BAB II. LANDASAN TEOR
B. Body Image
1. Pengertian body image
Chaplin (2005) mengartikan body image adalah ide seseorang mengenai penampilan diri dihadapan orang lain dan bagi orang lain. Papalia dkk. (2009) menyatakan bahwa body image merupakan gambaran dan evaluasi individu tentang penampilan fisik diri sendiri. Thompson (2000) mengungkapkan body image adalah evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat tubuh, ataupun aspek tubuh lainnya yang mengarah kepada penampilan fisik seseorang. Menurut Eysenck dkk. (dalam Thompson, 2000) menyatakan bahwa body image pada umumnya merupakan wadah pikiran mengenai tubuh seseorang yang bersifat dinamis, senantiasa berubah menurut informasi yang diterima dari lingkungan di sekitar individu.
Body image ialah persepsi mental seseorang terhadap tubuh yang
dimiliki, terutama mengenai ukuran dan bentuk tubuh (Sousa, 2008). Body
image adalah bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik
(Mappiare, 1982). Cash dan Pruzinsky (2002) menyebutkan bahwa body
image merupakan sikap seseorang terhadap tubuh yang dimiliki berupa
penilaian positif atau negatif. Na’imah dan Rahardjo (2008) menjelaskan
body image sebagai sikap seseorang terhadap tubuh, persepsi mengenai
bentuk dan ukuran tubuh berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman sosial terhadap atribut fisik yang dimiliki, serta penilaian atau cara pandang seseorang terhadap tubuh diri sendiri.
commit to user
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
body image adalah gambaran mental, persepsi, pikiran, dan perasaan yang
dimiliki individu terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, serta berat tubuh diri sendiri, yang mengarah kepada penampilan fisik berupa penilaian positif atau negatif.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi body image
Faktor-faktor yang mempengaruhi body image menurut Cash dan Pruzinsky (2002) adalah:
a. Media massa, isi tayangan media massa sangat mempengaruhi body
image remaja, kerena media sering menggambarkan standar tubuh ideal.
b. Keluarga, orang tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi, sehingga mempengaruhi body image anak melalui permodelan, umpan balik, dan instruksi.
c. Hubungan interpersonal, hubungan interpersonal membuat individu cenderung membandingkan diri sendiri dengan orang lain, umpan balik yang diterima individu akan mempengaruhi konsep diri termasuk perasaan diri terhadap penampilan fisik.
Blyth dkk. (1985) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi body image antara lain:
a. Reaksi dari orang lain, individu berusaha menjalin interaksi dengan orang lain agar dapat diterima oleh orang lain, sehingga individu akan
commit to user
memperhatikan pendapat atau reaksi yang dikemukakan oleh lingkungan termasuk pendapat mengenai fisik atau tubuh.
b. Perbandingan dengan orang lain atau perbandingan dengan cultural idea, remaja cenderung lebih peka terhadap penampilan fisik dan seringkali membandingkan diri sendiri dengan orang lain, teman sebaya ataupun lingkungan sekitar.
c. Identifikasi terhadap orang lain, beberapa individu merasa perlu mengubah penampilan agar serupa atau mendekati idola yang dianut untuk mendapatkan pengakuan dan peneriman lingkungan.
Thompson (2000) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
body image ialah media massa, perbandingan sosial, dan jenis kelamin.
Hurlock (2004) berpendapat bahwa faktor peranan seseorang dapat mempengaruhi body image. Tubuh bagi seorang individu berkaitan dengan peranan yang dipegang dalam kehidupan, khususnya dalam pergaulan. Terdapat suatu anggapan bahwa kedudukan atau peranan tertentu dalam pergaulan, akan lebih mudah diraih oleh seseorang yang mempunyai daya tarik fisik.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi body image adalah faktor media massa, keluarga, jenis kelamin, perbandingan sosial, identifikasi terhadap orang lain, dan peranan yang dipegang individu dalam kehidupan.
commit to user 3. Aspek-aspek body image
Aspek-aspek body image menurut Cash dan Pruzinsky (2002) adalah:
a. Evaluasi penampilan (Appearance Evaluation)
Penilaian terhadap tubuh, perasaan menarik atau tidak menarik, kenyamanan dan ketidaknyamanan terhadap penampilan secara keseluruhan.
b. Kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satisfaction)
Kepuasan atau ketidakpuasan individu terhadap bagian tubuh tertentu, seperti wajah, rambut, paha, pinggul, kaki, pinggang, perut, tampilan otot, berat, ataupun tinggi badan, serta penampilan secara keseluruhan. c. Kecemasan menjadi gemuk (overweight preocupation)
Menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan dan kewaspadaan akan berat badan yang ditampilkan melalui perilaku nyata dalam aktivitas sehari-hari, seperti kecenderungan malakukan diet untuk menurunkan berat badan, serta membatasi pola makan.
d. Pengkategorian ukuran tubuh (self-classified weight)
Bagaimana seseorang memandang, mempersepsi, dan menilai berat badan mereka.
McCabe (dalam Na’imah dan Rahardjo, 2008) menjelaskan aspek
body image terdiri dari:
a. Aspek kognisi dan afeksi terhadap tubuh, mengungkap pikiran dan perasaan individu tentang kepuasan atau ketidakpuasan terhadap tubuh.
commit to user
b. Aspek perilaku, mengungkap perilaku individu yang mementingkan bentuk tubuh dan penampilan melalui perilaku tertentu, seperti diet, olahraga, dan perawatan tubuh.
c. Persepsi, mengungkap persepsi individu terhadap bagian tubuh tertentu. Blyth (1985) menyatakan aspek-aspek body image melibatkan aspek kognitif dan aspek afektif. Sousa (2008) menjelaskan bahwa body
image terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan perseptual. Thompson (2000)
menyebutkan aspek-aspek body image meliputi aspek perseptif, subjektif, dan behavioral. Gerner dan Wilson (2005) mengungkapkan beberapa aspek
body image yaitu aspek perseptual, emosional atau subjektif, serta aspek
behavioral.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa aspek-aspek
body image yaitu evaluasi penampilan, kepuasan terhadap bagian tubuh,
kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh.
4. Body image pada remaja
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja awal atau disebut dengan masa pubertas, sering membuat remaja merasa aneh terhadap tubuh yang dimiliki. Remaja menjadi sensitif dan sangat memperhatikan bentuk tubuh atau penampilan fisik (Langone dan Glickman, 2004). Remaja akan memiliki gambaran tubuh (body image) ideal berdasarkan persepsi diri sendiri dan cenderung bersifat subjektif. Skemp-Arlt dan Mikat (2007)
commit to user
mengatakan bahwa permasalahan body image meningkat pada masa remaja awal sekitar usia 13-15 tahun.
Gambaran tubuh atau body image pada remaja terbentuk berdasarkan persepsi indvidual dan juga berdasarkan penilaian orang lain. Havighurst (1972) menyebutkan salah satu tugas perkembangan remaja ialah bahwa remaja harus mampu menerima keadaan fisik dan memanfaatkan fisik secara optimal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa body image pada remaja menyebakan remaja memiliki perhatian cukup besar terhadap penampilan fisik dan bentuk tubuh, hal ini terjadi karena adanya perubahan fisik yang sangat cepat pada masa pubertas.
C. Kohesivitas Kelompok Teman Sebaya