• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) b Prinsip-prinsip Konsolidasian (lanjutan)

KOMPREHENSIF LAIN KONSOLIDASIAN 3 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN

PENAWARAN UMUM SAHAM PERSEROAN

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) b Prinsip-prinsip Konsolidasian (lanjutan)

baru, Perseroan dan Entitas Anak mengendalikan suatu entitas ketika Perseroan dan Entitas Anak terekspos terhadap, atau memiliki hak atas, pengembalian variabel dari keterlibatannya terhadap entitas dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengembalian tersebut melalui kekuasaannya atas entitas tersebut.

Laporan keuangan Entitas Anak disusun dengan periode pelaporan yang sama dengan Entitas Induk. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian telah diterapkan secara konsisten oleh Perseroan dan Entitas Anak, kecuali dinyatakan lain.

Efektif 1 Januari 2015, Perseroan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 65 (Revisi 2013),

“Laporan Keuangan Konsolidasian”. PSAK 65, „Laporan keuangan kosolidasian‟ mendasarkan prinsip

yang telah ada dengan mengidentifikasi konsep pengendalian sebagai faktor utama dalam menentukan apakah entitas harus dikonsolidasikan oleh entitas induk. Standar ini memberikan petunjuk tambahan untuk membantu dalam penentuan pengendalian entitas. Dalam prinsip yang Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari laporan keuangan Perseroan dan laporan keuangan Entitas Anak seperti yang disebutkan pada Catatan 1, yang dimiliki oleh Perseroan dengan kepemilikan saham diatas 50%, secara langsung maupun tidak langsung, atau bila kepemilikan saham oleh Perseroan kurang dari 50% dikonsolidasikan sepanjang Perseroan dapat mengendalikan Entitas Anak.

Seluruh transaksi dan saldo akun antar Perseroan yang signifikan, termasuk laba atau rugi yang belum direalisasi, jika ada, telah dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perseroan dan Entitas Anak sebagai satu kesatuan entitas bisnis.

Entitas-entitas Anak dikonsolidasi secara penuh sejak tanggal akuisisi, yaitu tanggal Perseroan dan Entitas Anak memperoleh pengendalian, sampai dengan tanggal entitas induk kehilangan pengendalian. Pengendalian dianggap ada ketika Perseroan memiliki secara langsung atau tidak langsung melalui Entitas Anak, lebih dari setengah kekuasaan suara entitas.

Pengendalian juga ada ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang kekuasaan suara suatu entitas jika terdapat:

a. kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai perjanjian dengan investor lain;

b. kekuasaan yang mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;

c. kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar direksi atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui direksi atau organ tersebut; atau

d. kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melalui direksi atau organ tersebut.

Rugi Entitas Anak yang tidak dimiliki secara penuh diatribusikan pada Kepentingan Non Pengendali

PT. RATU PRABU ENERGI TBK DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tanggal 31 Desember 2016 dan

Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal Tersebut

(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

12

1. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) b. Prinsip-prinsip Konsolidasian (lanjutan)

Transaksi dengan kepentingan non-pengendali yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian merupakan transaksi ekuitas. Selisih antara nilai wajar imbalan yang dibayar dan bagian yang diakuisisi atas nilai tercatat aset neto entitas anak dicatat pada ekuitas. Keuntungan atau kerugian pelepasan kepentingan nonpengendali juga dicatat pada ekuitas.

Jika kehilangan pengendalian atas suatu Entitas Anak, maka Perseroan dan Entitas Anak: a. menghentikan pengakuan aset (termasuk setiap goodwill) dan liabilitas Entitas Anak; b. menghentikan pengakuan jumlah tercatat setiap KNP;

c. menghentikan pengakuan akumulasi selisih penjabaran, yang dicatat di ekuitas, bila ada; d. mengakui nilai wajar pembayaran yang diterima;

e. mengakui setiap sisa investasi pada nilai wajarnya;

f. mengakui setiap perbedaan yang dihasilkan sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi komprehensif; dan

g. mereklasifikasi bagian induk atas komponen yang sebelumnya diakui sebagai laba komprehensif ke laporan laba rugi komprehensif, atau mengalihkan secara langsung ke saldo laba.

KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset bersih dari Entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada Perseroan, yang masing-masing disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dan dalam ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, terpisah dari bagian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Perseroan menyusun Laporan Keuangan konsolidasiannya dengan mendasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan ("SAK") yang berlaku di Indonesia, dimana diantaranya mencakup Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ("PSAK") dan Interpretasi Standar Akuntansi Indonesia ("ISAK") yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia ("DSAK") dan Peraturan-peraturan serta Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Efektif 1 Januari 2015, Perseroan menerapkan PSAK No. 1 (Revisi 2013), “Penyajian Laporan

Keuangan”, yang mengubah penyajian kelompok pos-pos dalam Penghasilan Komprehensif Lain. Pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi disajikan terpisah dari pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi.

Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian tahun berjalan selaras dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014, kecuali bagi penerapan beberapa SAK yang telah direvisi efektif sejak tanggal 1 Januari 2016. Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan dasar akrual dengan menggunakan konsep biaya perolehan, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode tidak langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah mata uang Rupiah, yang merupakan mata uang fungsional Perusahaan. Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengharuskan penggunaan estimasi dan asumsi. Hal tersebut juga mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Perseroan.

PT. RATU PRABU ENERGI TBK DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tanggal 31 Desember 2016 dan

Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal Tersebut

(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

13

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan) b. Prinsip-prinsip Konsolidasian (lanjutan)

Area yang kompleks atau memerlukan tingkat pertimbangan yang lebih tinggi atau area di mana asumsi dan estimasi dapat berdampak signifikan terhadap laporan keuangan.

c. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Perseroan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 10 mengenai “Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”, yang menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi dalam valuta asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan Perseroan dan Entitas Anak dan bagaimana menjabarkan laporan keuangan konsolidasian ke dalam mata uang penyajian.

PSAK ini diterapkan pada:

- Akuntansi transaksi dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan saldo derivatif yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55:Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; - Penjabaran hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk dalam

laporan keuangan entitas dengan cara konsolidasi atau metode ekuitas; dan

- Penjabaran hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang penyajian.

Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi, sedangkan mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan. Perseroan dan Entitas Anak menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang fungsional dengan mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya transaksi, kejadian, dan kondisi dari transaksi itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pendapatan yang diterima dan biaya yang dibayarkan oleh Perseroan dan Entitas Anak.

Transaksi dalam mata uang asing dicatat ke dalam Rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada transsaksi dilakukan. Pada tanggal laporan posisi keuangan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan kedalam Rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada tanggal tersebut. Laba atau rugi kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada tanggal operasi tahun berjalan.

Pada setiap akhir tahun Perseroan dan Entitas Anak melaporakan dalam laporan keuangan konsolidasian:

- Jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi sesuai dengan PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan

- Selisih kurs neto yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasikan dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode

Adapun nilai tukar mata uang asing yang menjadi dasar transaksi Perseroan dan Entitas Anak berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada akhir tahun pelaporan adalah:

Mata Uang Asing 31 Desember 2016 31 Desember 2015

Dollar Amerika Serikat 13,436 13,795 Dollar Singapura 9,299 9,751 Euro 14,162 15,070

PT. RATU PRABU ENERGI TBK DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tanggal 31 Desember 2016 dan

Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal Tersebut

(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

14

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING (lanjutan)