• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kurikulum 2013 dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Dalam dokumen Implementasi Kurikulum 2013 dalam Mening (Halaman 44-60)

1. Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013. Upaya-upaya tersebut diantaranya:

42

Kompasiana, media online (http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/21/penting-evaluasi-diri- sekolah-eds-640618.html - diakses pada tanggal 15 Maret 2015).

a. Mendongkrak Prestasi

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.43 Untuk mendongkrak prestasi belajar, kita harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, karena prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, diantaranya:

1) Faktor Internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri (internal), baik secara fisiologis, beserta usaha yang dilakukannya. Faktor fisiologis berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, sedangkan faktor psikologis baerasal dari dalam diri seseorang, seperti intelegensi yang merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, minat yang berkaitan dengan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, dan sikap yang berkaitan dengan kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

43

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 189.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor- faktor lingkungan yang bukan sosial, seperti keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

b. Penghargaan dan Hadiah

Penghargaan adalah suatu hadiah dalam bentuk ucapan terima kasih yang dirasakan sebagai pujian oleh orang yang menerimanya. Sedangkan hadiah adalah suatu penghargaan yang dibandingkan dengan nilai oleh orang yang menerimanya. Psikologi perilaku mengatakan bahwa orang melihat penghargaan dan hadiah untuk memenuhi kebutuhan psikologis yang muncul dalam diri masing-masing.

Pada umumnya, hadiah dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu hadiah intrinsik dan hadiah ekstrinsik. Hadiah intrinsik adalah perasaan internal yang diperoleh berdasarkan pemenuhan nilai-nilai pribadi dari suatu pekerjaan yang baik. Sedangkan hadiah ekstrinsik adalah suatu penghargaan

yang diberikan dalam bentuk potongan harga, bonus, penghargaan pribadi atau penghargaan masyarakat dan sebagainya.44

c. Membangun Tim

Membangun tim bertujuan untuk mendidik seluruh tenaga kependidikan di sekolah pada seluruh tingkatan pekerjaan, dengan teknik kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif merupakan komponen penting untuk menyukseskan implementasi kurikulum 2013. Dalam hal ini dorongan diarahkan oleh visi, misi dan nilai-nilai serta tindakan yang memungkinkan untuk mencapai tujuan yang tertera dalam kurikulum. Sejalan dengan konsep total quality management (TQM),

kepemimpinan kepala sekolah harus melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan implementasi kurikulum, serta membuat penyesuaian-penyesuaian jika diperlukan, untuk mendorong sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misinya.

d. Mengembangkan Program Akselerasi

Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan dukungan Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 memberikan kesempatan kepada sekolah dan daerah untuk mengembangkan program-program unggulan sesuai dengan karakteristik sekolah dan daerah masing-masing. Disamping itu, sekolah dapat mengembangkan program akselerasi (percepatan) untuk

44

melayani dan mengakomodasi peserta didik yang cepat belajar atau memiliki kemampuan diatas rata-rata.

Pengembang program akselerasi manuntut para komponen sekolah untuk mengadakan seleksi terhadap peserta didik yang akan mengikutinya, jangan sampai gagal di tengah jalan. Sekolah juga dituntut untuk menyusun kalender pendidikan yang dapat melayani program akselerasi, misalnya bagaimana memilih materi-materi yang esensial, serta bagaimana menyelenggarakan ujian lebih cepat dari program reguler. Untuk mendukung program akselerasi juga perlu digalakkan program bimbingan dan konseling, agar peserta didik program akselerasi dapat berkonsultasi setiap mendapat kesulitan belajar. Guru Bimbingan Konseling (BK) juga harus mengadakan bimbingan secara kontinyu dan teratur terhadap peserta didik program akselerasi.45

e. Membudayakan Kurikulum 2013

Implementasi kurikulum yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, sistem, profesionalitas guru, kompetensi tenaga kependidikan dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya yang strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum. Membudayakan kurikulum dapat dimaknai

45

bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma, dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.46

f. Mendayagunakan Lingkungan

Pendayagunaan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik peserta didik bila apa yang dipelajari diangkat dari lingkungannya, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.

Jenis-jenis lingkungan yang dapat didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran, dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1) Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik, biologi, sosio ekonomi,

dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dan berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.

2) Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam suatu kelompok masyarakat.

46

3) Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.47

g. Melibatkan Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, terutama keikutsertaannya dalam memberikan gagasan, kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam sistem pemerintahan top-down, partisipasi masyarakat terhadap kebijakan- kebijakan yang dibuat dan diimplementasikan tidak begitu dipermasalahkan, namun pada sistem pemerintahan bottom-up, tingginya partisipasi masyarakat dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kebijakan tersebut.48 h. Menghemat Anggaran

Pendidikan yang murah dan berkualitas merupakan salah satu tuntutan reformasi yang harus diwujudkan dalam bidang pendidikan. Namun demikian, pendidikan yang berkualitas akan senantiasa membutuhkan biaya cukup banyak. Dengan demikian, permasalahannya adalah bagaimana kita dapat menghemat biaya pendidikan di sekolah, agar dengan biaya yang ada dapat melaksanakan kegiatan pendidikan yang berkualitas secara optimal serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan sejalan dengan kondisi krisis yang sudah berjalan tujuh tahun, sehingga

47

Ibid., hal. 212-213. 48

masalah biaya termasuk biaya pendidikan seringkali terjadi pengurangan, meskipun Pemerintah sudah memprogramkan biaya pendidikan 20% dari APBN dan APBD.

Anggaran pendidikan di sekolah merupakan potensi yang sangat menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 dan peningkatan pembelajaran. Anggaran pendidikan di sekolah juga berkaitan dengan berbagai komponen pendidikan, termasuk guru dan tenaga kependidikan lain yang terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah.

Penghematan anggaran pendidikan di sekolah dapat dilakukan apabila didukung oleh beberapa sumber yang esensial, seperti:

1) Sumber daya manusia yang kompeten dan mempunyai wawasan luas. 2) Tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu untuk menunjang

pembuatan keputusan.

3) Menggunakan manajemen dan teknologi yang tepat dalam perencanaan. 4) Tersedianya dana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan.49 i. Membangun Jiwa Kewirausahaan

Pada saat ini banyak sekolah swasta yang maju dan kualitasnya lebih baik dibanding sekolah negeri, karena tidak terikat oleh alokasi dana dari Pemerintah. Hal tersebut menantang sekolah negeri untuk mampu mandiri seperti sekolah swasta. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki jiwa

49

kewirausahaan dan memahami prinsip kewirausahaan, kemudian menerapkannya dalam mengelola sekolah.

Dalam implementasi kurikulum 2013, sekolah akan menjadi unit layanan masyarakat yang sangat diperlukan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu menjaga dan meningkatkan kualitas sekolah. Jika kualitas sekolah baik, masyarakat, khususnya orang tua akan bersedia berperan aktif di sekolah, karena yakin anaknya akan mendapat pendidikan yang baik. Di sanalah pentingnya pribadi wirausaha kepala sekolah untuk mencari jalan meningkatkan kualitas sekolah agar masyarakat dan orang tua percaya terhadap produktivitas sekolah dan mau berpartisipasi dalam berbagai program dan kegiatan sekolah.

Terdapat beberapa tahap yang sebaiknya diterapkan dalam membangun jiwa kewirausahaan di sekolah, agar berhasil dengan baik, diantaranya: 1) Mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai.

2) Siap atas resiko yang akan diterima, baik tenaga, uang, maupun waktu. 3) Yakin akan kemampuan membuat rencana, mengorganisasi,

mengkoordinasi, dan melaksanakannya.

4) Komitmen terhadap kerja keras sepanjang waktu dan merasa penting atas keberhasilan kewirausahaannya.

5) Kreatif dan yakin dapat mengembangkan hubungan baik dengan pelanggan, tenaga kependidikan, orang tua, masyarakat, dunia usaha yang berpengaruh terhadap kegiatan pendidikan di sekolah.

6) Menerima tantangan dan penuh tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalannya.50

2. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Fandy Tciptono, Manajemen Mutu Terpadu (MMT) ialah suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. MMT adalah sebuah konsep yang berupaya melaksanakan system manajemen mutu kelas dunia. Sedangkan menurut West Burnham, manajemen mutu ialah semua fungsi dari organisasi sekolah ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas, dan prestasi serta kepuasan pelanggan. MMT adalah suatu system manajemen yang menyangkut mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.

Definisi mengenai manajemen mutu terpadu mencakup dua komponen yakni apa dan bagaimana menjalankan manajemen mutu terpadu. Dalam MMT, pelanggan adalah yang berkuasa atau sebagai raja yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya. Ada tiga kesalahan dalam memahami konsep manajemen mutu terpadu: Pertama, manajemen mutu terpadu bukanlah suatu beban atau gangguan dan tidak dibuat untuk anda. Kedua, manajemen mutu terpadu bukanlah pekerjaan untuk seseorang atau agenda lainnya kecuali agendanya sama dengan keinginan pelanggan. Ketiga, manajemen mutu terpadu bukanlah sesuatu yang

50

hanya dikerjakan oleh para manajer senior kemudian memberikan petunjuknya kepada bawahannya. Akan tetapi, manajemen mutu terpadu adalah totalitas yang memerintahkan setiap orang dalam organisasi dilibatkan dalam upaya melakukan peningkatan mutu atau perbaikan. Manajemen mutu terpadu diartikan sebagai setiap orang dalam lembaga apapun yang status, posisi, dan perannya adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya.

Manajemen mutu terpadu menyangkut filosofi dan metodologi. Filosofinya ialah pola pikir untuk mengadakan perbaikan terus menerus dan metodologinya ialah menjelaskan alat-alat dan teknik-teknik seperti curah pendapat dan analisis medan kekuatan yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan perbaikan terus-menerus. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu terpadu ialah budaya peningkatan mutu pendidikan secara terus-menerus, fokus pada pelanggan sekolah demi kepuasan jangka panjangnya dan partisipasi warga sekolah, keluarga, masyarakat serta pemerintah.51

3. Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu

Prinsip utama dalam manajemen mutu terpadu ada empat,52 yaitu sebagai berikut:

a. Kepuasan Pelanggan

Dalam manajemen mutu terpadu, konsep mengenai mutu dan pelanggan diperluas. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-

51

Husaini Usman. Op.Cit., hal. 567-568. 52

spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pendidikan adalah pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Esensi manajemen mutu terpadu adalah semua pelanggan harus dipuaskan.

b. Respek terhadap Setiap Orang

Dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang di sekolah dipandang memiliki potensi. Orang yang ada dalam organisasi dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai dan dipandang sebagai asset organisasi. Oleh karena itu, setiap orang diperlakukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

c. Manajemen Berdasarkan Fakta

Sekolah kelas dunia berorientasi pada fakta, bukan pada perasaan

(feeling) atau ingatan semata. Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini, diantaranya:

1) Prioritatisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek di saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan menggunakan data, manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu. 2) Variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik memberikan

gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap system organisasi.

d. Perbaikan Terus-menerus

Agar dapat sukses, setiap sekolah perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) yang terdiri atas; langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

Perbedaan manajemen mutu terpadu dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menyelenggarakan sekolah adalah apa komponen-komponennya dan bagaimana menggunakan komponen-komponen tersebut.53

4. Komponen-Komponen Manajemen Mutu Terpadu

Komponen-komponen manajemen mutu terpadu mempunyai 10 unsur utama, yakni sebagai berikut:

a. Fokus pada kepuasan pelanggan

Dalam manajemen mutu terpadu, baik pelanggan eksternal maupun internal merupakan driven. Pelanggan eksternal menetukan mutu lulusan, sedangkan pelanggan internal menentukan mutu, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan lulusan.

b. Obsesi terhadap mutu

Dalam organisasi yang menerapkan manajemen mutu terpadu, pelanggan menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus

53

terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaanya.

c. Pendekatan ilmiah

Pendekatan ini sangat diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.

d. Komitmen jangka panjang

Manajemen mutu terpadu merupakan paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Komitmen jangka panjang sangat diperlukan guna mengadakan perubahan budaya agar penerapn manajemen mutu pendidikan berjalan dengan baik.

e. Kerjasama tim (teamwork)

Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering tercipta persaingan antar guru. Akan tetapi, persaingan internal ini cenderung hanya menghabiskan energi saja, yang pada akhirnya tidak meningkatkan daya saing eksternal. Sebaliknya, dalam manajemen mutu terpadu menerapkan kesjasama tim, kemitraan dijalin dan dibina, baik antar warga sekolah maupun luar sekolah.

f. Perbaikan sistem secara terus-menerus

Setiap produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar mutu dapat meningkat.

g. Pendidikan dan pelatihan

Bagi sekolah yang menerapkan manajemen mutu terpadu, pendidikan dan pelatihan, merupakan faktor yang mendasar, dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan meningkat keterampilan teknisnya. Esensi dari diklat bagi guru adalah untuk meningkatkan keterampilan dan profesionalismenya.

h. Kebebasan yang terkendali

Keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sangat penting karena dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil pengendalian yang terencana. i. Kesatuan tujuan

Agar manajemen mutu terpadu dapat diterapkan dengan baik, maka sekolah harus memiliki kesatuan tujuan yang jelas. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara pihak kepala sekolah dengan guru dan staf tata usaha mengenai upah dan kondisi kerja.

j. Keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha

Keterlibatan guru dan staf tata usaha merupakan hal yang penting dalam penerapan manajemen mutu terpadu. Usaha dalam melibatkan mereka

mempunyai dua manfaat. Pertama, dapat menghasilkan keputusan yang baik dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang yang harus melaksanakan.54

54

BAB III

Dalam dokumen Implementasi Kurikulum 2013 dalam Mening (Halaman 44-60)

Dokumen terkait