IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
4.2. Implementasi Sistem
4.2.1. Antar Muka Aplikasi Sistem Pakar
Antar muka aplikasi dalam analisis perbandingan hasil antara metode certainty factor
dan metode dempster shafer dalam sistem pakar dapat digambarkan sebagai berikut :
Berdasarkan gambar 4.1 antar muka aplikasi sistem pakar menjelaskan nilai kepastian pada penyakit mata. Gejala mata dimasukan kedalam 20 gejala yang masing-masing dimasukan kedalam tiga jenis penyakit yaitu, Blefaritis, Glaukoma Akut, Ulkus Kornea.
Gambar 4.2 Antar Muka Diagnosa Penyakit Mata Blefaritis
Berdasarkan gambar 4.2 antar muka diagnosa penyakit mata blefaritis
menjelaskan nilai kepastian pada penyakit mata. Gejala penyakit mata yang digunakan pada kasus pertama yaitu, mata bengkak, mata terasa gatal, epofora, mata terasa sakit,
eksudat, kelilipan dan kelopak mata memerah. Perbandingan dari beberapa gejala penyakit tersebut menghasilkan nilai yang mendekati 1 yaitu, 0.7 maka nilai 0.7 tersebut memiliki kepastian sebagai kategori penyakit mata Blefaritis.
Gambar 4.3 Antar Muka Diagnosa Penyakit Mata Glaukoma Akut
Berdasarkan gambar 4.3 antar muka diagnosa penyakit mata glaukoma akut
menjelaskan nilai kepastian pada penyakit mata glaukoma akut. Gejala penyakit mata
glaukoma akut yang digunakan pada kasus kedua yaitu, mata merah, mata terasa sakit, kelopak mata memerah, penglihatan menurun. Perbandingan dari beberapa gejala penyakit tersebut menghasilkan nilai yang mendekati 1 yaitu, 0.8 maka nilai 0.8 tersebut memiliki kepastian sebagai kategori penyakit mata glaukoma akut.
Gambar 4.4 Antar Muka Diagnosa Penyakit Mata Ulkus Kornea
Berdasarkan gambar 4.4 antar muka diagnosa penyakit mata ulkus kornea
menjelaskan nilai kepastian pada penyakit mata ulkus kornea. Gejala penyakit mata
ulkus kornea yang digunakan pada kasus ketiga yaitu, fotofobia (silau), hippopion, mata merah. Perbandingan dari beberapa gejala penyakit tersebut menghasilkan nilai yang mendekati 1 yaitu, 0.9 maka nilai 0.9 tersebut memiliki kepastian sebagai kategori penyakit mata ulkus kornea.
4.3. Pengujian
Pengujian pada analisis perbandingan hasil antara metode certainty factor dan metode
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian Diagnosa Penyakit Mata NO
Rule
Faktor Resiko Gejala Penyakit Diagnosa Jenis Penyakit Mata Perhitungan Certainty Factor Perhitungan Dempster Shafer Umur Jenis Kelamin
Sistem Manual Sistem Manual R1 17 Laki-laki mata bengkak,
penglihatan menurun Blefaritis 0.7 0,7218 0.7 0,75 R2 45 Perempuan penglihatan menurun,lakrimasi,gatal Glaukoma Akut 0.8 0,882 0.8 0,82
R3 60 Laki-laki Gatal, rasa sakit menyebar, epifora, demam dan sakit tenggorakan Ulkus Kornea 0.9 0,992 0.9 0,92 Keterangan : R1 = Aturan Base 1 R2 = Aturan Base 2 R3 = Aturan Base 3
4.3.1. Pengujian Menggunakan Metode Certainty Factor :
Kasus I : Penyakit Mata Blefaritis
Umur : 17 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Gejala : Mata bengkak, penglihatan menurun Jenis Penyakit : Blefaritis
Perhitungan Certainty Factor : CF1 = 0.7
CF (H,E) = MB (H,E) – MD (H,E)
MB (h, e1^e2) = MB (h, e1) = MB (h,e2) * (1-MB [h,e1]) MD (h, e1^e2) = MD (h, e1) = MD(h,e2) * (1-MD [h,e1])
MB (h,e1^e2) = 0,70 + 0,6* (1- 0,70) = 0,81 MD (h,e1^e2) = 0,02 + 0,07* (1-0,02) = 0,0882 CF (h,e) = 0,81 – 0,0882 = 0,7218
Keterangan : H : Gejala
E1 : mata bengkak
E2 : Penglihatan menurun
Berdasarkan CF dengan nilai 0,7218 = Mungkin
Dari hasil perhitungan manual, dengan ciri-ciri gejala penyakit mata Blefaritis pada kasus I bernilai 0,7218 untuk nilai kepastian dapat disimpulkan bahwa “Blefaritis” dan memiliki kedekatan dengan penggunaan sistem pada tabel 4.1 yang bernilai 0,7.
Kasus II : Penyakit Mata Glaukoma Akut
Umur : 45 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Gejala : Penglihatan menurun, lakrimasi, gatal Jenis Penyakit : Glaukoma Akut
Perhitungan Certainty Factor : CF1 = 0.8
CF (H,E) = MB (H,E) – MD (H,E)
MB (h, e1^e2) = MB (h, e1) = MB (h,e2) * (1-MB [h,e1]) MD (h, e1^e2) = MD (h, e1) = MD (h,e2) * (1-MD [h,e1])
MB (h,e1^e2) = 0,8 + 0,6 * (1 - 0,9) = 0,86 MD (h,e1^e2) = 0,86 + 0,08* (1 - 0,86) = 0,882 CF (h,e) = 0,86 – 0,022 = 0,882
Keterangan : H : Gejala
E1 : Penglihatan menurun, gatal E2 : Lakrimasi
Dari hasil perhitungan manual, dengan ciri-ciri gejala penyakit mata Glaukoma Akut pada kasus II didapatkan nilai yang sama dengan nilai CF total 0,882 sehingga
nilai kepastian dapat disimpulkan bahwa “Glaukoma Akut” dan memiliki
Kasus III : Penyakit Mata Ulkus Kornea
Umur : 60 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Gejala : Gatal, rasa sakit menyebar, epifora, demam dan sakit tenggorakan Jenis Penyakit : Ulkus Kornea
Perhitungan Certainty Factor : CF1 = 0.9
CF (H,E) = MB (H,E) – MD (H,E)
MB (h, e1^e2) = MB (h, e1) = MB (h,e2) * (1-MB [h,e1]) MD (h, e1^e2) = MD (h, e1) = MD (h,e2) * (1-MD [h,e1])
MB (h,e1^e2) = 0,9 + 0,6 * (1- 0,9) = 0,96 MD (h,e1^e2) = 0,96 + 0,08 * (1-0,96) = 0,992 CF (h,e) = 0,96 – 0,032 = 0,992
Keterangan : H : Gejala
E1 : Gatal, rasa sakit menyebar
E2 : Epifora, demam dan sakit tenggorakan
Dari hasil perhitungan manual, dengan ciri-ciri gejala penyakit mata Ulkus Kornea pada kasus III didapatkan nilai yang sama dengan nilai CF total 0,992
sehingga nilai kepastian dapat disimpulkan bahwa “Ulkus Kornea” dan memiliki
perbandingan kedekatan dengan penggunaan sistem pada tabel 4.1 yang bernilai 0,9.
4.3.2. Pengujian Menggunakan Metode Demster Shafer:
Kasus I : Penyakit Mata Blefaritis
Umur : 17 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Gejala : Mata bengkak, penglihatan menurun Jenis Penyakit : Blefaritis
Perhitungan Dempster Shafer :
R1{θ} = 1 – R1 (Mata bengkak, penglihatan menurun) = 1 – 0,25 = 0,75
Dari hasil perhitungan manual, dengan ciri-ciri gejala penyakit mata bengkak, penglihatan menurun pada kasus I didapatkan nilai yang sama dengan nilai Dempster Shafer total 0,75 sehingga nilai kepastian dapat disimpulkan bahwa “Blefaritis” dan memiliki perbandingan kedekatan dengan penggunaan sistem pada tabel 4.1 yang bernilai 0,75.
Kasus II : Penyakit Mata Glaukoma Akut
Umur : 45 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Gejala : Penglihatan menurun, lakrimasi, gatal Jenis Penyakit : Glaukoma Akut
Perhitungan Dempster Shafer :
R2 (penglihatan menurun, lakrimasi, gatal) = 0,18
R2{θ} = 1 – R2 (penglihatan menurun, lakrimasi, gatal)
= 1 – 0,18 = 0,82
Dari hasil perhitungan manual, dengan ciri-ciri gejala penyakit mata penglihatan menurun, lakrimasi, gatal pada kasus II didapatkan nilai yang sama dengan nilai
Dempster Shafer total 0,82 sehingga nilai kepastian dapat disimpulkan bahwa “Glaukoma Akut” dan memiliki perbandingan kedekatan dengan penggunaan sistem pada tabel 4.1 yang bernilai 0,82.
Kasus III : Penyakit Mata Ulkus Kornea
Umur : 60 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Gejala : Gatal, rasa sakit menyebar, epifora, demam dan sakit tenggorakan Jenis Penyakit : Ulkus Kornea
Perhitungan Dempster Shafer :
R3 (gatal, rasa sakit menyebar, epifora, demam) = 0,080
= 1 – 0,080 = 0,92
Dari hasil perhitungan manual, dengan ciri-ciri gejala penyakit mata gatal, rasa sakit menyebar, epifora, demam pada kasus III didapatkan nilai yang sama dengan nilai Dempster Shafer total 0,92 sehingga nilai kepastian dapat disimpulkan bahwa “Ulkus Kornea” dan memiliki perbandingan kedekatan dengan penggunaan sistem pada tabel 4.1 yang bernilai 0,92.
BAB V
PENUTUP
Dari hasil analisis perbandingan metode Certainty Factor dan Dempster Shafer dalam sistem pakar untuk diagnosa penyakit mata, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan saran untuk pengembangan program lebih lanjut.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu :
1. Pemeriksaan gejala yang terdapat pada penyakit mata menggunakan metode
Certainty Factor melalui pemeriksaan fisik dan perhitungan manual masih belum lebih spesifik dibandingkan menggunakan metode Dempster Shafer
melalui pemeriksaan fisik dan perhitungan menggunakan sistem sudah lebih spesifik dan mengarah pada satu penyakit.
2. Pemeriksaan gejala yang terdapat pada penyakit mata menggunakan metode
Certainty Factor melalui pemeriksaan fisik dan perhitungan manual masih belum spesifik dibandingkan menggunakan metode Dempster Shafer melalui pemeriksaan fisik dan perhitungan menggunakan sistem sudah lebih spesifik dan mengarah pada satu penyakit.
3. Banyaknya metode diagnosa yang digunkan tidak menentukan besarnya keluaran nilai Certainty Factor total dan nilai Dempster Shafer total.
4. Besarnya nilai Certainty Factor total dan Dempster Shafer total ditentukan oleh banyaknya kecocokan antara gejala dan dan tingkat keparahan penyakit, serta besarnya nilai Certainty Factor dan nilai Dempster Shafer berdasarkan tiap aturan pada kaidah diagnosa.
5. Nilai Certainty Factor berada pada kisaran 0 sampai dengan 1, jika keluaran
Certainty Factor mendekati satu, maka kepastiannya mendekati benar.
6. Nilai Dempster Shafer berada pada kisaran 0 sampai 1, jika keluaran Dempster Shafer mendekati satu, maka kepastiannya mendekati benar.
5.2. Saran
Saran-saran sangat dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai dasar untuk pengembangan analisis selanjutnya seperti berikut :
1. Penyakit yang disajikan dalam sistem pakar ini dibatasi hanya untuk penyakit mata saja, perlu dipertimbangkan untuk menambah jenis penyakit hidung, penyakit gigi, penyakit telinga, yang bisa di diagnosa sehingga sistem pakar ini dapat mendiagnosa lebih banyak penyakit.
2. Perlu dipertimbangkan untuk membuat penyajian pilihan data gejala yang lebih baik agar lebih mudah dalam penggunaan sistem pakar ini.