I. Fase I : Merencanakan Dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko terkait dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan industry klien, menilai risiko bisnis klien dan melakukan prosedur analitis pendahuluan yang bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit yang dapat diterima, risiko bawaan, risiko pengendalian dan setiap risiko kecurangan yang teridentifikasi untuk mengembangkan keseluruhan perencanaan audit dan program audit. Diakhir fase I, auditor harus memilki suatu rencana audit dan program audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara keseluruhan.
II. Fase II: Melakukan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi
Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi selama fase ini. Tujuan dari fase II ini adalah untuk:
a. Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor (yaitu, ketika risiko pengendalian ini dikurangi di bawah maksimum) untuk audit atas laporan keuangan dan untuk audit pengendalian internal atas laporan keuangan dalam suatu perusahaan publik.
b. Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-transaksi
Tujuan pertama terpenuhi dengan melakukan pengujian pengendalian dan yang kedua dengan melakukan pengujian terperinci transaksi. Seringkali kedua jenis pengujian dilakukan secara simultan untuk satu transaksi yang sama. Ketika pengendalian tidak dianggap efektif atau ketika auditor menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan, pengujian substantive dapat diperluas dalam fase ini atau fase III juga dengan mempertimbangkan dampaknya pada laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan.
Dikarenakan hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi merupakan penentu utama dari keluasan pengujian terperinci saldo, kedua pengujian tersebut diselesaikan dua atau tiga bulan sebelum tanggal neraca. Hal itu membantu
33 auditor merevisi program audit pengujian terperinci saldo untuk hasil-hasil yang tak terduga dalam pengujian sebelumnya dan untuk menyelesaikan audit sesegera mungkin setelah tanggal neraca. Pendekatan ini juga digunakan untuk audit perusahaan public untuk memungkinkan diberikannya kesempatan pada manajemen untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pengendalian dengan tepat waktu agar memungkinkan bagi auditor untuk menguji pengendalian yang baru diterapkan sebelum akhir tahun.
Untuk sistem akuntansi yang terkomputerisasi, auditor seringkali melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi disepanjang tahun untuk mengidentifikasi transaksi yang signifikan atau tidak biasa dan menentukan apakah ada perubahan yang dilakukan terhadap program komputer klien. Pendekatan ini sering kali dinamakan audit kontinu dan sering kali digunakan dalam audit atas laporan keuangan dan audit atas pengendalian internal yang terintegrasi untuk perusahaan publik.
III. Fase III: Melakukan Prosedur Analitis Dan Pengujian Terperinci Saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk menentukan apakah saldo akhir catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah disajikan dengan wajar. Sifat dan keluasan pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan-temuan dari dua fase sebelumnya. Dua ketegori umum dalam prosedur di fase III adalah:
a. Prosedur analitis substantive yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi transaksi dan saldo-saldo akun.
b. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah saji moneter dalam saldo-saldo akun di laporan keuangan.
Prosedur analitis sering kali dilakukan di awal dengan menggunakan data awal sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan pengarahan bagi pengujian audit lainnya untuk bagian-bagian khusus. Namun manfaat terbesar dari perhitungan rasio-rasio dan melakukan perbandingan-perbandingan terjadi setelah klien telah selesai menyusun laporan keuangannya. Idealnya, prosedur analitis ini dilakukan untuk menentukan seberapa luas pengujian saldo yang akan dilakukan. Prosedur analitis ini juga digunakan sebagai bagian dari pelaksanaan pengujian saldo dan selama fase penyelesaian audit.
Dalam beberapa pengauditan, semuanya dilakukan setelah tanggal neraca, ketika klien ingin menerbitkan laporan segera setelah tanggal neraca, makin banyak pengujian-pengujian terperinci yang memakan waktu yang dilakukan pada tanggal-tanggal interim sebelum akhir tahun dengan pekerjaan tambahan yang dilakukan untuk memajukan audit
34 saldo di tanggal interim ke akhir tahun. Pengujian substantive saldo yang dilakukan sebelum akhir tahun kurang dapat diandalkan dan biasanya hanya dilakukan ketika pengendalian internalnya efektif.
IV.Fase IV: Menyelesaikan Audit Dan Menerbitka Suatu Laporan Audit
Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti tambahan terkait dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan audit dan melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Fase ini memiliki bagian-bagian yaitu:
Melakukan Pengujian Tambahan Untuk Tujuan Penyajian Dan Pengungkapan
Prosedur yang dilakukan auditor untuk mendukung tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan sama dengan prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung tujuan audit terkait transaksi maupun terkait saldo. Auditor menguji pengendalian tersebut untuk mendapatkan bukti pendukung tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan kelengkapan dan akurasi. Auditor juga melakukan pengujian substantif untuk mendapatkan bukti yang tepat dan memadai bahwa informasi yang diungkapkan dalam catatan-catatan kaki merefleksikan transaksi dan saldo yang sebenarnya yang telah terjadi dan bahwa penyajian kewajiban klien adalah untuk mendukung tujuan keterjadian serta hak dan kewajiban.
Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit terkait dengan kewajiban kontinjensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjensi harus diungkapkan dalam catatan kaki klien. Auditor harus yakin bahwa pengungkapan telah lengkap dan akurat.
Pengumpulan Bukti Akhir. Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase
I dan fase II dan untuk setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk laporan keuangan secara keseluruhan selama fase penyelasaian.
1. Melakukan prosedur analitis akhir
2. Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern) 3. Mendapatkan surat representasi klien.
4. Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi yang disajikan konsiten dengan laporan keuangan.
Menerbitkan Laporan Audit. Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung
35
Komunikasi Dengan Komite Audit Dan Manajemen
Auditor diharuskan untuk mengomunikasikan setiap kekurangan dalam pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau manajemen senior. Standar audit juga mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan beberapa hal pada mereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan seperti pada komite audit atau badan yang sejenis menjelang penyelesaian audit dan sesegera mungkin. Meskipun tidak diharuskan, auditor sering kali memberikan saran pada manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis mereka.
36
DAFTAR PUSTAKA
Elder, R. J., Beasley, M. S., Arens, A. A., & Jusuf, A. A. (2011). Jasa audit dan assurance. Salemba Empat, Jakarta.