• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Implementasi Kebijakan

a. Konsep Implementasi Kebijakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian implementasi adalah pelaksanaan, penerapan: pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk tentang hal yang disepakati dulu. Secara etimologis pengertian implementasi dijelaskan dalam Kamus Webster yaitu to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu) (Solichin Abdul, 1997: 64). Proses implementasi kebijakan pendidikan melibatkan perangkat politik, sosial, hukum, maupun administratif atau organisasi dalam rangka mencapai suksesnya implementasi kebijakan pendidikan tersebut.

Merilee Grindle dalam Arif Rohman menjelaskan bahwa proses implementasi mencakup tugas-tugas dalam membentuk suatu ikatan yang memungkinkan arah suatu kebijakan dapat direalisasikan sebagai hasil dari aktivitas pemerintah (Arif Rohman 2009: 134).

31

Berbeda dengan pendapat Hugh Heclo kebijakan adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Hal tersebut dijelaskan Hugh Heclo dalam Arif Rohman bahwa kebijakan adalah cara bertindak yang disengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan (Arif Rohman 2009: 108). Sementara James E. Anderson juga memiliki pendapat lain yang dijelaskan dalam Arif Rohman yaitu kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, dan instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan (Arif Rohman 2009: 108).

Pendapat dari beberapa toloh di atas semakin diperkuat dengan pendapat Van Meter dan Van Horn yang menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau beberapa pihak terkait untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pendapat Van Meter dan Van Horn dijelaskan dalam buku Politik Ideologi Pendidikan (Arif Rohman 2009: 134).

Implementasi kebijakan dimaksudkan sebagai keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Yakni tindakan- tindakan yang merupakan usaha sesaat untuk mentramsformasikan keputusan ke dalam istilah operasional, maupun usaha berkelanjutan untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses penerapan suatu kebijakan yang di dalamnya terdiri dari

32

berbagai tugas yang dilakukan oleh beberapa aktor yang terkait (pejabat, kelompok, dan instansi pemerintah) atau aktor suatu bidang kegiatan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada.

Berkaitan dengan pengertian implementasi kebijakan tersebut, maka suatu implementasi didalamnya pasti terdapat suatu aktivitas. Aktivitas dalam implementasi ini yang dimaksud adalah aktivitas untuk menjalankan atau mengoperasikan program yang telah direncanakan. Maka menurut Charles O Jones dalam Arif Rohman ada tiga pilar untuk menjalankan aktifitas tersebut, yaitu: 1) Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali

sumberdaya, unit-unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan.

2) Interpretasi, yaitu aktifitas menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan.

3) Aplikasi, berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program.

Dari pemaparan tersebut disimpulkan bahwa dalam menjalankan implementasi kebijakan tidak hanya membutuhkan beberapa aktor atau pemain seperti pejabat sampai beberapa pihak administratif yang bertanggung jawab dengan berjalannya implemementasi kebijakan tersebut, melainkan juga dibutuhkan

33

beberapa faktor hukum, sosial, politik, budaya dan ekonomi yang turut mempengaruhi pelaksanaan implementasi kebijakan.

Terkait dengan kesimpulan di atas dan pendapat Merilee Grindle tentang suatu implementasi kebijakan merupakan suatu hasil dari aktivitas pemerintah yang telah merealisasikannya. Ide dasar Merilee Grindle ini telah dijelaskan dalam buku Kebijakan Pendidikan (H. A. R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 220) bahwa teori tersebut ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan mencakup:

1) Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan 2) Jenis manfaat yang akan dihasilkan

3) Derajat perubahan yang diinginkan 4) Kedudukan pembuat kebijakan 5) (siapa) pelaksana program 6) Sumber daya yang dilakukan

Sementara itu konteks implementasinya adalah:

7) Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 8) Karakteristik lembaga dan penguasa

34

b. Syarat Implementasi Kebijakan

Syarat terkait implementasi kebijakan dijelaskan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam buku Politik Ideologi Pendidikan (Arif Rohman 2009: 136) sebagai berikut:

1) Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan atau kendala yang serius

2) Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai

3) Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan harus benar-benar ada atau tersedia

4) Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kausalitas yang handal

5) Hubungan kausalitas tersebut hendaknya bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya

6) Hubungan saling ketergantungan harus kecil

7) Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan

8) Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat 9) Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna

10) Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

35

c. Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan dan Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Arif Rohman (2009: 147) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang biasanya menjadi sumber kegagalan dan keberhasilan, yaitu: faktor rumusan kebijakan, faktor personil pelaksana, dan faktor sistem organisasi pelaksana. Beberapa faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Faktor yang terkait dengan rumusan kebijakan. Menyangkut apakah rumusan kalimat, tujuan, dan sasaran tersebut tepat atau tidak. Selain itu juga memperhatikan apakah rumusan tersebut mudah dipahami, mudah diinterpretasikan dan terlalu sulit atau tidak. Pendapat terkait faktor rumusan kebijakan ini diperkuat dengan pendapat Oberlin Silalahi (Arif Rohman 2009: 147) menjelaskan bahwa pembuat kebijakan harus terlebih dahulu mencapai beberapa konsensus diantara mereka mengenai tujuan-tujuan, serta informasi yang cukup untuk mencapai tujuan.

2) Faktor yang terletak pada personil pelaksana. Hal tersebut menyangkut dengan tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan- kebiasaan, serta kemampuan kerjasama dari para pelaku pelaksana kebijakan tersebut.

3) Faktor yang terletak pada organisasi pelaksana. Hal ini menyangkut dengan jaringan sistem, hirarki kewenangan

36

masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang ditetapkan, model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang dipilih.

Dokumen terkait