BAB IV PEMBAHASAN
D. Implementasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik Manajemen nyeri (Pain Management)
a. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
c. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
d. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
e. Memilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) misalnya
f. Mengkolaborasikan dengan dokter dengan memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri
Administrasi analgesik (Analgesic Administration)
a.Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b.Mengecek riwayat alergi
c. Kolaborasikan dengan dokter dalam menentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
d.Kolaborasikan dengan dokter dalam menentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
e.Memilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
f. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
g.Memberikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
h.Mengevaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
Terapi latihan: ambulasi (Exercise therapy : ambulation)
a. Mengkonsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan dan bertahap misalnya dengan ROM pasif terlebih dahulu kemudian ROM aktif
b. Membantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
c. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang teknik ambulasi misalnya pergerakan kaki secara bertahap
d. Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
e. Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai kemampuan misalnya makan, berhias, dan toileting
f. Mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan misalnya memiringkan badan
Manajemen energi (Energy Management)
a. Mengobservasi adanya pembatasan pasien dalam melakukan aktivitas
b. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
c. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan misalnya kemampuan pasien dalam melakukan ROM
d. Memonitor nutrisi dan energi yang adekuat
e. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Terapi aktivitas (Activity Therapy)
a. Mengkolaborasikan dengan tenaga kesehatan lain dalam merencanakan program latihan yang tepat.
b. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan c. Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
d. Membantu pasien dalam menggunakan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda dan krek
e. Membantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang 3. Retensi urin berhubungan dengan hambatan dalam refleks berkemih
Pelatihan untuk kandung kemih (Urinary bladder training)
a. Menetapkan awal dan akhir jadwal waktu untuk toileting
b.Mengingatkan pasien untuk miksi pada interval telah yang ditentukan
c. Menggunakan kekuatan sugesti misalnya dengan mendengarkan air mengalir untuk membantu pasien dalam mengosongkan kandung kemih
Retensi urin (Urinary retention)
a. Melakukan penilaian berkemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia (contoh pengeluaran kemih, pola pengeluaran urin, fungsi kognitif).
b.Menjaga privasi untuk eliminasi
c. Menggunakan kateter kemih dengan tepat
d.Memonitor intake dan output cairan
e. Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi f. Melatih pasien untuk mengeluarkan urin misalnya ketika perawat akan
mengganti selang kateter dengan cara mengikat selang kateter sampai kandung kemih terasa penuh sehingga pasien memiliki sensasi ingin miksi.
4. Inkontinensia urin total berhubungan dengan trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf medula spinal
Perawatan pada ketidaktahanan urine (Urinary incontinence Care)
a. Mengidentifikasi banyak faktor yang menyebabkan inkontinensia (seperti pengeluaran urine, fungsi kognitif, obat-obatan)
b.Memonitor eliminasi urin termasuk frekuensi, volume, warna urin
c. Menginstruksikan kepada pasien untuk minum minimal 1500 cc air per hari
d.Memonitor efektivitas obat-obatan
e. Melatih pasien untuk menahan miksi beberapa saat Manajemen penekanan (Pressure management)
a. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
b.Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
c. Memonitor akan adanya kemerahan
d.Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
5. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan neurologis pada lumbal Konstipasi bowel (Bowel constipation)
a. Menganjurkan pasien atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian yang tinggi serat
b. Menganjurkan pasien atau keluarga menggunakan laksatif
Pelatihan pada usus (Bowel Training):
a. Mengkolaborasike dokter jika pasien memerlukan suppositoria (obat merangsang supaya buang air yang dimasukkan ke dalam dubur)
b. Menganjurkan pasien untuk cukup minum
c. Mendorong pasien untuk cukup mobilisasi
d. Mengkolaborasi pemberian suppositoria laksantif jika memungkinkan
e. Mengevaluasi status BAB secara rutin
6. Inkontinensia bowel berhubungan dengan keabnormalan spinkter rektum Perawatan ketidaktahanan usus (Bowel Inkontinence care)
a. Memperkirakan penyebab fisik dan psikologi dari inkontinensia fekal
b. Menjelaskan tujuan dari manajemen bowel pada pasien/keluarga
c. Mendiskusikan prosedur dan kriteria hasil yang diharapkan bersama pasien
d. Mencuci area perianal dengan sabun dan air lalu keringkan
e. Menjaga kebersihan baju dan tempat tidur
f. Memonitor efek samping pengobatan. Pelatihan bowel (bowel training)
a. Melatih pasien untuk menahan defekasi selama beberapa saat
b. Memakaian pampers untuk menghindari pencemaran lingkungan jika masih diperlukan
7. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh atau fungsi (trauma)
Konseling seksual (Sexual counseling)
a. Membangun hubungan teraupetik, berdasarkan kepercayaan
b. Membangun hubungan konseling yang nyaman
c. Memberikan informasi tentang fungsi seksual yang sesuai
d. Membahas dampak dari penyakit dan situasi tentang seksualitas kesehatan
e. Membahas pengaruh obat tentang seksualitas dengan tepat
f.Membahas tingkat pengetahuan pasien tentang seksualitas pada umumnya
g. Melibatkan pasangan (jika sudah menikah) dan dalam membangun hubungan teraupetik
8. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan fungsional pada lumbal
Peningkatan harga diri (Self Esteem Enhancement)
a. Memonitor keadaan nilai diri pasien
b. Menentukan kepercayaan penilaian terhadap diri sendiri
c. Memonitor frekuensi laporan verbal pasien
d. Menfasilitasi lingkungan dan kegiatan yang meningkatkan harga diri
e. Menghargai prestasi keberhasilan pasien sebelumnya
9. Risiko kerusakan dalam beragama berhubungan dengan sakit/hospitalisasi Dukungan spiritual (Spiritual Support)
a. Menfasilitasi pasien untuk berdoa dan beribadah b. Menyediakan pemuka agama untuk konsultasi pasien Peningkatan sosialisasi (Socialisation enhancement)
a. Menganjurkan keterlibatan keterlibatan pada pembentukan hubungan sesama
b. Menganjurkan kesabaran dalam pembangunan hubungan sesama c. Menganjurkan untuk beraktivitas dengan orang lain
d. Menganjurkan untuk mengungkapkan masalah kepada orang lain