• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menjaga kondisi produksi tetap berjalan dengan normal dan untuk menghindari abnormalitas, maka line head harus mengimplementasikan standar kerjanya dengan sungguh-sungguh. Namun, sebelum mengimplementasikan standar kerja, line head dan anggota-anggotanya harus mempersiapkan lingungan kerja di mana standar kerja tersebut diterapkan, dengan cara memastikan jenis part dan alat serta penempatannya harus sesuai dengan kebutuhan prosedur kerja.

Ada empat langkah yang dilakukan untuk dapat mengimplementasikan standar kerja. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Tetapkan standar kerja

Untuk menetapkan standar kerja, line head harus memperhatikan tiga langkah yang sehingga operator dapat mengikuti standar kerja. Tiga langkah kerja tersebut adalah kemampuan dasar (fundamental skill), elemen kerja dan standar kerja. Seorang operator baru harus mengambil pelatihan kemampuan dasar dan disertifikasi oleh pelatih (trainer) dari dojo (operator mencapai level skill #1). Kemudian operator tersebut mengikuti pelatihan pekerjaan di masing-masing elemen kerja dan part, dan disertifikasi oleh trainer yang diberi wewenang (keahlian masing-masing elemen kerja dari operator mencapai skill level #2). Serelah itu, operator melakukan pelatihan standar kerja langsung di line dan disrrtifikasi oleh trainer yang diberi wewenang (hingga mencapai skill level #3, operator mampu bekerja sendiri tanpa didampingi lagi).

Tiga elemen standar kerja yang harus diperhatikan oleh line head untuk membuat standar kerja, adalah takt time, urutan pekerjaan, dan stock standar pada saat proses. Takt time adalah waktu yang ditetapkan untuk memproduksi satu komponen atau satu kendaraan. Urutan pekerjaan berhubungan dengan urutan operasi dalam satu siklus proses yang menuntun pekerja untuk menghasilkan barang yang kualitasnya baik dengan cara yang sangat efisien. Stock standar dalam

37

proses adalah jumlah minimum part yang selalu tersedia untuk melaksanakan produksi. Agar memungkinkan pekerja melakukan pekerjaannya secara terus-menerus dalam sejumlah urutan sub-proses, mengulangi operasi yang sama berulang-ulang dalam urutan yang sama. Pada intinya standar kerja merupakan kombinasi elemen kerja, untuk melaksanakan proses dengan waktu yang sudah ditentukan (takt time), standar kerja juga menunjukkan volum pekerjaan atau orang yang terlibat.

2. Ajarkan standar kerja dan pastikan operator melakukannya

Line head harus memastikan bahwa operator mengerti standar kerja yang ada dan melakukannya ketika mengerjakan proses. Line head tidah harus mengajarkan langsung ke operator, yang bertugas mengajarkannya adalah group head, line head hanya memastikan bahwa group head tersebut mengajarkannya dengan benar.

Mengajarkan standar kerja mengikuti metode Toyota Job Instruction. Langkah-langkahnya adalah : mempersiapkan untuk pelatihan, lakukan dan tunjukkan, biarkan operator melakukannya, dan konfirmasikan. Apabila ada lima urutan kerja, trainer harus melakukan dan menunjukan lima urutan pekerjaan itu dulu, kemudian operator akan melakukan urutan yang pertama dan urutan kedua sampai keempat dilakukan oleh trainer. Lalu untuk langkah kedua, operator melakukan urutan pertama dan kedua dilanjutkan dengan trainer melakukan urutan ketiga sampai kelima. Kemudian, operator melakukan urutan pertama hingga ketiga, dan trainer akan melakukan urutan keempat hingga kelima. Selanjutnya, operator akan melakukan urutan pertama hingga keempat dan trainer akan melakukan urutan kelima. Hingga pada akhirnya, operator dapat mengerjakan kelina urutan pekerjaan dengan baik. Ilustrasinya dapat dilihat di Gambar 5.1. Pencapaian tingkat kemampuan operator dilihat dari akurasi pekerjaan (melakukan tiga siklus yang sama sesuai dengan lembar elemen kerja),

38

akurasi waktu (melakukan tiga kali siklus dengan kondisi normal tanpa terjadi line stop), dapat mendeteksi apabila terjadi abnormalitas dan menghentikan line (dengan melakukan stop, call, wait) dan tidak meneruskan produk defect (cacat) pada saat training.

Gambar 5.1. Ilustrasi pelatihan elemen kerja

Selain itu, seorang operator dianggap mengerti standar kerja dan mampu mengajar apabila dapat melakukan lima siklus yang sama sesuian dengan lembar elemen kerja, melakukan lima siklus dengan posisi mulai dan berakhir di tempat yang sama, melakukan lima siklus dengan gerakan yang terus-menerus tanpa tersendat, mampu melakukan proses tanpa berhenti selama dua jam, dan tidak meloloskan produk cacat selama tiga bulan.

3. Mencari muda, mura, dan muri

Muda adalah berbagai macam fenomena dan efek yang tidak meningkatkan nilai tambah. Muda dapat dibagi menjadi 7 jenis, yaitu: muda cacat atau yang perbaikan, muda produksi berlebih (over production), muda proses, muda pengangkutan (pengiriman), muda inventory (stok), muda gerakan, muda menunggu. Mura adalah ketidak teraturan karena perencanaan produksi untuk kendaraan atau part tidak tetap, kadang banyak, kadang sedikit. Sedangkan muri adalah mmberi beban berlebih pada pikiran dan tubuh. Dalam hubungannya dengan mesin dan peralatan, muri adalah memberi beban

39

melebihi kemampuan yang dapat ditanggung oleh mesin atau peralatan tersebut.

Seorang line head bertugas memastikan tidak ada muda, mura, dan muri dari sudut pandang lingkungan pekerjaan. Line head harus dapat menemukan apakah pekerjaan terlalu berat untuk operator sehingga dapat mengubah menjadi lebih ringan, dan sebaliknya, apabila pekerjaan tersebut terlalu ringan untuk operator line head bisa mengubahnya menjadi sesuai kemampuan. Line head harus peka terhadap muda walaupun hanya satu detik, satu tetes, satu langkah, dan satu potong, karena apabila terjadi muda satu detik setiap proses, maka akan terjadi banyak waktu yang sia-sia dam menyebabkan kenaikan biaya.

4. Melaksanakan kaizen

Di Toyota, untuk melakukan kaizen, harus mengikuti metode PDCA (Plan-Do-Check-Action). PDCA untuk melaksanakan kaizen pada standar kerja adalah membuat standar kerja (plan), implementasi standar kerja (do), menemukan pekerjaan yang sulit (check), dan lakukan kaizen terhadap pekerjaan yang sulit tersebut (action).

Pada saat implementasi standar kerja, line head, group head, dan operator sebaiknya memiliki kesadaran akan masalah sehingga dapat berlanjut ke tahap berikutnya. Pada tahap menemukan pekerjan yang sulit, harus dilaporkan, sehingga dapat dilakukan kaizen. Untuk melakukan kaizen, line head harus menggunakan ide anggota-anggotanya dengan maksimal. Karena anggota-anggota-anggotanya itulah yang mengetahui kondisi sebenarnya dari line yang menjadi tanggung tawab line head tersebut.

Selain implementasi standar kerja dengan sungguh-sungguh, line head juga harus memastikan bahwa anggotanya melakukan perawatan terhadap mesin-mesin dan peralatannya dengan rutin untuk menjaga agar kondisi produksi tetap

40

normal. Maintenance di Toyota berdasarkan pada Toyota Productive Maintenance. Aktivitas maintenance (perawatan), dilaksanakan bersama-sama antara divisi produksi dengan bagian engineering untuk memaksimalkan efisiensi peralatan. Empat pilar aktivitas maintenance adalah

1. Membangun peralatan yang baik (peralatan yang sederhana, dan tidak rusak). Maka, peralatan yang ada sudah dilengkapi dengan jenis maintenance yang jelas.

2. Maintenance untuk pencegahan kerusakan; aktivitas ini untuk menjamin peralatan tidak rusak (memperbaiki peralatan sebelum rusak)

3. Memperbaiki kerusakan dengan segera dan teliti; diperlukan kemampuan untuk perbaikan yang tepat dan cepat, pencarian terus menerus akar permasalahan dan pencegahan terulangnya kerusakan kembali.

4. Kaizen peralatan yang baik; mengurangi kerusakan dan kerugian, peningkatan daya unjuk, meningkatkan safety.

Dari keempat pilar tersebut, yang merupakan maintenance rutin adalah pada poin kedua mengenai maintenance untuk pencegahan kerusakan.

Departemen yang melakukan produksi, sebaiknya melakukan maintenance sendiri tanpa terlalu mengandalkan bagian engineering. Keuntungan-keuntungan departemen produksi apabila melakukan pekerjaan maintenance sendiri adalah :

1. Operator memeriksa dan merawat peralatannya sendiri menjadikan maintenance untuk pencegahan menjadi efektif

2. Operator mengenal peralatannya dan mampu menemukan dan memberikan reaksi segera bila terjadi abnormalitas dan masalah dengan peralatannya

41

3. Operator melaksanakan minor maintenance (perawatan kecil) sendiri akan membantu operasi lebih cepat dan lebih efisien

4. Operator menjadi punya kemampuan dibidang peralatan dengan memperoleh dan menggunakan skill maintenance, menghasilkan aktivitas kaizen lebih bersemangat, yang bertujuan pengurangan kerugian

5. Selalu menjaga peralatannya sendiri dalam kondisi terbaik adalah peran penting setiap orang yang terlibat dalam produksi

Dokumen terkait