• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : Dalam bab lima ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan

BIOGRAFI IBNU KHALDUN DAN KITAB MUQADDIMAH

D. Epistemologi Pendidikan Islam 1. Pengertian Epistemologi

2. Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan terdiri dari 2 kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Ralph Ross dan Erneest Van Den Haag dalam bukunya The Febric oof Society yang diperlebar Pendapatnya oleh Muhaimin menulis “Science is empirical, rational,

general, and Cumulative and it is all four at once”121 (ilmu adalah sesuatu yang

empiris, rasional, umum dan komulatif dan keempat – empatnya secara serempak) sedangkan pengetahuan (knowledge) adalah hasil suatu proses berfikir. Dalam bahasan filsafat, masalah pengetahuan dibahas oleh Epistemologi, yang mencakup: hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasarannya.122

Al-Qur’an memberikan perhatian yang sangat kuat terhadap ilmu (al-‘ilm) dan pengetahuan (ma’rifah) yang dalam tahap pengembangnnya dinamakan dengan kalimat Tuhan. Sebagaimana difirmanakan Q.S Al-Kahfi :109

“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".

120 Ibid., Hlm. 16

121 Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), Hlm. 80 122 Drs. Mudlor Achmad, Ilmu Dan Keinginan Tahu ( Epistemologi dalam Filsafat), Bandung: PT Trigenda Karya. 1994. Hlm. 61

Bahkan dalam ayat lain Al-Qur’an menempatkan orang yang berilmu dalam kedudukan yang tinggi. Seperti dalam Q.S. Al-Mujaddilah :11

! "

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengadakan penelitian dalam memahami konsep ilmu pengetahuan dalam ayat Al-Qur’an, yakni terma ulu al-albab yang dalam konteks ini diartikan dengan perpaduan antara pikir rasio (al-aql) dan zikir rasa (al-dzawq: intuisi).123 Selain itu Al-Qur’an juga memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya dalam rangka memfungsikan secara optimal potensi yang ada padanya, yakni penglihatan

(al-basar), pendengaran (al-sam’), dan rasa-intuisi (al-fuad).

Abbas Hamami menjelaskan pendapatnya yang disitir oleh Imam Wahyudi bahwa pengetahuan terjadi sebab adanya situasi yang menjadi titik tolak mengetahui. Berdasarkan penghayatan seseorang pada situasinya itulah seseorang berusaha untuk mengungkapkan perbuatan sehingga terjadi pengetahun.124 Beliau memperjelas bahwa pengetahuan dapat dikelompokkan dalam 4 macam:

123 Hadi Masruri dan Imran Rasyidi, Filsafat Sains dalam Al-Qur’an: Melacak Kerangka Dasar Integrasi Ilmu dan Agama, (Malang: UIN Malang Press.2007)Hlm. 107-108

124 Imam Wahyudi, Pengantar Epistemologi, (Yogyakarta: Badan Penerbita Filsafat UGM), Hlm. 24

a. Pengetahuan keagamaan b. Pengetahaun filsafat c. Pengetahuan ilmiah

d. Pengetahuan hasil akal sehat (common sense).

Pengetahuan yang bersumber dari wahyu memiliki sambungan vertikal, yakni Allah sebagai pemilik ilmu di seluruh alam jagat raya ini. Allahlah sumber kebenaran yang hakiki dan dengan hanya Allah-lah yang mengatur kehidupan manusia dengan mudah tanpa adanya sekutu.

Dalam hal sumber dan metode ilmu, tampaknya ilmu dalam Islam bertentangan dengan filsafat dan sains modern. Kita memandang, bahwa ilmu datang dari Tuhan, dan diperoleh melalui 5 sumber pokok yaitu indera, akal, intuisi, ilham, dan wahyu illahi.

Muhaimin memperjelas macam – macam pendekatan yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan125 adalah :

a. Skeptisme : Ilmu pengetahuan tidak bisa diperoleh secara abash, sebab mengingat akal dan panca indra manusia terbatas.

b. Aliran keraguan (academic doubt) : aliran dalam mencari ilmu pengetahuan berpangkal dari keraguan sebagai analisis sebuah kepastian dan kebenaran dibuktikan dengan dalil

c. Empirisme : pencapaian ilmu pengetahuan dengan bantuan alat indra. d. Rasionalisme : akal adalah sarana utama memperoleh ilmu pengetahuan,

sebab akal pada dasarnya dapat membedakan yang baik dan yang buruk.

e. Kolaborasi Empirisme dan Rasionalisme : cara memperoleh ilmu pengetahuan dengan pengertian dan pengindraan, karena pengertian tidak dapat melihat dan rasio tidak isa berfikir.

f. Intuisi : pendekatan intuisi yang tidak bisa ditempuh melalui pengalaman dan analogi.

g. Wahyu : pendekatan ilmu bersifat metafisik bercirikan transcendental, lintas-empiris, supra-indrawi serta supra-rasio.

Ilmu dan agama memiliki keterkaitan begitu erat. Ilmu mendasarkan akal pikir lewat pengalaman dan indera. 126 Ilmu memiliki objek yang empiris, dengan cara berfikir riset, menggunakan akal pikiran dan indera manusia, serta ukuran kebenaran yang logis dan empiris. Ilmu (sains) adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek yang empiris, benar tidaknya suatu teori ilmu (sains) ditentukan oleh logis-tidaknya bukti empiris.127 Sedangkan agama adalah segala nilai yang didasarkan atas keyakinan dan aturan yang ditentukan oleh Sang Penguasa alam, Tuhan Yang Maha Esa. Dasar keyakinan dengan disatukan ilmu yang baik dapat menciptakan manusia yang insan kamil yang dapat mengkaji ajaran Islam dengan ilmu. Ada batasan akal dalam menggali ilmu. Namun dalam agama batasan akal hanya ketika menyentuh dan berfikir tentang Dzat Allah SWT, karena keterbatasan kemampuan makhluq.

Ilmu pengetahuan mempunyai tempat yang istimewa dalam pandangan Islam, sebagaimana kita ketahui kehadiran Adam dimuka bumi adalah berbekal ilmu pengetahuan (Q.S. 2: 31).

126 Drs Asmoro Achmadi , Filsafat Umum, Jakarta : PT Grafindo Persada, 1997, Hlm. 17

127 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), Hlm. 14

#

!

"$#

$

%

! &'(

%)

& "'

( )

* + ,

*

-. /

#+

0 ,

1

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!."

Adapun ayat kenabian pertama yang diturunkan adalah juga Mengenai ilmu pengetahuan (QS. Al-alaq : 1-5)

$ *

2

3

4

4

-5 6

5

%4 )

7

2

! #

1

3

#

$ )

8

#

5 6

9:

;

“ (1).Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,(3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,(4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,(5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”.

Orang Islam meyakini bahwa kehidupan tidak dapat diserahkan seluruhnya kepada kemampuan akal, atau kepada kemauan manusia, baik manusia secara pribadi maupun manusia dalam arti keseluruhan manusia. Dalam hal ini, pandangan orang Islam itu bertolak belakang dengan humanisme yang mengajarkan bahwa akal manusia telah mencukupi untuk mengatur dunia dan kehidupan manusia.128

Ilmu diperoleh dengan kajian empiris dan kebenarannya sesuai dengan akal pikiran yaitu logis. Sedang agama merupakan kaidah dan nilai dari Tuhan

untuk mengatur kehidupan manusia untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan di akherat kelak. Keterpaduan ilmu dan agama menjadikan kesempurnaan pola pikir dan keseimbangan spiritual sebagai kebutuhan manusia yang mendasar. Ilmu dan agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia menuju manusia yang beradab.

Islam memuliakan orang-orang yang berilmu. Kedudukannya ibarat pewaris para nabi. Keyakinan agama dengan ilmu yang menyeluruh menjadikan kekuatan iman atas suatu syariat dan ketentuan Allah Azza wa Jalla. Setiap muslim dan muslimah pun wajib untuk menuntut ilmu hingga ajal menjemput kelak. Integritas ilmu dan agama membuat sosok manusia yang mengetahui dasar penciptaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan menjadi Kholifah fil Ardy.