• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA Oleh:

Dalam dokumen SERI MONOGRAF VOLUME 3 TAHUN 2015 (Halaman 196-200)

Naek Siregar, S.H., M.H Kurniawan Manullang

A. Latar Belakang

Laut merupakan sumber daya alam yang sangat besar dan juga merupakan warisan dunia bagi setiap negara di dunia. Penggunaan dan pemanfaatannya sangatlah berpengaruh dalam berbagai bidang seperti ekonomi, ilmu pengetahuan, transportasi serta diplomasi. Di dalam United Nations Convention On The Law Of The Sea (UNCLOS 1982) laut terbagi dalam beberapa zona yaitu perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, landas kontinen dan laut lepas. Berbeda dari zona yang lain, laut lepas merupakan semua bagian laut yang tidak termasuk zona ekonomi eksklusif, laut territorial atau perairan pedalaman suatu negara dan

perairan kepulauan dalam Negara kepulauan.1

Tindak pidana yang biasa terjadi di era globalisasi ini adalah pembajakan dan perompakan atas kapal. Pembajakan dan perompakan termasuk dalam 22 tindak pidana internasional yang diungkapkan oleh

Dautricourt dalam The Concept Of International Criminal Jurisdiction

Definition and Limitation of The Subject tahun 1972. Dalam UNCLOS 1982, pengaturan mengenai pembajakan dan perompakan terkandung dalam pasal 101-107 bagian VII tentang Laut Lepas.

Pembajakan di laut lepas baik yang dilakukan oleh kapal-kapal asing, maupun oleh kapal-kapal domestik di wilayah perairan internasional akhir-akhir ini telahmenimbulkan keresahan bagi pelayaran internasional. Penindakan kejahatan pembajakanlaut lepas tersebut,

1

Departemen Kelautan dan Perikanan.Evaluasi Kebijakan Dalam Rangka Implementasi Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982) Di Indonesia. Laporan Akhir . hlm.45

didasarkan pada berlakunya hukum internasional yang berkaitandengan

pembajakan laut lepas.2

Pembajakan di laut lepas mempunyai dimensi internasional karena biasanya digunakan untuk menyebutkan tindak kekerasan yang dilakukan di laut lepas. Pembajakan di laut lepas sejak dahulu telah diatur berdasarkan hukum kebiasaan internasional karena dianggap mengganggu kelancaran pelayaran dan perdagangan antar bangsa. Pengaturan oleh hukum kebiasaan internasional tersebut terbukti dari praktekyang terus menerus dilakukan oleh sebagian besar negara-negara

di dunia.3

Di wilayah Indonesia bagian Barat terdapat karakteristik yang berbeda dengan kawasan Indonesia Timur dalam isu keamanan maritim. Di wilayah ini, tantangan yang dihadapi setidaknya ada tiga, yaitu isu perompakan dan pembajakan di laut, masalah perbatasan dan kerjasama dengan militer asing. Selat Malaka yang terletak di perairan Sumatera dan Semenanjung Malaka merupakan urat nadi perdagangan dunia, yang menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik, atau dari Asia Barat hingga Asia Timur. Panjang Selat Malaka diperkirakan 800 Km, dan telah menjadi pusat perdagangan dunia sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara. Mantan Kasal Bernard Kent Sondakh pernah mengatakan

bahwa 72 persen pedagangan dunia melalui Selat Malaka.4

Dari sisi ekonomi dan kestrategisan, Selat Malaka merupakan jalur pelayaran terpenting dan tersibuk di dunia, seperti halnya Terusan Suez dan Panama. Lebih dari 50 ribu kapal pertahun melintasi Selat Malaka, yang mengangkut hampir seperlima perdagangan laut dunia. Kapal-kapal tanker diperkirakan mengangkut lebih dari 12 juta barel minyak per hari melalui Selat Malaka pada 2005, terutama untuk tujuan

utama ke Jepang.5

Seiring berkembangnya perekonomian Cina, negara

berpenduduk terbanyak di dunia itu juga tumbuh menjadi pengimpor

2

Leo Dumais, Pembajakan dan Perompakan di Laut, Laporan Pelaksanaan Temu

WicaraKerjasama ASEAN Dalam Menanggulangi Kejahatan Lintas Negara, Deparlu, Jakarta, 2001, Hlm.49

3

Dapat dilihat pada download.portalgaruda.org/article.php?article=110806&val=4131 diakses pada tanggal 2 Februari 2105 pukul 13.00 WIB.

4

Dapat dilihat pada https://oseafas.wordpress.com/2010/03/16/keamanan-maritim-di-selat- malaka/ diakses pada tanggal 2 Februari 2015 pukul 13.15 WIB.

minyak terbesar dunia. Akibatnya, perairan Selat Malaka makin padat. Selat Philips (Singapura) yang berada di titik tersempit di Selat Malaka adalah salah satu kemacettan laut dunia. Namun, nilai strategis Selat Malaka, juga dibarengi dengan kerawanannya, terutama perompakan atau ancaman terorisme laut. Pada 2003 saja telah terjadi 150 kasus

penyerangan/perompakan di Selat Malaka.6

Melihat itu, negara-negara besar telah menyatakan keinginannya untuk terlibat mengamankan Selat Malaka, seperti AS, India, atau Jepang. Namun negara-negara pantai di Selat Malaka, yakni Indonesia, Singapura, dan Malaysia, telah menyatakan dengan tegas bahwa negara- negara pantai yang bertanggung jawab atas pengamanan Selat Malaka, sementara negara lainnya diharapkan hanya memberikan bantuan, terutama di bidang peralatan dan informasi. Bantuan untuk pengamanan di selat Malaka terutama datang dari Jepang yang sampai sekarang

secara konsisten membiayai Dewan Selat Malaka (The Malacca Straits

Council), yang kemudian Dewan tersebut membentuk The Straits of

Singapore and Malacca Revolving Fund, bagi ketiga negara selat

(Indonesia, Malaysia dan Singapura) yang akan dikelola secara bergilir. Potensi kerawanan di Selat Malaka harus tetap diwaspadai meski angka

kejahatan di laut sudah dapat ditekan ke titik terendah.7

Selat Malaka lebih aman saat ini berkat patroli terkoordinasi Malsindo (Malaysia, Singapura, Indonesia). Sebelum patroli terkoordinasi itu digelar, sebenarnya telah terjalin patroli laut bilateral antara Indonesia- Malaysia, dan Indonesia- Singapura. Namun kerjasama itu kurang efektif mengamankan Selat Malaka, karena tidak dilakukan

sepanjang tahun dan membutuhkan peralatan yang lebih besar.8

Keterbatasan kemampuan angkatan laut negara pesisir itu untuk melakukan patroli sendiri adalah salah satu penyebabnya. Sebagai contoh, untuk mengamankan perairan Indonesia di Selat Malaka, Indonesia idealnya mengerahkan 36 kapal perang, namun hanya 7 kapal patroli yang bisa digelar. Namun melalui patroli terkoordinasi, tugas pengamanan yang dilakukan Indonesia, Malaysia, dan Singapura, menjadi lebih jelas, termasuk prosedur yang harus ditempuh dalam

6 Ibid. 7 Ibid. 8 Ibid.

mengejar kapal-kapal mencurigakan yang memasuki perairan ketiga

negara tersebut.9

Kerja sama TNI dan Angkatan Bersenjata Singapura dianggap mampu mengatasi kejahatan di sepanjang pantai Selat Malaka. Di tengah tantangan yang makin meningkat, pengamanan di Selat Malaka bersama- sama Malaysia dan Thailand berjalan semakin padu. Upaya pengamanan negara-negara wilayah pantai di Selat Malaka diapresiasi negara pengguna.

Harus diakui Selat Malaka punya nilai strategis, militer kedua negara sepakat meningkatkan kerja sama ke depan menjadi lebih produktif dan konstruktif. Selama ini kedua pihak telah melakukan kerja sama bidang intelijen dan pertukaran personel, pendidikan, latihan, serta latihan bersama dan patroli terkoordinasi. Atas jasa Desmond Kuek dalam meningkatkan kerja sama angkatan bersenjata kedua negara, Pemerintah Indonesia menganugerahi Bintang Kehormatan “Yudha Dharma Utama”. Penyematan Bintang Kehormatan itu dilakukan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono di kantor Departemen Pertahanan. Juwono berharap, hubungan kedua negara semakin baik di

masa mendatang.10

Hasil nyata yang telah dicapai dari kerjasama antara TNI dan SAF adalah dapat menekan kejahatan perompakan di Selat Malaka. Menurut Panglima TNI, kerjasama yang erat antara kedua Angkatan Bersenjata selama ini telah banyak membantu mengatasi berbagai tantangan yang semakain meningkat, terutama dalam pengamanan di sepanjang Selat Malaka, bersama-sama dengan negara Malaysia dan Thailand. Patroli Terkoordinasi yang disepakati keempat negara dalam kerangka Malsindothai Corpat, telah mampu mengurangi tingkat kejahatan di sepanjang Selat Malaka yang mempunyai nilai strategis bagi kepentingan bersama. Jika kekacauan yang terjadi di perairan internasional kembali mendapat perhatian dunia, maka apa yang terjadi di Somalia, tentu merupakan prioritas utama. Keruntuhan pemerintahan, aksi teror yang dilancarkan kelompok perlawanan, milisi bawah tanah Islamis, dan pemerintah peralihan yang tidak berdaya. Semuanya ada di Somalia. Negara di tanduk Afrika itu menjadi markas ideal bagi kelompok penjahat, para penculik dan para pemeras. Terutama para

9 Ibid.

perompak menjadi ancaman yang paling ditakuti di pesisir Somalia. Menurut Pottengal Mukundan, Direktur Biro Transportasi Laut Internasional, perairannya menjadi jalur yang paling berbahaya di dunia.11

PBB menyiapkan sebuah rancangan resolusi mengenai

perompakan di lepas pantai Somalia. Resolusi itu ditujukan guna memberikan lampu hijau untuk memburu perompak bahkan sampai ke daratan Somalia. Dalam teks resolusi itu disebutkan, negara-negara yang telah terlibat dalam memerangi perompakan di lepas pantai Somalia diperbolehkan melakukan berbagai tindakan yang diperlukan hingga ke pantai Somalia, termasuk wilayah udara. Hal itu bertujuan menangkal mereka yang menggunakan wilayah Somalia untuk merencanakan, memfasilitasi, atau melakukan perompakan atau pembajakan bersenjata di laut. Resolusi itu juga menyerukan kepada negara-negara dan organisasi-organisasi internasional agar membangun mekanisme kerja sama internasional untuk bertindak. Ini perlu sebagai pijakan bersama terkait berbagai aspek dalam memerangi perompakan di lepas pantai

Somalia.12

Indonesia mendukung pengesahan resolusi Dewan Keamanan PBB soal Penegakan Hukum terhadap perompak di perairan Somalia. Indonesia juga menjamin resolusi tersebut tidak akan memberikan peluang kepada negara-negara asing mencampuri Indonesia dan negara- negara pantai terkait dalam pengamanan perairan di Selat Malaka. Resolusi No. 1816 tersebut disahkan dengan suara bulat oleh 15 anggota Dewan Keamanan di Markas Besar PBB, New York, dan intinya memberikan kewenangan kepada negara-negara untuk melakukan penegakan hukum terhadap perompak di sekitar perairan Somalia. Indonesia adalah satu-satunya negara di antara 15 anggota DK-PBB yang sebelumnya menolak rancangan resolusi 1861 dan karenanya selama satu bulan terus berhadapan dan bernegosiasi dengan juru runding dari negara-negara sponsor rancangan resolusi, yaitu AS, Perancis, Inggris dan

Panama.13

Indonesia juga, yang diwakili Hasan Kleib, menjadi satu-satunya negara yang memberikan pernyataan sebelum pemungutan suara 11 Ibid. 12 Ibid. 13 Ibid.

Dalam dokumen SERI MONOGRAF VOLUME 3 TAHUN 2015 (Halaman 196-200)