tengah. Terdapat perbedaan jumlah
pengungkapan diri dalam usia yang berbeda.
Pengungkapan diri pada teman dengan gender berbeda
27
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 166
28
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi, h. 106
29
meningkat dari usia 17-50 tahun dan menurun kembali.30
7) Mitra Kita dalam Suatu Hubungan
Seseorang yang menjadi tempat bagi individu untuk
pengungkapan diri mempengaruhi frekuensi dan kemungkinan dari
pengungkapan diri. Individu cenderung mengungkapkan diri pada
individu yang hangat dan dapat menerima individu apa adanya.31
Pengungkapan diri memiliki berbagai fungsi yang kesemuanya
menunjukkan keunggulan self disclosure sebagai keberhasilan dari
komunikasi antarpribadi. DeVito mengatakan bahwa pengungkapan
diri memiliki enam fungsi, sebagai berikut:
1) Memberikan pengetahuan tentang diri
Melalui pengungkapan diri kita menemukan perspektif baru
pada diri kita. Pemahaman yang lebih mendalam dari perilaku
kita sendiri.32
2) Kemampuan untuk menanggulangi masalah
Melalui pengungkapan diri akan ada peningkatan
kemampuan dalam menghadapi masalah-masalah.33
3) Sebagai pelepasan energi
Menyimpan rahasia pribadi dan tidak menampakkannya
kepada orang lain menghabiskan banyak energi dan
membuat kita kehabisan energi untuk hal lainnya.34
30
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 166
31
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antar Manusia, h. 63
32
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 168
33
M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, h. 168
34
4) Komunikasi yang efektif
Melalui self disclosure, kita dapat meningkatkan
komunikasi yang efektif.35
5) Untuk membuat hubungan yang penuh arti
Hubungan yang lebih berarti melalui self disclosure
membantu kita menerima hubungan yang lebih dekat
dengan orang dimana kita melakukan self disclosure
dengannya.36
6) Kejiwaan yang sehat
Melalui self disclosure kita secara tidak langsung
melindungi tubuh kita dari stress.37